Teknik pemupukan: N
2. Teknik pemupukan: N
kontur
c. Penanaman penguat
Tidak ada
Ada, Paspalum sp., Arachis pintoii, teras Setaria , rumput gajah
Berimbang antara urea, SP36, KCl O
a. Cara Waktu aplikasi tidak
Waktu aplikasi teratur sesuai
teratur
kebutuhan
b. Dosis Tidak berimbang
sesuai hasil uji lab.
3. Budidaya ternak domba:
Perkandangan Kandang lantai tanah
Kandang panggung
dalam pembangunan pertanian, keempatnya saling menunjang. Satu atau lebih dari faktor tersebut T
Penguatan Kelembagaan
Sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi dan kelembagaan merupakan faktor penggerak
tidak ada atau tidak sesuai maka kegiatan yang dilakukan tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan (Taryono. 1995). Dengan demikian, penerapan teknologi saja tidak cukup untuk mengatasi permasalahan di lapang, tetapi perlu diimbangi dengan pengelolaan sumberdaya alam, K sumberdaya manusia, kelembagaan dan sistem permodalan (Soentoro, et al. 2000).
diantara adalah SPAKKATS (Sistem Permodalan Anggota Kelembagaan Kelompok Agribisnis E
Pembentukan dan penguatan kelembagaan dalam upaya pengembangan usahatani terpadu, salah satu
Ternak-Sayuran) yang telah dikembangkan di daerah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah (Kusnadi, et al 2007). SPAKKATS merupakan model Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang
dibangun dan dikembangkan secara partisipatif oleh anggota Kelompok Tani. Dalam model ini petani didorong agar mampu berperan sebagai pengusaha dan pelaku agribisnis yang profesional dalam menunjang SUT dan rumah tangga. Pada tahap pertama (2006) pembentukan kelompok petani SUT dilanjutkan pembentukan SPAKKATS sebagai lembaga keuangan mikro. Tahap kedua (2007) pengembangan SPAKKATS menjadi suatu model kelembagaan petani di desa Canggal. E
Kegiatan tahun 2007 yang dilakukan di desa Canggal, kecamatan Kledung, melibatkan petani SUT tahun 2004-2005 sebanyak 20 orang yang telah mengaplikasikan inovasi teknologi ternak domba dan sayuran. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa SUT sangat potensial untuk dikembangkan di desa Canggal dan petaninya mampu memupuk modal untuk pengembangan usahanya. Ditinjau dari jumlah anggota yang bertambah menjadi 48 orang pada akhir kegiatan, petani sangat dinamis, terutama dalam rsi usaha penyediaan pupuk. Sampai dengan tahun 2008 dana kelompok yang dimiliki mencapai Rp 39.700.000. Dana tersebut berasal dari pengembalian ternak domba Rp 8.000.000,-, usahatani sayuran Rp 13.000.000,-, usaha penyediaan pupuk kandang Rp 14.200.000,- dan tabungan petani Rp 4.500.000,-. Kemampuan petani dalam menghimpun dana investasi sebesar Rp 100.000,-/orang
sebagai simpanan pokok dan Rp 10.000,- sebagai simpanan wajib bulanan. ve
Sesuai dengan tujuan kegiatan, yakni mewujudkan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) secara partisipatif di tingkat petani yang berorientasi agribisnis ternak dan tanaman di lahan marjinal, maka kegiatan ini tidak memuat teknologi yang akan diintroduksikan sehingga tidak dapat diadopsi oleh petani. Manfaat kegiatan ini adalah: a) terbangunnya LKM sebagai sumber keuangan (modal) yang Sesuai dengan tujuan kegiatan, yakni mewujudkan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) secara partisipatif di tingkat petani yang berorientasi agribisnis ternak dan tanaman di lahan marjinal, maka kegiatan ini tidak memuat teknologi yang akan diintroduksikan sehingga tidak dapat diadopsi oleh petani. Manfaat kegiatan ini adalah: a) terbangunnya LKM sebagai sumber keuangan (modal) yang
Kelembagaan merupakan faktor penting dalam mengatur hubungan antar manusia untuk penguasaan faktor produksi yang langka (Pakhpahan, 1989). Lebih lanjut dikemukakan bahwa keberlanjutan sistem produksi akan dimungkinkan apabila inovasi teknologi dapat memberikan manfaat bagi pengguna. Mengingat pentingnya faktor kelembagaan dalam pembangunan pertanian, maka aspek ini juga mendapat perhatian yang lebih besar dalam kegiatan percontohan di lapangan. Salah satu kelembagaan yang dikembangkan dan dibina adalah sistem permodalan anggota kelembagaan kelompok agribisnis ternak-sayuran (SPAKKATS). SPAKKATS merupakan model kelembagaan yang dikembangkan dalam mewujudkan lembaga keuangan mikro yang berorientasi agribisnis
berbasis ternak-sayuran di pedesaan. Dalam hal ini, petani didorong untuk mampu berperan sebagai IK
diperlukan adanya organisasi dan administrasi keuangan yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. N
pengusaha dan pelaku agribisnis penunjang usahatani dan rumah tangga di lokasi kegiatan. Dalam mewujudkan kelembagaan SPAKKATS sebagai organisasi usaha yang berorientasi agribisnis
Dalam tulisan ini dikemukakan aspek yang berkaitan dengan pengelolaan kelembagaan SPAKKATS untuk menunjang pengembangan usaha agribisnis di pedesaan. Informasi yang ada bersifat dinamis, dapat mengalami perbaikan dan penyempurnaan, sesuai dengan kondisi daerah setempat.
Dalam upaya peningkatan produktivitas usahatani melalui program intensifikasi tidak bisa dipisahkan antara kegiatan pengenalan teknologi melalui penyuluhan dengan pelayanan kebutuhan modal untuk penerapannya. Pengembangan program agribisnis melalui penerapan SUT, faktor kebutuhan modal R jauh lebih besar dibandingkan dengan program intensifikasi yang parsial untuk komoditas tertentu (Saragih, 1995).