Permasalahan Universalisme Hak-Hak Asasi Manusia

Permasalahan Universalisme Hak-Hak Asasi Manusia

Dalam sejarah perkembangannya yang awal

berkembangnya ide untuk di

dengan

membangun suatu negara bangsa yang berkembangnya ide hak-hak manusia yang

berinfrastruktur asasi -- berikut segala praksis-praksis

demokratik

dan

masyarakat warga (civil society). Ide ini implementatifnya -- terjadi berseiring benar

mencita-citakan

terwujudnya suatu terwujudnya suatu

pembatasannya dalan wujud kewajiban- derajat serta kedudukan di hadapan hukum

kewajiban -- mestilah berawal pula dari dan kekuasaan. Ini berarti bahwa setiap

kesepakatan yang jujur dan ikhlas. Tidaklah manusia

sekali-kali dibenarkan manakala hubungan komunitas bangsa yang disebut negara

atas dasar kesepakatan itu terjadi karena bangsa itu akan tak lagi boleh dipilah ke

suatu pemaksaan atau keterpaksaan, atau dalam golongan mereka yang harus disebut

pula karena dikecoh atau disesatkan lewat para

penipuan. Hak dan kewajiban yang menjadi istimewanya dan golongan mereka yang

Gusti dengan

segala

hak-hak

dasar dari seluruh tertib hukum di dalam harus dinisbatkan sebagai para Kawula Alit

kehidupan bernegara bangsa dan di dalam dengan segala kewajibannya untuk patuh

kehidupan masyarakat warga itu tidaklah dan berdisiplin.

sekali-kali boleh bermula dari kehendak sepihak yang dipaksakan : dipaksakan oleh

Tak lagi mengenal dua kelas yang terpilah

berkekuatan dan secara diskriminatif, masyarakat yang

berkekuasaan kepada dia yang tengah terbentuk itu -- demikian menurut model

berada dalam posisi lemah dan kurang idealnya -- adalah suatu masyarakat baru

berkeberdayaan.

yang berhakikat sebagai masyarakat warga yang pada asasnya berkebebasan, eksis dan

asasi manusia bersitegak

Tatkala

hak-hak

dideklarasikan di New York atas wibawa egalitarianisme. Tak lagi ada kelas ningrat

di atas

dasar

paham

Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun yang atas, tak ada lagi kelas kawula biasa

1948, deklarasi itu tak ayal lagi adalah yang bawah, yang ada kini ini (idealnya

deklarasi yang pada dasarnya bertolak dari yang universal !) adalah kelas tengah.

dan bertumpu pada ide, doktrin dan/atau Semua saja tanpa kecualinya memiliki hak

konsep mengenai kebebasan dan kesetaraan dan kebebasan yang sama. Hak dan

manusia sebagaimana yang telah lama kebebasan hanya boleh dibatasi -- atas dasar

dimengerti di dunia Barat itu sebagaimana kesepakatan, yang dicapai tanpa rasa

dipaparkan di muka. Lebih lanjut lagi keterpaksaan -- oleh para warga itu sendiri

deklarasi itu bahkan juga mengklaim bahwa (atau

hak-hak dan seluruh ide dan doktrin yang Kesepakatan seperti itu, yang dalam istilah

oleh wakil

atau

kuasanya).

mendasarinya itu juga bernilai universal. teknisnya disebut kesepakatan kontraktual,

pada awalnya yang kemudian daripada itu harus dipositifkan

Kalau

semula

dimaksudkan dengan universalitas itu dalam wujud kontrak-kontrak perjanjian

adalah universalitas yang masih pada (manakala dalam kehidupan privat) atau

lingkup nasional, mengatasi partikularisme akan berbentuk undang-undang (manakala

yang lokal dan/atau etnik dan atau yang dalam kehidupan publik). Itulah suatu

sektarian, kini yang dimaksudkan dengan perkembangan dalam kehidupan hukum,

universalitas itu adalah universalitas yang dari kehidupan dengan hukum yang

mengatasi partikularisme tercipta oleh sumber kekuasaan eksternal ke

kemanusiaan,

suatu kebetulan kehidupan baru dengan hukum yang

kebangsaan.

Bukan

manakala deklarasi itu secara resmi disebut tercipta oleh sumber kekuasaan yang

The Universal Declaration of Human Rights, internal dari para manusia itu sendiri.

dengan mengikutkan kata ‘universal’ guna mengkualifikasi deklarasi itu sebagai suatu

Diidealkan seperti itu, maka pada asasnya pernyataan yang berkeniscayaan mesti dan menurut doktrinnya hak-hak para

berlaku umum di negeri manapun, pada warga

yang asasi

dalam

kehidupan kehidupan

adakah hak-hak asasi manusia itu harus ditegakkan kapan saja, di mana saja dalam

Namun demikian, yang masih tetap akan pengertiannya yang sama sebagaimana menjadi persoalan besar sampai pun saat ini

modelnya yang klasik dari Barat itu ? ialah, apakah ide dan konsep -- dan karena

Ataukah hak-hak asasi manusia itu hanya itu segala kebijakan dan upaya penegakan

bisa dipandang sebagai sesuatu yang hak-hak asasi manusia di dalam kehidupan

universal dalam hal prinsip-prinsipnya saja yang telah berskala global itu -- harus

? Yang oleh sebab itu implementasinya -- bersifat demikian universalistik, dalam

demi pemajuan dan penegakan hak-hak artiannya yang mutlak ? Ataukah, sekalipun

asasi manusia -- mestilah selalu dilakukan deklarasi itu telah diterima oleh banyak

memperimbangkan dan/atau wakil negara bangsa di dunia ini, masihkah

dengan

memperhitungkan kondisi dan situasi ada juga tempat untuk tafsir-tafsir yang

setempat yang partikular ?