Kebijakan untuk Menyongsong Kehidupan Masa Depan
Kebijakan untuk Menyongsong Kehidupan Masa Depan
Kehidupan yang kian bersifat transnasional bukan hak-hak asasi itu sendiri melainkan pada skala global memang tak pelak dan tak
ketat atau longgarnya batasannya; sejauh terelakkan lagi akan terus memarakkan
mana, mengingat situasi dan kondisinya konsep hak-hak asasi manusia sebagai
yang relatif, realisasi hak itu boleh dibatasi konsep yang tak mungkin lain daripada
atau digantungkan alias ditangguhkan yang universal itu. Ialah, bahwa hak-hak
(reserved) dulu dalam hal pelaksanaannya. asasi manusia itu pada asasnya mestilah berlaku bagi manusia sesiapapun di
Kebijakan nasional untuk mensukseskan manapun dalam kualifikasi sosial-politik
acap kali menuntut dan kultural yang apapun. Berseiring
pembangunan,
kesediaan khalayak awam untuk berkorban dengan
mendahulukan hak-hak menggalakkan
individualnya (betapa pun asasinya hak-hak pengertian
itu). Dalam pelaksanaan misi pembangunan kesepakatan -- baik di kalangan para pejabat
seperti ini pemerintah mensyaratkan agar pemerintahan maupun di kalangan para
kegiatan-kegiatan politik dihentikan dengan eksponen yang bergerak di luar organisasi
bahwa "politik no, pemerintah
pernyataannya
pembangunan yes", lebih-lebih manakala mengupayakan implementasi nilai dan
-- telah
dicapai
untuk
untuk maksud itu stabilitas nasional (yang norma apapun yang bersifat universal,
lebih banyak diartikan sebagai tiadanya sekalipun dengan tetap mengingati berbagai
gangguan keamanan dan terpeliharanya kemungkinan adanya kendala yang berasal
ketertiban masyarakat yang sebagian besar dari hal-hal yang sifatnya partikularistik.
bersebab dari persoalan politik), maka dapat dimengerti mengapa Sekalipun para pengemban kekuasaan di
dituduhkan
hak-hak sipil dan hak-hak politik acap kali banyak negeri berkembang -- tak ayal juga
gampang begitu saja dilupakan -- kalaupun juga di Indonesia -- beberapa waktu yang
oleh para pejabat lalu hendak mengutamakan paham yang
pemerintah Indonesia. Pengabaian seperti partikularistik, ialah bahwa konsep hak-hak
itu kian nyata terjadi manakala keberhasilan asasi adalah konsep yang pada hakikatnya
para pejabat pemerintahan ipso facto akan relatif dan culturally and politically bound,
lebih sering ditentukan oleh prestasinya di namun akhir-akhir ini mulai tersuarakan
kamtibmas dan kesediaan untuk mengakui universalisme
bidang-bidang
pembangunan itu daripada prestasinya di konsep hak-hak asasi manusia itu, sekalipun
bidang penegakan hak-hak asasi manusia. dalam hal penerapannya orang masih harus
pengakuan secara pula mengingati kondisi-kondisi dan idiom-
Kurang
jelasnya
konstitusional tentang patut dihormatinya idiom sosio-kultural setempat. Apapun juga
hak-hak sipil dan hak-hak politik sebagai yang telah dibicarakan, tak salah lagi setiap
hak-hak manusia yang asasi -- yang bawaan pengemban kekuasaan negara di manapun
dari kodratnya yang universal, dan yang di dunia yang beradab ini telah amat
karena itu tak dapat diganggu-gugat dan tertuntut -- secara moral, kalaupun tidak
dialih-alihkan begitu saja oleh kekuasaan secara konstitusional dan secara hukum --
politik manapun dan kapanpun juga -- telah untuk menghormati hak-hak asasi manusia
pula acap kali menyebabkan pelaksanaan warga
hak-hak manusia tersebut itu mengalami situasional-kultural
negara. Yang
kepincangan di Indonesia.
Namun, sementara itu, sebagai anggota Mendahulukan upaya menjaga stabilitas Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mestinya
politik dan melaksanakan pembangunan harus tahu dan mau memperlihatkan respek
konsekuensinya ataukah kepada seluruh usaha badan dunia ini, tak
apapun
mendahulukan pengakuan terikat dan pelak lagi Indonesia ini pun sebenarnya
terbatasinya kekuasaan pemerintah di harus pula menghormati dan menyatakan
hadapan hak-hak sipil dan hak-hak politik komitmennya
warga negaranya -- dideklarasikan dan disepakatkan dalam
seperti ini acap kali dicoba diatasi dengan konvenan-konvenan yang dibuat sebagai
pernyataan-pernyataan yang bernada bagian
excuse, akan tetapi yang juga mencuatkan terlaksana dan tertegakkannya hak-hak
dari upaya
PBB
merealisasi
polemik tentang hak-hak asasi manusia itu. manusia di manapun, khususnya di negeri-
Ialah, adakah hak-hak asasi itu bersifat negeri para anggotanya. Kesulitan dalam
universal ataukah bersifat partikular, (yang soal
karena itu bermakna relatif dan masih harus komitmen
menaruh dan
mempertaruhkan
dikaji berlaku-tidaknya dalam konteks). konteks kultural tertentu).
-- apakah
akan
terus