SERIBU, ATAU TAMAN KERAJAAN

II. SERIBU, ATAU TAMAN KERAJAAN

11 (1) Seribu Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī di Ta-

man Kerajaan. Kemudian sekelompok Saṅgha yang terdiri dari seribu bhikkhunī mendekati Sang Bhagavā, memberi hormat kepada Beliau, dan berdiri di satu sisi. Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhunī itu:

“Para bhikkhunī, seorang siswa mulia yang memiliki empat hal ada- lah seorang pemasuk-arus, tidak mungkin lagi terlahir di alam rendah, pasti dalam takdirnya, dengan pencerahan sebagai tujuannya. Apakah empat ini? Di sini, para bhikkhunī, seorang siswa mulia memiliki keya- kinan kuat dalam Sang Buddha sebagai berikut: ‘Sang Bhagavā ada-

lah … guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā.’

55. Sotāpattisaṃyutta (1963) [361] Ia memiliki keyakinan kuat dalam Dhamma … dalam Saṅgha…. Ia

memiliki moralitas yang disenangi para mulia, tidak rusak … menun- tun menuju konsentrasi.

“Seorang siswa mulia, para bhikkhunī, yang memiliki empat hal adalah seorang pemasuk-arus, tidak mungkin lagi terlahir di alam ren-

dah, pasti dalam takdirnya, dengan pencerahan sebagai tujuannya.”

12 (2) Para Brahmana Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, para brahmana menyatakan suatu jalan

yang disebut ‘Menuju ke atas.’ Mereka menginstruksikan seorang mu- rid sebagai berikut: ‘Marilah, orang baik, bangunlah pagi-pagi dan ber- jalanlah ke arah timur. Jangan hindari lubang, atau jurang, atau tung-

gul, atau tempat berduri, atau kolam desa atau lubang jamban. Engkau harus mengharapkan kematian 333 di manapun engkau jatuh. Dengan demikian, orang baik, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, engkau akan terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga.’

“Sekarang praktik para brahmana ini, para bhikkhu, adalah jalan yang dungu, jalan yang bodoh; tidak menuntun menuju kejijikan, menuju kebosanan, menuju lenyapnya, menuju kedamaian, menuju pengetahuan langsung, menuju pencerahan, menuju Nibbāna. Tetapi Aku, para bhikkhu, menyatakan jalan menuju ke atas dalam Disiplin Para Mulia, jalan yang menuntun menuju kejijikan, menuju kebosan- an, menuju lenyapnya, menuju kedamaian, menuju pengetahuan lang- sung, menuju pencerahan, menuju Nibbāna.

“Dan apakah, para bhikkhu, jalan yang menuju ke atas, yang menun- tun menuju kejijikan … menuju Nibbāna. [362] Di sini, para bhikkhu, seorang siswa mulia memiliki keyakinan kuat dalam Sang Buddha se- bagai berikut: ‘Sang Bhagavā adalah … guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā.’ Ia memiliki keyakinan kuat dalam Dhamma … dalam Saṅgha…. Ia memiliki moralitas yang disenangi para mulia, tidak rusak … menuntun menuju konsentrasi.

“Ini, para bhikkhu, adalah jalan yang menuju ke atas, yang menun- tun menuju kejijikan, menuju kebosanan, menuju lenyapnya, menu- ju kedamaian, menuju pengetahuan langsung, menuju pencerahan, menuju Nibbāna.”

(1964) V: Buku Besar (Mahāvagga)

13 (3) Ānanda Pada suatu ketika Yang Mulia Ānanda dan Yang Mulia Sāriputta sedang

berdiam di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Kemudian, pada suatu malam, Yang Mulia Sāriputta keluar dari keterasingan, mendekati Yang Mulia Ānanda, dan saling bertukar sapa dengannya. Ketika mereka mengakhiri ramah-tamah itu, ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Yang Mulia Ānanda:

“Sahabat Ānanda, dengan meninggalkan berapa halkah dan dengan memiliki berapa halkah orang-orang dinyatakan oleh Sang Bhagavā se- bagai berikut: ‘Orang ini adalah seorang pemasuk-arus, tidak mungkin lagi terlahir di alam rendah, pasti dalam takdirnya, dengan pencera- han sebagai tujuannya.’?”

“Adalah, Sahabat, dengan meninggalkan empat hal dan dengan memiliki empat hal orang-orang dinyatakan oleh Sang Bhagavā de- mikian. Apakah empat ini?

“Sahabat, seseorang yang tidak memiliki, keyakinan sehubungan dengan Sang Buddha seperti yang dimiliki oleh kaum duniawi yang tidak terlatih, yang karenanya, dengan hancurnya jasmani, setelah ke- matian, akan terlahir kembali di alam sengsara, di alam yang buruk, di alam rendah di neraka. [363] Dan seseorang yang memiliki keyakinan kuat dalam Sang Buddha seperti yang dimiliki oleh siswa mulia, yang karenanya, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga: ‘Sang Bhagavā adalah … guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Sang bhagavā.’

“Sahabat, seseorang yang tidak memiliki keyakinan sehubungan dengan Dhamma seperti yang dimiliki oleh kaum duniawi yang tidak terlatih, yang karenanya, dengan hancurnya jasmani, setelah kema- tian, akan terlahir kembali di alam sengsara, di alam yang buruk, di alam rendah di neraka. Dan seseorang yang memiliki keyakinan kuat dalam Dhamma seperti yang dimiliki oleh siswa mulia, yang karenanya, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga: ‘Dhamma telah dibabarkan dengan baik oleh Sang Bhagavā … untuk dialami secara pribadi oleh para bijaksana.’

“Sahabat, seseorang yang tidak memiliki, keyakinan sehubungan dengan Saṅgha seperti yang dimiliki oleh kaum duniawi yang tidak

55. Sotāpattisaṃyutta (1965) terlatih, yang karenanya, dengan hancurnya jasmani, setelah kema-

tian, akan terlahir kembali di alam sengsara, di alam yang buruk, di alam rendah di neraka. Dan seseorang yang memiliki keyakinan kuat dalam Saṅgha seperti yang dimiliki oleh siswa mulia, yang karenanya, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga: ‘Saṅgha siswa Sang Bhagavā mempraktik- kan jalan yang baik … lahan menanam jasa yang tiada bandingnya di dunia.’

“Sahabat, seseorang yang tidak memiliki moralitas seperti kaum duniawi yang tidak terlatih, yang karenanya, dengan hancurnya jas- mani, setelah kematian, akan terlahir kembali di alam sengsara, di alam yang buruk, di alam rendah di neraka. Dan seseorang yang memiliki moralitas yang disenangi para mulia yang dimiliki oleh siswa mulia, yang karenanya, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terla- hir kembali di alam yang baik, di alam surga: moralitas yang disenangi para mulia … menuntun menuju konsentrasi. [364]

“Adalah, Sahabat, dengan meninggalkan empat hal dan dengan memiliki empat hal orang-orang dinyatakan oleh Sang Bhagavā seba- gai berikut: ‘Orang ini adalah seorang pemasuk-arus, tidak mungkin lagi terlahir di alam rendah, pasti dalam takdirnya, dengan pencera- han sebagai tujuannya.’”

14 (4) Alam tujuan yang buruk (1) “Para bhikkhu, seorang siswa mulia yang memiliki empat hal telah

melampaui segala ketakutan akan alam tujuan yang buruk. Apakah empat ini? Di sini, para bhikkhu, seorang siswa mulia memiliki keya- kinan kuat dalam Sang Buddha sebagai berikut: ‘Sang Bhagavā adalah … guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā.’ Ia memiliki keyakinan kuat dalam Dhamma … dalam Saṅgha…. Ia memi- liki moralitas yang disenangi para mulia, tidak rusak … menuntun menuju konsentrasi. Seorang siswa mulia yang memiliki empat hal ini telah melampaui segala ketakutan akan alam tujuan yang buruk.”

15 (5) Alam Tujuan yang Buruk (2) “Para bhikkhu, seorang siswa mulia yang memiliki empat hal telah

(1966) V: Buku Besar (Mahāvagga) melampaui segala ketakutan akan alam tujuan yang buruk, alam ren-

dah. Apakah empat ini?” ( lengkap seperti Sutta sebelumnya.)

16 (6) Teman dan Rekan (1) “Para bhikkhu, mereka yang kalian kasihi dan mereka yang kalian rasa

harus diperhatikan – apakah teman-teman atau sahabat, sanak sau- dara atau kerabat - kepada orang-orang ini kalian 334 harus menasihati, menguatkan, dan mengokohkan dalam empat faktor memasuki-arus.

“Apakah empat ini? [365] Kalian harus menasihati, menguatkan, dan mengokohkan mereka dalam keyakinan kuat dalam Sang Buddha sebagai berikut: ‘Sang Bhagavā adalah …. guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā.’ Kalian harus menasihati, menguat- kan, dan mengokohkan mereka dalam keyakinan kuat dalam Dhamma … dalam Saṅgha … dalam hal moralitas yang disenangi para mulia, tidak rusak … menuntun menuju konsentrasi.

“Mereka yang kalian kasihi … kepada orang-orang ini kalian harus menasihati, menguatkan, dan mengokohkan dalam empat faktor me- masuki-arus.”

17 (7) Teman dan Rekan (2) “Para bhikkhu, mereka yang kalian kasihi dan mereka yang kalian rasa

harus diperhatikan – apakah teman-teman atau sahabat, sanak sau- dara atau kerabat – kepada orang-orang ini kalian harus menasihati, menguatkan, dan mengokohkan dalam empat faktor memasuki-arus.

“Apakah empat ini? Kalian harus menasihati, menguatkan, dan mengokohkan mereka dalam keyakinan kuat dalam Sang Buddha se- bagai berikut: ‘Sang Bhagavā adalah …. guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā.’ …

“Para bhikkhu, mungkin ada perubahan dalam empat unsur utama – dalam unsur tanah, unsur air, unsur panas, unsur angin – tetapi tidak mungkin ada perubahan dalam diri siswa mulia yang memiliki keyaki- nan kuat dalam Sang Buddha. Karena itu perubahan ini: bahwa siswa mulia yang memiliki keyakinan kuat dalam Sang Buddha akan terla- hir kembali di neraka, di alam binatang, atau di alam setan. Ini adalah

55. Sotāpattisaṃyutta (1967) “Kalian harus menasihati, menguatkan, dan mengokohkan mereka

dalam keyakinan kuat dalam Dhamma … dalam Saṅgha … dalam hal moralitas yang disenangi para mulia … menuntun menuju konsentra- si.

“Para bhikkhu, mungkin ada perubahan dalam empat unsur utama … tetapi tidak mungkin ada [366] perubahan dalam diri siswa mulia yang memiliki moralitas yang disenangi para mulia. Karena itu peruba- han ini: bahwa siswa mulia yang memiliki moralitas yang disenangi para mulia akan terlahir kembali di neraka, di alam binatang, atau di alam setan. Ini adalah tidak mungkin.

“Mereka yang kalian kasihi … kepada orang-orang ini kalian harus menasihati, menguatkan, dan mengokohkan dalam empat faktor me- masuki-arus.”

18 (8) Mengunjungi Para Deva (1) Di Sāvatthī. 335 Bagaikan seorang kuat yang merentangkan lengannya yang tertekuk atau menekuk tangannya yang terentang, Yang Mulia

Mahāmoggallāna lenyap dari Hutan Jeta dan muncul kembali di antara para deva Tāvatiṃsa. Kemudian sejumlah devatā penghuni alam Tāvatiṃsa mendekati Yang Mulia Mahāmoggallāna, memberi hormat kepadanya, dan berdiri di satu sisi. Yang Mulia Mahāmoggallāna ke- mudian berkata kepada para devatā itu:

“Baik sekali, Sahabat-sahabat, memiliki keyakinan kuat dalam Sang Buddha sebagai berikut: ‘Sang Bhagavā adalah … guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā.’ Karena dengan memiliki keyakinan kuat dalam Sang Buddha, beberapa makhluk di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga.

“Baik sekali, Sahabat-sahabat, memiliki keyakinan kuat dalam Dhamma … dalam Saṅgha … memiliki moralitas yang disenangi para mulia … menuntun menuju konsentrasi. [367] Karena dengan memi- liki moralitas yang disenangi para mulia, beberapa makhluk di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga.”

“Baik sekali, Yang Mulia Mahāmoggallāna, memiliki keyakinan kuat dalam Buddha … dalam Dhamma … dalam Saṅgha … memiliki morali-

(1968) V: Buku Besar (Mahāvagga) tas yang disenangi para mulia … menuntun menuju konsentrasi. Kar-

ena dengan memiliki moralitas yang disenangi para mulia, beberapa makhluk di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga.”

19 (9) Mengunjuni Para Deva (2) (Sutta ini identik dengan sutta sebelumnya, kecuali di manapun dalam §18

tertulis “terlahir kembali di alam yang baik,” dalam Sutta ini ditulis “telah terlahir kembali di alam yang baik.”)

20 (10) Mengunjungi Para Deva (3) Kemudian, bagaikan seorang kuat yang merentangkan lengannya yang

tertekuk atau menekuk lengannya yang terentang, Sang Bhagavā leny- ap dari Hutan Jeta dan muncul kembali di antara para deva Tāvatiṃsa. Kemudian sejumlah devatā penghuni alam Tāvatiṃsa mendekati Sang Bhagavā, memberi hormat kepada Beliau, [368] dan berdiri di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada para devatā itu:

“Baik sekali, Sahabat-sahabat, memiliki keyakinan kuat dalam Sang Buddha sebagai berikut: ‘Sang Bhagavā adalah … guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Sang Bhagavā.’ Karena dengan memiliki keyakinan kuat dalam Sang Buddha, beberapa makhluk di sini adalah pemasuk-arus, tidak mungkin lagi terlahir di alam rendah, pasti dalam takdirnya, dengan pencerahan sebagai tujuannya.

“Baik sekali, Sahabat-sahabat, memiliki keyakinan kuat dalam Dhamma … dalam Saṅgha … memiliki moralitas yang disenangi para mulia … menuntun menuju konsentrasi. Karena dengan memiliki mo-

ralitas yang disenangi para mulia, beberapa makhluk di sini adalah pemasuk-arus, tidak mungkin lagi terlahir di alam rendah, pasti dalam takdirnya, dengan pencerahan sebagai tujuannya.”

“Baik sekali, Yang Mulia, memiliki keyakinan kuat dalam Dhamma … dalam Saṅgha … memiliki moralitas yang disenangi para mulia … menuntun menuju konsentrasi. Karena dengan memiliki moralitas

yang disenangi para mulia, beberapa makhluk di sini adalah pemasuk- arus, tidak mungkin lagi terlahir di alam rendah, pasti dalam takdirnya, dengan pencerahan sebagai tujuannya.”

55. Sotāpattisaṃyutta (1969) [369]