RANGKAIAN PENGULANGAN LIMA ALAM TUJUAN

XI. RANGKAIAN PENGULANGAN LIMA ALAM TUJUAN

102 (1) Meninggal Dunia sebagai Manusia (1) Sang Bhagavā mengambil sedikit tanah dengan ujung kuku jari-Nya

dan berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu bagaimanakah menurut kalian, mana yang lebih banyak: sedikit tanah yang Kuambil di ujung kuku jari tangan-Ku ini atau bumi ini?”

“Yang Mulia, bumi ini lebih banyak. Sedikit tanah yang Bhagavā ambil di ujung kuku jari tangan Beliau adalah tidak berarti. Dibanding-

kan dengan bumi ini, sedikit tanah itu tidak perlu dihitung, tidak da- pat dijadikan perbandingan, tidak sebanding bahkan dengan sebagian kecilnya.”

“Demikian pula, para bhikkhu, hanya sedikit makhluk-makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di antara manusia. Tetapi banyak sekali makhluk-makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di neraka. Karena alasan apakah? Karena, para bhikkhu, mereka belum melihat Empat Kebenaran Mulia. Apakah empat ini? Kebenaran mulia penderitaan, kebenaran mulia asal-mula penderitaan, kebenaran mulia lenyapnya penderitaan, kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan.

“Oleh karena itu, para bhikkhu, suatu usaha harus dikerahkan un- tuk memahami: ‘Ini adalah penderitaan.’ … Suatu usaha harus diker- ahkan untuk memahami: ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderi- taan.’”

(2058) V: Buku Besar (Mahāvagga) 103 (2) Meninggal Dunia sebagai Manusia (2) … “Demikian pula, para bhikkhu, hanya sedikit makhluk-makhluk yang,

ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di antara manusia. Tetapi banyak sekali makhluk-makhluk yang, ketika mening- gal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di alam binatang….” [475]

104 (3) Meninggal Dunia sebagai Manusia (3) … “Demikian pula, para bhikkhu, hanya sedikit makhluk-makhluk

yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di antara manusia. Tetapi banyak sekali makhluk-makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di alam setan….”

105 (4) – 107 (6) Meninggal Dunia sebagai Manusia (4-6) … “Demikian pula, para bhikkhu, hanya sedikit makhluk-makhluk

yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di antara para deva. Tetapi banyak sekali makhluk-makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di alam neraka … di alam binatang … di alam setan….”

108 (7) – 110 (9) Meninggal Dunia sebagai Deva (1-3) … “Demikian pula, para bhikkhu, hanya sedikit makhluk-makhluk

yang, ketika meninggal dunia sebagai deva, terlahir kembali di antara deva. Tetapi banyak sekali makhluk-makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai deva, terlahir kembali di alam neraka … di alam bina- tang … di alam setan….”

111 (10) – 113 (12) Meninggal Dunia sebagai Deva (4-6) … “Demikian pula, para bhikkhu, hanya sedikit makhluk-makhluk

yang, ketika meninggal dunia sebagai deva, terlahir kembali di antara manusia. Tetapi banyak sekali makhluk-makhluk yang, ketika menin- ggal dunia sebagai deva, terlahir kembali di alam neraka … di alam binatang … di alam setan….”

56. Saccasaṃyutta (2059) 114 (13) – 116 (15) Meninggal Dunia dari Neraka (1-3) … “Demikian pula, para bhikkhu, hanya sedikit makhluk-makhluk

yang, ketika meninggal dunia dari neraka, terlahir kembali di antara manusia. Tetapi banyak sekali makhluk-makhluk yang, ketika mening- gal dunia dari neraka, terlahir kembali di alam neraka … di alam bina- tang … di alam setan….” [476]

117 (16) – 119 (18) Meninggal Dunia dari Neraka (4-6) … “Demikian pula, para bhikkhu, hanya sedikit makhluk-makhluk

yang, ketika meninggal dunia dari neraka, terlahir kembali di antara para deva. Tetapi banyak sekali makhluk-makhluk yang, ketika men- inggal dunia dari neraka, terlahir kembali di alam neraka … di alam binatang … di alam setan….”

120 (19) – 122 (21) Meninggal Dunia dari Alam Binatang (1-3) … “Demikian pula, para bhikkhu, hanya sedikit makhluk-makhluk

yang, ketika meninggal dunia dari alam binatang, terlahir kembali di antara manusia. Tetapi banyak sekali makhluk-makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam binatang, terlahir kembali di alam neraka … di alam binatang … di alam setan….”

123 (22) – 125 (24) Meninggal Dunia dari Alam Binatang (4-6) … “Demikian pula, para bhikkhu, hanya sedikit makhluk-makhluk

yang, ketika meninggal dunia dari alam binatang, terlahir kembali di antara para deva. Tetapi banyak sekali makhluk-makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam binatang, terlahir kembali di alam neraka … di alam binatang … di alam setan….”

126 (25) – 128 (27) Meninggal Dunia dari Alam Setan (1-3) … “Demikian pula, para bhikkhu, hanya sedikit makhluk-makhluk

yang, ketika meninggal dunia dari alam setan, terlahir kembali di antara manusia. Tetapi banyak sekali makhluk-makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam setan, terlahir kembali di alam neraka … di

(2060) V: Buku Besar (Mahāvagga) 129 (28) Meninggal Dunia dari Alam Setan (4) … “Demikian pula, para bhikkhu, hanya sedikit makhluk-makhluk

yang, ketika meninggal dunia dari alam setan, terlahir kembali di antara para deva. Tetapi banyak sekali makhluk-makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam setan, terlahir kembali di alam neraka” [477]

130 (29) Meninggal Dunia dari Alam Setan (5) … “Demikian pula, para bhikkhu, hanya sedikit makhluk-makhluk

yang, ketika meninggal dunia dari alam setan, terlahir kembali di antara para deva. Tetapi banyak sekali makhluk-makhluk yang, ketika meninggal dunia dari alam setan, terlahir kembali di alam binatang”

131 (30) Meninggal Dunia dari Alam Setan (6) “Demikian pula, para bhikkhu, hanya sedikit makhluk-makhluk yang,

ketika meninggal dunia dari alam setan, terlahir kembali di antara para deva. Tetapi banyak sekali makhluk-makhluk yang, ketika men- inggal dunia dari alam setan, terlahir kembali di alam setan. Karena alasan apakah? Karena, para bhikkhu, mereka belum melihat Empat Kebenaran Mulia. Apakah empat ini? Kebenaran mulia penderitaan, kebenaran mulia asal-mula penderitaan, kebenaran mulia lenyapnya penderitaan, kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan.

“Oleh karena itu, para bhikkhu, suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah penderitaan.’ Suatu usaha harus dik-

erahkan untuk memahami: ‘Ini adalah asal-mula penderitaan.’ Suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah lenyapnya pen- deritaan.’ Suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan.’”

Ini adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Bersukacita, para bhikkhu itu gembira mendengar penjelasan Sang Bhagavā. [478]

Buku besar Selesai