YANG BIJAKSANA

VI. YANG BIJAKSANA

51 (1) Dengan Syair ( Bagian prosa sama seperti pada §46.) [405] Ini adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Setelah mengata-

kan ini, Yang Sempurna, Sang Guru, lebih lanjut mengatakan sebagai berikut: 364

“Ketika seseorang berkeyakinan dalam Sang Tathāgata,

(1996) V: Buku Besar (Mahāvagga) Tidak tergoyahkan dan kokoh,

Dan berperilaku baik yang dibangun di atas moralitas, Disenangi para mulia dan dipuji;

“Ketika ia berkeyakinan dalam Saṅgha Dan pandangan yang telah dibenarkan, Mereka mengatakan bahwa ia tidaklah miskin, Kehidupannya tidaklah sia-sia.

“Oleh karena itu orang yang cerdas, Mengingat Ajaran Sang Buddha, Harus menekuni keyakinan dan moralitas, Untuk mencapai keyakinan dan penglihatan Dhamma.”

52 (2) Seorang yang Telah Melewatkan Musim Hujan Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang berdia di Sāvatthī di Hutan

Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Pada saat itu seorang bhikkhu telah me- lewatkan musim hujan di Sāvatthī dan telah tiba di Kapilavatthu un- tuk suatu urusan. Penduduk Sakya Kapilavatthu mendengar: “Seorang bhikkhu, dikatakan, yang telah melewatkan musim hujan di Sāvatthī telah tiba di Kapilavatthu.”

“Kemudian para Sakya Kapilavatthu mendekati bhikkhu itu dan memberi hormat kepadanya, setelah itu mereka duduk di satu sisi dan berkata kepadanya:

“Kami harap, Yang Mulia, bahwa Sang Bhagavā sehat dan kuat.” “Sang Bhagavā, Sahabat-sahabat, sehat dan kuat.” [406] “Kami harap, Yang Mulia, bahwa Sāriputta dan Moggallāna sehat

dan kuat.”

“Sāriputta dan Moggallāna, Sahabat-sahabat, sehat dan kuat.” “Kami harap, Yang Mulia, bahwa para bhikkhu Saṅgha sehat dan

kuat.” “Para bhikkhu Saṅgha, Sahabat-sahabat, sehat dan kuat.” “Apakah engkau mendengar dan mempelajari sesuatu, Yang Mulia,

di hadapan Sang Bhagavā selama musim hujan ini?” “Di hadapan Sang Bhagavā, Sahabat-sahabat, aku mendengar dan mempelajari ini: ‘Para bhikkhu, sedikit bhikkhu yang, dengan han-

55. Sotāpattisaṃyutta (1997) curnya noda-noda, dalam kehidupan ini masuk dan berdiam dalam

kebebasan batin tanpa noda, kebebasan melalui kebijaksanaan, me- nembusnya untuk diri sendiri dengan pengetahuan langsung. Lebih banyak bhikkhu yang, dengan kehancuran total lima belenggu yang lebih rendah, menjadi yang terlahir spontan, pasti mencapai Nibbāna di sana tanpa kembali dari alam itu.’

“Lebih jauh lagi, Sahabat-sahabat, di hadapan Sang Bhagavā aku mendengar dan mempelajari ini: ‘Para bhikkhu, sedikit bhikkhu yang … menjadi yang terlahir spontan…. Lebih banyak yang, dengan kehan- curan total lima belenggu yang lebih rendah dan dengan melemahnya

keserakahan, kebencian, dan kebodohan, telah menjadi yang-kemba- li-sekali yang, setelah kembali ke dunia ini hanya satu kali lagi, akan mengakhiri penderitaan.’

“Lebih jauh lagi, Sahabat-sahabat, di hadapan Sang Bhagavā aku mendengar dan mempelajari ini: ‘Para bhikkhu, sedikit bhikkhu yang

… menjadi yang-kembali-sekali…. Lebih banyak yang, dengan kehan- curan total tiga belenggu yang lebih rendah, telah menjadi pemasuk- arus, tidak mungkin lagi terlahir di alam rendah, pasti dalam takdir, dengan pencerahan sebagai tujuannya.’”

53 (3) Dhammadinna Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang berdiam di Bārāṇasī di Taman

Rusa di Isipatana. [407] Kemudian umat awam Dhammadinna, bersama dengan lima ratus umat awam, mendekati Sang Bhagavā, memberi hor- mat kepada Beliau, dan duduk di satu sisi. 365 Sambil duduk di satu sisi, umat awam Dhammadinna kemudian berkata kepada Sang Bhagavā: “Sudilah Bhagavā, Yang Mulia, menasihati kami dan memberikan in- struksi kepada kami dengan cara yang dapat menuntun menuju kes- ejahteraan dan kebahagiaan kami dalam waktu yang lama.”

“Oleh karena itu, Dhammadina, engkau harus berlatih sebagai ber- ikut: ‘Dari waktu ke waktu kami akan masuk dan berdiam di dalam khotbah-khotbah yang dibabarkan oleh Sang Tathāgata yang dalam, dalam maknanya, lokuttara, berhubungan dengan kekosongan.’ Den- gan cara demikianlah kalian harus berlatih.” 366

“Yang Mulia, tidaklah mudah bagi kami – dengan berdiam di rumah yang penuh dengan anak-anak, menikmati kayu cendana Kāsi, men-

(1998) V: Buku Besar (Mahāvagga) genakan kalung bunga, wangi-wangian, dan salep, menerima emas dan

perak - dari waktu ke waktu kami akan masuk dan berdiam di dalam khotbah-khotbah yang dibabarkan oleh Sang Tathāgata yang dalam, dalam maknanya, lokuttara, berhubungan dengan kekosongan. Karena kami kokoh dalam lima latihan, sudilah Bhagavā mengajarkan kami Dhamma lebih jauh.”

“Oleh karena itu, Dhammadinna, kalian harus berlatih sebagai beri- kut: ‘Kami akan memiliki keyakinan kuat dalam Sang Buddha … da- lam Dhamma … dalam Saṅgha…. Kami akan memiliki moralitas yang disenangi para mulia, tidak rusak … menuntun menuju konsentrasi.’ Dengan cara demikianlah kalian harus berlatih.”

“Yang Mulia, sehubungan dengan empat faktor memasuki-arus yang diajarkan oleh Bhagavā ini, hal-hal ini telah ada dalam diri kami, dan kami hidup selaras dengan hal-hal itu. Karena, Yang Mulia, kami memiliki keyakinan kuat dalam Sang Buddha, [408] Dhamma, dan Saṅgha. Kami memiliki moralitas yang disenangi para mulia, tidak ru- sak … menuntun menuju konsentrasi.”

“Suatu keuntungan bagimu, Dhammadinna! Sungguh suatu keun- tungan bagimu, Dhammadinna! Engkau baru saja menyatakan buah memasuki-arus.”

54 (4) Sakit Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang berdiam di antara penduduk

Sakya di Kapilavatthu di Taman Nigrodha. Pada saat itu sejumlah bhik- khu sedang membuatkan jubah untuk Sang Bhagavā, berpikir: “Sete- lah tiga bulan, dengan jubah ini selesai, Sang Bhagavā akan melakukan perjalanan.”

Mahānāma orang Sakya mendengar: “Sejumlah bhikkhu sedang membuatkan jubah untuk Sang Bhagavā, dengan berpikir bahwa set- elah tiga bulan, dengan jubah-Nya selesai, Sang Bhagavā akan melaku- kan perjalanan.”

Kemudian Mahānāma orang Sakya mendekati Sang Bhagavā, mem- beri hormat kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata kepada Be- liau: “Yang Mulia, aku mendengar bahwa sejumlah bhikkhu sedang membuatkan jubah untuk Bhagavā…. Sekarang aku belum mendengar dan mempelajari di hadapan Bhagavā mengenai bagaimana seorang

55. Sotāpattisaṃyutta (1999) umat awam bijaksana yang sedang sakit, menderita dan sakit keras

harus dinasihati oleh umat awam bijaksana lainnya.” “Mahānāma, seorang umat awam bijaksana 367 yang sedang sakit,

menderita, dan sakit keras harus dihibur oleh umat awam bijaksana lainya dengan empat penghiburan: ‘Biarlah Yang Mulia 368 diberikan penghiburan. Engkau memiliki keyakinan kuat dalam Sang Buddha se- bagai berikut: “Sang Bhagavā adalah … guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā.” Engkau memiliki keyakinan kuat dalam Dhamma … dalam Saṅgha…. Engkau memiliki moralitas yang disenangi para mulia, tidak rusak … menuntun menuju konsentrasi.’ [409]

“Setelah seorang umat awam bijaksana, yang sedang sakit, mender- ita, dan sakit keras dihibur oleh seorang umat awam bijaksana dengan empat penghiburan ini, ia harus ditanya: ‘Apakah engkau mencemas- kan ibu dan ayahmu? Jika ia mengatakan: ‘Ya,’ maka ia harus diberi- tahu: ‘Tetapi, Tuan, engkau tunduk pada kematian. Apakah engkau mencemaskan ibu dan ayahmu atau tidak, engkau tetap akan mati. Jadi, mohon tinggalkanlah kecemasan terhadap ibu dan ayahmu.’

Jika ia mengatakan: ‘Aku telah meninggalkan kecemasan terhadap ibu dan ayahku,’ ia harus ditanya: ‘Apakah engkau mencemaskan istri

dan anak-anakmu?’ Jika ia mengatakan: ‘Ya,’ maka ia harus diberitahu: ‘Tetapi, Tuan, engkau tunduk pada kematian. Apakah engkau mence- maskan istri dan anak-anakmu atau tidak, engkau tetap akan mati. Jadi, mohon tinggalkanlah kecemasan terhadap istri dan anak-anakmu.’

Jika ia mengatakan: ‘Aku telah meninggalkan kecemasan terhadap istri dan anak-anakku,’ ia harus ditanya: ‘Apakah engkau mencemas-

kan lima utas kenikmatan indria di alam manusia?’ Jika ia mengata- kan: ‘Ya,’ maka ia harus diberitahu: ‘Kenikmatan indria surgawi, saha- bat, adalah lebih unggul dan luhur daripada kenikmatan indria di alam manusia. Jadi mohon tariklah pikiranmu dari kenikmatan indria alam manusia dan bertekadlah pada alam para deva dari Empat Raja Dewa.’

“Jika ia mengatakan: ‘Pikiranku telah ditarik dari kenikmatan in- dria alam manusia dan bertekad pada alam para deva dari Empat Raja Dewa,’ maka ia harus diberitahu: [410] ‘Para deva Tāvatiṃsa, adalah lebih unggul dan luhur daripada para deva dari alam Empat Raja Dewa. Jadi mohon tariklah pikiranmu dari para deva di alam Empat Raja Dewa

(2000) V: Buku Besar (Mahāvagga) “Jika ia mengatakan: ‘Pikiranku telah ditarik dari para deva di

alam Empat Raja Dewa dan bertekad pada para deva Tāvatiṃsa,’ maka ia harus diberitahu: ‘Yang lebih unggul dan luhur, Sahabat, dari para deva Tāvatiṃsa adalah para deva Yāma … para deva Tusita

… para deva Nimmānarati … para deva Paranimmitavasavattī…. Alam brahmā, sahabat, adalah lebih unggul dan luhur daripada para deva Paranimmitavasavattī. Jadi tariklah pikiranmu dari para deva Paran- immitavaavatti dan bertekadlah pada alam brahmā.’ 369

“Jika ia mengatakan: ‘Pikiranku telah ditarik dari para deva Paranimmitavasavattī dan bertekad pada alam brahmā,’ maka ia harus

diberitahu: ‘Bahkan alam brahmā, sahabat, adalah tidak kekal, tidak stabil, termasuk dalam identitas. Jadi mohon tariklah pikiranmu dari alam brahmā dan arahkan pada lenyapnya identitas.’ 370

“Jika ia mengatakan: ‘Pikiranku telah ditarik dari alam brahmā; aku telah mengarahkan pikiranku pada lenyapnya identitas,’ maka, Mahānāma, aku mengatakan tidak ada perbedaan antara seorang umat awam yang terbebaskan dalam pikiran demikian dan seorang bhikkhu yang telah terbebaskan dalam batin selama seratus tahun, 371 yaitu, antara kebebasan yang satu dan yang lainnya.” 372

55 (5) Buah Memasuki-Arus “Para bhikkhu, empat hal ini, jika dikembangkan dan dilatih, akan

menuntun menuju buah memasuki-arus. Apakah empat ini? [411] Pergaulan dengan orang-orang mulia, mendengarkan Dhamma sejati, perhatian waspada, praktik sesuai dengan Dhamma. Empat hal ini, jika dikembangkan dan dilatih, akan menuntun menuju buah memasuki- arus.”

56 (6) Buah Yang-Kembali-Sekali “Para bhikkhu, empat hal ini, jika dikembangkan dan dilatih, akan

menuntun menuju buah yang–kembali-sekali. Apakah empat ini?…” ( seperti di atas).

55. Sotāpattisaṃyutta (2001)

57 (7) Yang-Tidak-Kembali “ … menuntun menuju buah yang-tidak-kembali….”

58 (8) Buah Kearahatan “ … menuntun menuju buah Kearahatan….”

59 (9) Perolehan Kebijaksanaan “ … menuntun menuju perolehan kebijaksanaan….”

60 (10) Pertumbuhan Kebijaksanaan “ … menuntun menuju pertumbuhan kebijaksanaan….”

61 (11) Perluasan Kebijaksanaan “ … menuntun menuju perluasan kebijaksanaan….”