Identitas Peternak Sapi di Kecamatan Dukun
1. Identitas Peternak Sapi di Kecamatan Dukun
Dukun, menunjukkan bahwa pada umumnya sapi yang dipelihara di wilayah tersebut merupakan bibit sapi yang dibeli dari wilayah sekitar maupun dari luar wilayah untuk tujuan penggemukan. Umumnya rata-rata lama penggemukan adalah 1 tahun. Banyaknya peternak yang mengusahakan penggemukan tersebut disebabkan karena salah satunya adalah kejadian erupsi Merapi yang terjadi secara berkala, menyebabkan peternak di lereng Gunung Merapi kurang berminat untuk memelihara ve sapi bibit.
Berdasarkan kepemilikan ternak, umumnya masyarakat kecamatan Dukun memelihara ternak adalah ternak sendiri (81,25%) sedangkan hanya 18,75% saja yang merupakan ternak gaduhan. Berdasarkan kondisi tersebut menunjukkan bahwa sebagian masyarakat masih mengandalkan tabungan dibandingkan sebagai usaha. Peternak dengan status kepemilikan gaduhan dapat dikategorikan Berdasarkan kepemilikan ternak, umumnya masyarakat kecamatan Dukun memelihara ternak adalah ternak sendiri (81,25%) sedangkan hanya 18,75% saja yang merupakan ternak gaduhan. Berdasarkan kondisi tersebut menunjukkan bahwa sebagian masyarakat masih mengandalkan tabungan dibandingkan sebagai usaha. Peternak dengan status kepemilikan gaduhan dapat dikategorikan
Rata-rata luas kepemilikan lahan HMT adalah sekitar 1077,5 m2 per KK, jika produksi HMT 5 kg/m2 maka luasan tersebut mampu menghasilkan HMT sekitar 5 ton lebih dalam 40 hari defoliasi atau lahan tersebut memiliki kemampuan tampung ternak 3 UT (3 ekor sapi dewasa). Diketahui rata-rata jumlah kepemilikan sapi di kecamatan Dukun adalah 2,15 ekor yang artinya di wilayah tersebut sebenarnya tidak kekurangan hijauan.
merupakan gaduhan. Karakteristik pemeliharaan sapi potong rakyat adalah bertujuan untuk IK
Sumadi et al., (2008), bahwa tingkat kepemilikan atau jumlah sapi yang dipelihara setiap peternak relatif sangat terbatas. Status ternak tersebut sebagian besar milik sendiri 84% dan sebagian lagi
pembibitan atau penggemukan dengan skala usaha sangat kecil yaitu 1 – 3 ekor. Sedangkan menurut Aryogi et al. (2005) usaha sapi potong rakyat sebagian besar merupakan usaha yang bersifat turun temurun dengan pola pemeliharaan sesuai dengan kemampuan peternak terutama dalam hal pemberian pakan, hijauan bervariasi jenis dan jumlahnya
Jika ditinjau dari jenis pekerjaan peternak yang 100% adalah petani, maka dipastikan pemeliharaan ternaknya hanya sebagai usaha sambilan disela-sela waktu luangnya untuk bertani. Soedjana (1993) menyatakan, umumnya penduduk pedesaan mencurahkan perhatiannya pada usaha pokoknya yaitu O sebagai petani sehingga pemeliharaan ternaknya kurang diperhatikan. Hal ini disebabkan karena sebagian usaha peternakan dilakukan sebagai usaha sambilan sehingga perhatian peternak terhadap usaha peternakannya kurang baik.
Dilain pihak, Priyanti et al., (1989) menyatakan bahwa meskipun usaha ternak sebagai usaha penunjang tetapi kenyataannya memberikan sumbangan yang besar bagi pendapatan peternak. Hasil penjualan produk-produk pertanian hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan T sebagian untuk kebutuhan konsumsi.
beternak selama 9,7 th dengan jumlah keterlibatan keluarga antara 1 – 3 orang. Pengalaman yang K
Berdasarkan pengalaman beternak sapi menunjukan bahwa rata-rata responden memiliki pengalaman
cukup lama tersebut jika dikaitkan dengan rata-rata umur peternak 38 tahun, menunjukan rata-rata mereka memulai memelihara ternak masih relatif muda yaitu pada saat umur 29 - 30 tahun. Umur ini sangat progresif dalam berusaha tani, oleh karena pada umur tersebut umumnya orang sedang mulai
beranjak akan kebutuhan sehari-harinya baik untuk menghidupi anak-anaknya yang mulai sekolah maupun untuk memenuhi kebutuhan sosialnya. Di kecamatan Dukun kesadaran bertani sekaligus sebagai peternak cukup baik, ditunjukkan dari masih relatif muda seseorang dalam memulai usaha L taninya khususnya untuk beternak yang dimulai dari umur rata-rata 29-30 tahun.
beternak. Cara pemeliharaan yang masih tradisional serta didukung oleh tingkat pendidikan yang E
Pengalaman beternak yang cukup lama, belum menjamin tingkat produktivitas ternak sapi potong yang tinggi, karena produktivitas ternak sangat dipengaruhi oleh banyak faktor selain dari pengalaman
umumnya masih relatif rendah menyebabkan lambatnya penerapan teknologi baru di wilayah tersebut. Hal lain adalah pemeliharaan ternak belum berorientasi bisnis, tapi hanya untuk menenangkan perasaan jika sewaktu-waktu mempunyai kebutuhan besar dan mendesak.
Rata-rata berat badan sapi dewasa pada saat penelitian di kecamatan Dukun adalah 339,8 kg, dengan rsi