KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Letak Geografis

Kabupaten Bojonegoro memiliki luas wilayah lebih dari 2000 km 2 . Kabupaten Bojonegoro terletak pada 6 o 59’ sampai 7 o 37’ Lintang Selatan dan 112 o 25’ sampai 112 o 09’ Bujur Timur. Adapun batas wilayah Kabupaten Bojonegoro yaitu sebagai berikut : Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Tuban

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Nganjuk dan Jombang Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Lamongan Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Ngawi dan Blora.

Kabupaten Bojonegoro memiliki iklim tropis yang hanya mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Untuk memonitor rata- rata curah hujan yang jatuh, di Kabupaten Bojonegoro tersedia sebanyak 22 buah stasion penangkar hujan yang tersebar di 22 Kecamatan. Dari pantauan tersebut, tercatat curah hujan rata-rata pada tahun 2008 sebanyak 142 mm/tahun, pada tahun 2009 sebanyak 150 mm/tahun dan pada tahun 2010 sebanyak 221 mm/tahun. Dengan jumlah hari hujan rata-rata pada tahun 2008 tercatat 89 hari per tahun, pada tahun 2009 tercatat 92 hari per tahun dan pada tahun 2010 tercatat 134 hari per tahun.

2. Topografi

Topografi Kabupaten Bojonegoro menunjukkan bahwa di sepanjang daerah aliran sungai Bengawan Solo merupakan daerah dataran rendah, sedangkan di bagian selatan merupakan dataran tinggi disepanjang kawasan Gunung Pandan, Kramat dan Gajah. Berdasarkan total keseluruhan wilayah Kabupaten Bojonegoro, seluas 43.155 ha (18,71%) berada pada ketinggian lebih kecil dari 25 m, 104.629 (45,35%) dari luas wilayah Kabupaten

28

commit to user

Bojongoro berada pada ketinggian 25 sampai dengan 99,99 m, luas lahan dengan ketinggian 100 sampai dengan 499,9 m yaitu seluas 82. 348 ha (35,69%) dan luas wilayah 574 ha (0,25%) berada pada ketinggian lebih dari 500 m. Luas wilayah dengan kemiringan kurang dari 2% merupakan yang terluas yaitu 127. 109 ha (55,10%), kemudian dengan kemiringan antara 2 sampai dengan 14,99% yaitu 83.829 ha (36,16%), dan lahan dengan luas 17.312 ha (7,50%) dengan kemiringan 15 sampai dengan 39,99% serta sisanya 2.856 ha (1,24%) kemiringan diatas 40%. Dari wilayah seluas diatas, sebanyak 40,15% merupakan hutan negara, sedangkan yang digunakan untuk sawah tercatat sekitar 32,58%.

3. Pemanfaatan Lahan

Jenis tanah mempunyai pengaruh terhadap kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh juga pada keputusan dalam penggunaan wilayah. Penggunaan wilayah di Kabupaten Bojonegoro bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan dan kesesuaian dari kemampuan wilayah tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan lahan di Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Luas Lahan Menurut Pemanfaatannya di Kabupaten Bojonegoro

Tahun 2008-2010

Jenis Penggunaan

Sawah Kering Hutan Negara Perkebunan Lain-lain

Sumber : Bojonegoro Dalam Angka 2011 Lahan di Kabupaten Bojonegoro sebagian besar merupakan hutan Negara. Presentase luas lahan hutan Negara yang luas memiliki sumber daya kehutanan yang potensial untuk dikembangkan. Pemanfaatan lahan sawah berada pada

commit to user

urutan kedua yaitu sebesar 32,58% pada tahun 2008-2010. Pemanfaatan lahan kering yaitu sebesar 22,42%. Penggunaan lahan tersempit adalah perkebunan yaitu hanya 0,26%. Sedangkan untuk lain-lain sebanyak 4,59% dari total penggunaan lahan. Hutan Negara merupakan tempat bahan baku dari Agroindustri Tunggak Kayu. Penyediaan bahan baku Agroindustri Tunggak Kayu dinaungi oleh Perum Perhutani meliputi KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Padangan, KPH Jatirogo, KPH Cepu dan KPH Nganjuk. Luas hutan Negara di Kabupaten Bojonegoro sebesar 40,15% dari luas wilayah Kabupaten Bojonegoro dikelola oleh tujuh KPH yaitu KPH Bojonegoro, KPH Padangan, KPH Parengan, KPH Jatirogo, KPH Ngawi, KPH Saradan dan KPH Cepu (Selayang Pandang Dinas Perhutanan dan Perkebunan, 2011).

B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Bojonegoro dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan disebabkan adanya kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk. Berikut ini tabel yang menunjukkan perkembangan jumlah penduduk dari tahun 2008-2010 : Tabel 5. Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008-2010

No.

Tahun

Jumlah Penduduk (jiwa)

Sumber : Bojonegoro Dalam Angka 2009, 2010, dan 2011 Tabel 5 mengenai perkembangan penduduk Kabupaten Bojonegoro menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bojonegoro dari tahun 2008 sampai tahun 2010 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 penduduk di Kabupaten Bojonegoro sejumlah 1.241.541 jiwa, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 1.204.664 jiwa, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 1.209.973 jiwa. Penduduk merupakan asset pembangunan bila mereka

commit to user

dapat diberdayakan secara optimal. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat memiliki dampak kebutuhan akan pekerjaan meningkat pula. Salah satu peran dari agroindustri adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perannya dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan nilai jual suatu komoditas tertentu. Agroindustri Tunggak kayu merupakan salah satu agroindustri yang menyerap penduduk untuk menjadi tenaga kerja.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur Jumlah penduduk menurut umur dalam suatu masyarakat diperlukan untuk mengetahui jumlah penduduk yang sudah masuk dalam usia kerja atau dengan kata lain untuk mengetahui jumlah penduduk dengan usia produktif dan jumlah penduduk dengan usia non produktif. Keadaan penduduk berdasarkan produktivitasnya dapat dilihat dari umur atau usia yang dimiliki seseorang pada saat itu, sehingga besar Angka Beban Tanggungan di Kabupaten Bojonegoro dapat diketahui sebagai berikut : Tabel 6. Penduduk Kabupaten Bojonegoro menurut Kelompok Umur Tahun

2010

No.

Umur (thn)

Jumlah (jiwa) Persentase (%) ABT

Sumber : Bojonegoro Dalam Angka 2011 Tabel 6 dapat digunakan untuk menghitung Angka Beban Tanggungan (ABT) di Kabupaten Bojonegoro. Jumlah penduduk usia non produktif adalah 381.008 jiwa dan penduduk usia produktif adalah 828.965 jiwa. Angka Beban Tanggungan penduduk Kabupaten Bojonegoro dapat diketahui melalui rumus berikut ini :

commit to user

ABT =

X 100

usia penduduk usia

non usia penduduk usia S

ABT = 45,96 ≈ 46 Berdasarkan perhitungan Angka Beban Tanggungan (ABT) pada Tabel 6, dapat diketahui besarnya Angka Beban Tanggungan yaitu sebesar 46. Artinya dalam setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 46 penduduk usia non produktif. Semakin besar rasio antara jumlah kelompok non produktif dan jumlah kelompok produktif berarti semakin besar beban tanggungan bagi kelompok yang produktif. Agroindustri Tunggak Kayu memerlukan tenaga kerja dalam usia yang produktif. Sehingga jumlah penduduk produktif yang tinggi memiliki peluang yang besar dalam pengembangan agroindutri Tunggak Kayu. Jumlah usia produktifitas yang tinggi dianggap memiliki kemampuan dan kreatifitas dalam usaha Agroindustri Tunggak Kayu. Agroindustri Tunggak Kayu membutuhkan tenaga kerja dalam usia produktif yaitu 15-64 tahun dengan meninjau dari segi tenaga, memiliki skill dan berpengalaman, kreatifitas yang terus berkembang sehingga produk yang dihasilkan bisa lebih inovatif.

3. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Keadaan penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk mengetahui besarnya sex ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk laki-kaki dan perempuan. Berikut ini data yang menunjukkan keadaan penduduk di Kabupaten Bojonegoro menurut jenis kelamin.

commit to user

Tabel 7. Keadaan Penduduk Kabupaten Bojonegoro Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2010

No. Jenis Kelamin

Sex Ratio

Sumber: Bojonegoro Dalam Angka 2011 Berdasarkan Tabel 7, penduduk Kabupaten Bojonegoro berjumlah 1.209.973 jiwa, yang terdiri dari 598.365 penduduk laki-laki dan 611.608 penduduk perempuan. Berdasarkan angka tersebut, maka dapat dihitung sex ratio . Sex ratio adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan. Jika sex ratio kurang dari 100 maka jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dari jumlah penduduk perempuan. Jika sex ratio sama dengan 100 maka jumlah penduduk laki-laki sama dengan jumlah penduduk perempuan dan jika sex ratio lebih dari 100 maka jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Adapun perhitungan sex ratio adalah sebagai berikut :

udukPeremp JumlahPend udukPeremp

udukLaki JumlahPend udukLaki

SexRatio ≈ 98

Berdasarkan perhitungan di atas diketahui besarnya sex ratio sebesar 98, artinya dalam setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 98 orang penduduk laki-laki. Pelaku agroindustri tidak membedakan antara perempuan maupun laki-laki karena semuanya memiliki potensi dalam mengembangkan agroindustri. Semuanya tergantung terhadap masing-masing kualitas sumber daya manusia yang dimiliki dari perempuan maupun laki-laki. Agroindustri tunggak kayu membutuhkan tenaga kerja yang lebih utama berjenis kelamin laki-laki ditinjau dari segi tenaga tetapi tidak menutup kemungkinan bagi perempuan.

commit to user

4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah menunjukkan struktur perekonomian yang ada pada suatu wilayah tersebut. Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro bersifat heterogen. Adapun keadaan penduduk menurut mata pecaharian Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada Tabel 8 berikut : Table 8.

Keadaan Penduduk Kabupaten Bojonegoro Menurut Mata Pencaharian Tahun 2010

No.

Sektor Perekonomian

Jumlah (orang)

9. Jasa dan lainnya

Sumber : Bojonegoro Dalam Angka 2011 Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Bojonegoro bekerja pada sektor pertanian yaitu sebesar 47,21%. Penduduk yang bekerja di sektor pertambangan yaitu sebesar 1,23%, pada sektor industri sebesar 6,44%, pada sektor listrik sebesar 1,38%, pada sektor bangunan sebesar 6,22%, pada sektor perdagangan sebesar 18,39%, pada sektor perhubungan 1,59%, pada sektor keuangan sebesar 1,30%, dan pada sektor jasa dan lainnya sebesar 16,24%. Berdasarkan persentase tersebut dapat dilihat bahwa sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi masyarakat untuk menggantungkan hidupnya dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari- hari karena banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian di Kabupaten Bojonegoro. Sector pertanian memiliki potensi yang bagus bila dikembangkan,

commit to user

salah satunya dengan agroindustri. Agroindustri sector pertanian juga bisa menambah pendapatan masyarakat.

C. Keadaan Perekonomian

1. Struktur Perekonomian

Pemerintahan Daerah Kabupaten Bojonegoro dari tahun ke tahun terus berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan penduduk Kabupaten Bojonegoro. PDRB merupakan salah satu variabel untuk melihat kondisi ekonomi suatu wilayah. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam

suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar, di mana dalam perhitungan ini digunakan harga tahun 2000.

Besarnya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat digunakan untuk mengetahui struktur perekonomian suatu daerah. Adapun nilai PDRB Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada tabel berikut:

commit to user

Tabel 9. Produk Domestik Regional Bruto Menurut lapangan Usaha Tahun 2007-2010 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Kabupaten Bojonegoro (Milyar)

Lapangan Usaha

Rata- rata

2.317.25 1.844.3 Industri Pengolahan

503.42

531.37

587.33 478.18 Listrik dan Air Minum

48.08 50.89 53.29 49.52 Bangunan / Konstruksi

225.62

244.35

270.64 237.73 Perdagangan. Hotel

dan Restoran

1.156.63

1.218.19

1.311.24 1.209.61 Angkutan dan

301.16 1.118.26 Keuangan. Persewaan.

dan Jasa Perusahaan

8.128.22 8.006.28 Sumber: Bojonegoro Dalam Angka 2011 Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari kesembilan sector perekonomian Kabupaten Bojonegoro tersebut, ada tiga sector yang memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2008-2010, yaitu sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terkecil terhadap PDRB Kabupaten Bojonegoro adalah

sektor listrik dan air bersih. Agroindustri bisa menjadi nilai tambah pendapatan apabila dikelola secara tepat. Keuntungan yang didapat dari mengelola agroindustri disetiap sector yang memiliki potensi untuk dikembangkan bisa menambah pendapatan dari pelaku agroindustri itu sendiri. Pendapatan yang bertambah akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

commit to user

2. Pendapatan Per Kapita

Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu wilayah/negara dengan jumlah penduduk wilayah/negara tersebut. Pendapatan per kapita juga merefleksikan PDB (Produk Domestic Bruto) per kapita. Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai tolok ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara. Semakin besar pendapatan per kapitanya semakin makmur negara tersebut. Pendapatan per kapita Kabupaten Bojonegoro tahun 2008 hingga 2010 atas dasar harga konstan 2000 adalah sebesar Rp. 5.488.749,00; Rp. 6.023.613 dan Rp. 6.717.698. Pendapatan per kapita tersebut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

D. Keadaan Pertanian

Salah satu sektor utama dalam pembangunan di pedesaan adalah sektor pertanian karena sebagian besar masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai petani, selain itu pertanian merupakan satu-satunya bidang untuk menghasilkan produk untuk mencukupi kebutuhan pangan. Tidak terbatas pada pemenuhan pangan penduduk setempat tetapi juga bagi penduduk wilayah lainnya. Kegiatan pertanian mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan. Berikut adalah keadaan luas panen dan produksi tanaman padi dan palawija di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2010.

commit to user

Tabel 10. Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi dan Palawija di Kabupaten

Bojonegoro Tahun 2010

No.

Tanaman

Luas Panen (Ha)

Rata-Rata Produksi (Ton/Tahun)

3. Ubi kayu

3.398

68.752

4. Ubi jalar

6. Kacang Tanah

2.104

2.447

7. Kacang Hijau

6.299

5.495 Sumber : Bojonegoro Dalam Angka 2011

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui komoditas pertanian padi dan palawija yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro adalah padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau. Padi merupakan komoditas pertanian dengan luasan panen terbesar pertama dengan luas

147.411 Ha dan rata-rata produksi sebesar 888.315 ton/tahun. Komoditas dengan luasan panen terbesar kedua yaitu jagung dengan luas 44.640 Ha dan rata-rata produksi sebesar 194.745 ton/tahun. Komoditas dengan luasan panen terbesar ketiga yaitu kedelai dengan luas 16.216 Ha dan rata-rata produksi 17.756 ton/tahun. Komoditas dengan luasan panen terbesar berikutnya yaitu ubi kayu, kacang hijau, kacang tanah, dan ubi jalar dengan luasan panen masing-masing seluas 3.398 Ha, 6.299 Ha, 2.104 Ha, dan 148 Ha. Rata-rata hasil produksi masing-masing komoditas yaitu ubi kayu sebanyak 68.752 ton/tahun, kacang hijau sebanyak 5.495 ton/tahun, kacang tanah sebanyak 2.447 ton/tahun, dan ubi jalar sebanyak 2.140 ton/tahun.

Wilayah hutan yang ada di Kabupaten Bojonegoro terdiri dari hutan Negara dengan luas 98.588,5 ha (42,73%) dari luas wilayah kabupaten Bojonegoro dan hutan rakyat dengan luas 27.696,0 ha (12,00%). Hutan

Negara yang ada di kabupaten Bojonegoro dikelola oleh 7 (tujuh) KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) dan hutan rakyat dikelola oleh masyarakat.

commit to user

Berikut adalah rincian pengelola hutan Negara dan hutan rakyat di kabupaten Bojonegoro.

Tabel 11. Luas Hutan Negara di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011.

No.

Wilayah KPH

Luas (Ha)

1. KPH Bojonegoro (wilayah Perum Peruhutani Unit II Jatim)

50.145,4

2. KPH Padangan (wilayah Perum Peruhutani Unit II Jatim) 27.830,6

3. KPH Parengan (wilayah Perum Peruhutani Unit II Jatim) 2.763,3

4. KPH Jatirogo (wilayah Perum Peruhutani Unit II Jatim)

1.573,0

5. KPH Ngawi (wilayah Perum Peruhutani Unit II Jatim)

2.334,3

6. KPH Saradan (wilayah Perum Peruhutani Unit II Jatim)

7.992,8

7. KPH Cepu (wilayah Perum Peruhutani Unit I Jateng)

5.949,1

Sumber: Selayang Pandang Dinas Perhutanan dan Perkebunan 2011

Tabel 12. Luas Hutan Rakyat di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011.

No.

Wilayah KPH

Luas (Ha)

1. Swadana

1.069,0

2. Reboisasi Tahun 2002

61,0

3. Reboisasi Tahun 2003

8.070,0

4. Reboisasi Tahun 2004

2.000,0

5. Reboisasi Tahun 2005

1.000,0

6. Reboisasi Tahun 2006

Reboisasi Tahun 2007 Reboisasi Tahun 2008 Reboisasi Tahun 2009 Reboisasi Tahun 2010 Reboisasi Tahun 2011

2.900,0 592,0 2.861,0 5.094,0 3.299,0

Sumber: Selayang Pandang Dinas Perhutanan dan Perkebunan 2011

commit to user