MEMUTAR RODA DHAMMA

II. MEMUTAR RODA DHAMMA

11 (1) Memutar Roda Dhamma Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang

berdiam di Bārāṇasī di Taman Rusa di Isipatana. [421] Di sana Sang Bhagavā berkata kepada Kelompok Lima Bhikkhu sebagai berikut: 380

“Para bhikkhu, kedua ekstrim ini tidak boleh diikuti oleh seorang yang telah meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menjalani ke- hidupan tanpa rumah. Apakah dua ini? Mengejar kebahagiaan indria dalam kenikmatan indria, yang rendah, kasar, cara-cara kaum dun- iawi, tidak mulia, tidak bermanfaat; dan praktek penyiksaan diri, yang menyakitkan, tidak mulia, tidak bermanfaat. Tanpa berbelok ke arah salah satu dari ekstrim-ekstrim ini, Sang Tathāgata telah membangkit- kan jalan tengah, yang memunculkan penglihatan, yang memuncul- kan pengetahuan, yang menuntun menuju kedamaian, menuju penge- tahuan langsung, menuju pencerahan, menuju Nibbāna.

“Dan apakah, para bhikkhu, jalan tengah yang dibangkitkan oleh Sang Tathāgata, yang memunculkan penglihatan … yang menuntun

menuju Nibbāna? Adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, konsentrasi be- nar. Ini, para bhikkhu, adalah jalan tengah yang dibangkitkan oleh Sang Tathāgata, yang memunculkan penglihatan, yang memunculkan pengetahuan, yang menuntun menuju kedamaian, menuju pengeta- huan langsung, menuju pencerahan, menuju Nibbāna.

“Sekarang ini, para bhikkhu, adalah kebenaran mulia penderitaan: kelahiran adalah penderitaan, penuaan adalah penderitaan, sakit ada- lah penderitaan, kematian adalah penderitaan; 381 berkumpul dengan apa yang tidak menyenangkan adalah penderitaan; berpisah dengan apa yang menyenangkan adalah penderitaan; tidak mendapatkan apa yang diinginkan adalah penderitaan; singkatnya, kelima kelompok un- sur kehidupan yang tunduk pada kemelekatan adalah penderitaan.

56. Saccasaṃyutta (2011) “Sekarang ini, para bhikkhu, adalah kebenaran mulia asal-mula

penderitaan: adalah keinginan yang menuntun menuju penjelmaan baru, disertai dengan kesenangan dan nafsu, mencari kenikmatan di sana-sini; yaitu, keinginan pada kenikmatan indria, keinginan pada penjelmaan, keinginan pada pemusnahan.

“Sekarang ini, para bhikkhu, adalah kebenaran mulia lenyapnya penderitaan: adalah peluruhan tanpa sisa dan lenyapnya keinginan yang sama itu, meninggalkan dan melepaskannya, kebebasan darinya, tidak bergantung padanya.

“Sekarang ini, para bhikkhu, adalah kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan: [422] adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar … konsentrasi benar.

“‘Ini adalah kebenaran mulia penderitaan’: demikianlah, para bhik- khu, sehubungan dengan hal-hal yang belum pernah terdengar sebel- umnya, muncullah pada-Ku penglihatan, pengetahuan, kebijaksanaan,

pengetahuan sejati, dan cahaya. “‘Kebenaran mulia penderitaan harus dipahami sepenuhnya’: de- mikianlah, para bhikkhu, sehubungan dengan hal-hal yang belum per- nah terdengar sebelumnya, muncullah pada-Ku penglihatan, pengeta- huan, kebijaksanaan, pengetahuan sejati, dan cahaya.

“‘Kebenaran mulia penderitaan telah dipahami sepenuhnya’: de- mikianlah, para bhikkhu, sehubungan dengan hal-hal yang belum per- nah terdengar sebelumnya, muncullah pada-Ku penglihatan, pengeta- huan, kebijaksanaan, pengetahuan sejati, dan cahaya.

“‘Ini adalah kebenaran mulia asal-mula penderitaan’: demikianlah, para bhikkhu, sehubungan dengan hal-hal yang belum pernah terden- gar sebelumnya, muncullah pada-Ku penglihatan, pengetahuan, kebi- jaksanaan, pengetahuan sejati, dan cahaya.

“‘Kebenaran mulia asal-mula penderitaan harus ditinggalkan’: de- mikianlah, para bhikkhu, sehubungan dengan hal-hal yang belum per-

nah terdengar sebelumnya, muncullah pada-Ku penglihatan, pengeta- huan, kebijaksanaan, pengetahuan sejati, dan cahaya.

“‘Kebenaran mulia asal-mula penderitaan telah ditinggalkan’: de- mikianlah, para bhikkhu, sehubungan dengan hal-hal yang belum per- nah terdengar sebelumnya, muncullah pada-Ku penglihatan, pengeta-

huan, kebijaksanaan, pengetahuan sejati, dan cahaya.

(2012) V: Buku Besar (Mahāvagga) “‘Ini adalah kebenaran mulia lenyapnya penderitaan’: demikianlah,

para bhikkhu, sehubungan dengan hal-hal yang belum pernah terden- gar sebelumnya, muncullah pada-Ku penglihatan, pengetahuan, kebi- jaksanaan, pengetahuan sejati, dan cahaya.

“‘Kebenaran mulia lenyapnya penderitaan harus dicapai’: demiki- anlah, para bhikkhu, sehubungan dengan hal-hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, muncullah pada-Ku penglihatan, pengetahuan, kebijaksanaan, pengetahuan sejati, dan cahaya.

“‘Kebenaran mulia lenyapnya penderitaan telah dicapai’: demiki- anlah, para bhikkhu, sehubungan dengan hal-hal yang belum pernah

terdengar sebelumnya, muncullah pada-Ku penglihatan, pengetahuan, kebijaksanaan, pengetahuan sejati, dan cahaya.

“‘Ini adalah kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan’: demikianlah, para bhikkhu, sehubungan dengan hal-hal yang be- lum pernah terdengar sebelumnya, muncullah pada-Ku penglihatan,

pengetahuan, kebijaksanaan, pengetahuan sejati, dan cahaya. “‘Kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan harus dikembangkan’: demikianlah, para bhikkhu, sehubungan dengan hal- hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, muncullah pada-Ku penglihatan, pengetahuan, kebijaksanaan, pengetahuan sejati, dan ca- haya.

“‘Kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan telah dikembangkan’: demikianlah, para bhikkhu, sehubungan dengan hal- hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, muncullah pada-Ku penglihatan, pengetahuan, kebijaksanaan, pengetahuan sejati, dan ca- haya.

“Selama, para bhikkhu, pengetahuan-Ku dan penglihatan terhadap Empat Kebenaran Mulia sebagaimana adanya ini dengan tiga tahap dan dua belas aspeknya ini belum sempurna dimurnikan dengan cara ini, 382 [423] Aku tidak mengaku telah tercerahkan hingga pencerah- an sempurna yang tiada bandingnya di dunia ini dengan para deva, Māra, dan Brahmā, dalam generasi ini bersama dengan para petapa dan brahmana, para deva dan manusia. Tetapi ketika pengetahuan-Ku dan penglihatan terhadap Empat Kebenaran Mulia sebagaimana adan- ya ini dengan tiga tahap dan dua belas aspeknya ini telah sempurna dimurnikan dengan cara ini, maka Aku mengaku telah tercerahkan

56. Saccasaṃyutta (2013) hingga pencerahan sempurna yang tiada bandingnya di dunia ini den-

gan para deva, Māra, dan Brahmā, dalam generasi ini bersama dengan para petapa dan brahmana, para deva dan manusia. Pengetahuan dan penglihatan muncul pada-Ku: ‘Kebebasan batin-Ku tidak tergoyahkan. Ini adalah kelahiran-Ku yang terakhir. Tidak akan ada lagi penjelmaan baru.’”

Ini adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Bersuka-cita, Kelompok Lima Bhikkhu itu gembira mendengar penjelasan Sang Bhagavā. Dan selagi khotbah ini sedang dibabarkan, muncullah pada Yang Mulia Kondañña penglihatan Dhamma tanpa noda, bebas dari

debu: “Apa pun yang tunduk pada asal-mula semuanya tunduk pada lenyapnya.”

Dan ketika Roda Dhamma ini telah diputar oleh Sang Bhagavā, 383 para deva yang bertempat tinggal di bumi berseru: “Di Bārāṇasī, di

Taman Rusa di Isipatana, Roda Dhamma tanpa banding telah dipu- tar oleh Sang Bhagavā, yang tidak dapat dihentikan oleh petapa atau

brahmana atau deva atau Māra atau Brahmā atau siapa pun di dun- ia.” Setelah mendengar seruan para deva yang bertempat tinggal di bumi, para deva di alam Empat Raja Deva berseru: “Di Bārāṇasī …

Roda Dhamma tanpa banding telah diputar oleh Sang Bhagavā, yang tidak dapat dihentikan … oleh siapa pun di dunia.” Setelah menden- gar seruan para deva di alam Empat Raja Deva, para deva Tāvatiṃsa … para deva Yāma … para deva Tusita … para deva Nimmānaratī … para deva Paranimmitavasavattī … para deva pengikut Brahmā berseru: Di

Bārāṇasī, di Taman Rusa di Isipatana, Roda Dhamma tanpa banding te- lah diputar oleh Sang Bhagavā, [424] yang tidak dapat dihentikan oleh petapa atau brahmana atau deva atau Māra atau Brahmā atau siapa pun di dunia.”

Demikianlah pada saat itu, seketika itu, pada detik itu, seruan itu menyebar hingga sejauh alam brahmā, dan sepuluh ribu sistem dunia ini berguncang, bergoyang, dan bergetar, dan cahaya agung yang tan-

pa batas muncul di dunia melampaui keagungan para deva di surga. Kemudian Sang Bhagavā mengucapkan ucapan inspitarif ini: “Koṇḍañña sungguh telah mengerti! Koṇḍañña sungguh telah menger- ti!” Demikianlah Yang Mulia Koṇḍañña memperoleh nama “Aññā Koṇḍañña - Koṇḍañña Yang Telah Mengerti.”

(2014) V: Buku Besar (Mahāvagga)

12 (2) Para Tathāgata “‘Ini adalah kebenaran mulia penderitaan’: demikianlah, para bhik-

khu, sehubungan dengan hal-hal yang belum pernah terdengar sebe- lumnya, muncullah penglihatan, pengetahuan, kebijaksanaan, penge- tahuan sejati, dan cahaya pada para Tathāgata.

“‘Kebenaran mulia penderitaan harus dipahami sepenuhnya’: de- mikianlah, para bhikkhu, sehubungan dengan hal-hal yang belum per- nah terdengar sebelumnya, muncullah penglihatan … dan cahaya pada para Tathāgata.

“‘Kebenaran mulia penderitaan telah dipahami sepenuhnya’: de- mikianlah, para bhikkhu, sehubungan dengan hal-hal yang belum per- nah terdengar sebelumnya, muncullah penglihatan … dan cahaya pada para Tathāgata.

“‘Ini adalah kebenaran mulia asal-mula penderitaan’ … ‘Kebenaran mulia asal-mula penderitaan harus ditinggalkan’ … ‘Kebenaran mulia asal-mula penderitaan telah ditinggalkan’: demikianlah, para bhikkhu, sehubungan dengan hal-hal yang belum pernah terdengar sebelum- nya, muncullah penglihatan … dan cahaya pada para Tathāgata.

“‘Ini adalah kebenaran mulia lenyapnya penderitaan’ … ‘Kebenaran mulia lenyapnya penderitaan harus dicapai’ … [425] ‘Kebenaran mulia lenyapnya penderitaan telah dicapai’: demikianlah, para bhikkhu, se- hubungan dengan hal-hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, muncullah penglihatan … dan cahaya pada para Tathāgata.

“‘Ini adalah kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan’ … ‘Kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan harus dikem- bangkan’ … ‘Kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan te- lah dikembangkan’: demikianlah, para bhikkhu, sehubungan dengan hal-hal yang belum pernah terdengar sebelumnya, muncullah pengli- hatan … dan cahaya pada para Tathāgata.”

13 (3) Kelompok-kelompok Unsur Kehidupan “Para bhikkhu, terdapat Empat Kebenaran Mulia ini. Apakah empat

ini? Kebenaran Mulia penderitaan, kebenaran mulia asal-mula pend- eritaan, kebenaran mulia lenyapnya, kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan.

56. Saccasaṃyutta (2015) “Dan apakah, para bhikkhu, kebenaran mulia penderitaan? Dapat

dikatakan: kelima kelompok unsur kehidupan yang tunduk pada ke- melekatan; yaitu, kelompok unsur bentuk yang tunduk pada kemeleka- tan … kelompok unsur kesadaran yang tunduk pada kemelekatan. Ini disebut kebenaran mulia penderitaan.

“Dan apakah, para bhikkhu, kebenaran mulia asal-mula penderi- taan? Adalah keinginan yang mengarah menuju penjelmaan baru, dis- ertai dengan kesenangan dan nafsu, mencari kenikmatan di sana-sini; yaitu, keinginan pada kenikmatan indria, keinginan pada penjelmaan, keinginan pada pemusnahan. Ini disebut kebenaran mulia asal-mula penderitaan.

“Dan apakah, para bhikkhu, kebenaran mulia lenyapnya pend- eritaan? adalah peluruhan tanpa sisa dan lenyapnya keinginan yang sama itu, meninggalkan dan melepaskannya, kebebasan darinya, tidak bergantung padanya. Ini disebut kebenaran mulia lenyapnya penderi- taan.

“Dan apakah, para bhikkhu, kebenaran mulia jalan menuju lenyap- nya penderitaan? Adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu pan- dangan benar … konsentrasi benar. Ini disebut kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan. [426]

“Ini, para bhikkhu, adalah Empat Kebenaran Mulia. “Oleh karena itu, para bhikkhu, suatu usaha harus dikerahkan un-

tuk memahami: ‘Ini adalah penderitaan.’ … Suatu usaha harus diker- ahkan untuk memahami: ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderi- taan.’”

14 (4) Landasan Indria Internal “Para bhikkhu, terdapat Empat Kebenaran Mulia ini. Apakah empat

ini? Kebenaran Mulia penderitaan, kebenaran mulia asal-mula pend- eritaan, kebenaran mulia lenyapnya, kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan.

“Dan apakah, para bhikkhu, kebenaran mulia penderitaan? Dapat dikatakan: enam landasan indria internal. Apakah enam ini? Landasan mata … landasan pikiran. Ini disebut kebenaran mulia penderitaan.”

( Lanjutan Sutta ini identik dengan §13).

(2016) V: Buku Besar (Mahāvagga)

15 (5) Ingatan (1) “Para bhikkhu, apakah kalian ingat Empat Kebenaran Mulia yang Ku-

ajarkan?” Ketika ini dikatakan, seorang bhikkhu berkata kepada Sang Bhagavā: [427] “Yang Mulia, aku ingat Empat Kebenaran Mulia yang diajarkan oleh Bhagavā.”

“Tetapi bagaimanakah, bhikkhu, engkau mengingat Empat Kebe- naran Mulia yang Ku-ajarkan?” “Aku ingat penderitaan, Yang Mulia, sebagai kebenaran mulia per- tama yang diajarkan oleh Bhagavā. Aku ingat asal-mula penderitaan sebagai kebenaran mulia ke dua yang diajarkan oleh Bhagavā. Aku in- gat lenyapnya penderitaan sebagai kebenaran mulia ke tiga yang dia- jarkan oleh Bhagavā. Aku ingat jalan menuju lenyapnya penderitaan sebagai kebenaran mulia ke empat yang diajarkan oleh Bhagavā. Den- gan cara inilah, Yang Mulia, aku ingat Empat Kebenaran Mulia yang diajarkan oleh Bhagavā.”

“Bagus, bagus, Bhikkhu! Bagus sekali bahwa engkau mengingat Em- pat Kebenaran Mulia yang Ku-ajarkan. Penderitaan, bhikkhu, adalah

kebenaran mulia pertama yang Kuajarkan: ingatlah demikian. Asal- mula penderitaan adalah kebenaran mulia ke dua yang Kuajarkan: ingatlah demikian. Lenyapnya penderitaan adalah kebenaran mulia ke tiga yang Kuajarkan: ingatlah demikian. Jalan menuju lenyapnya penderitaan adalah kebenaran mulia ke empat yang Kuajarkan: ingat- lah demikian. Demikianlah, Bhikkhu, ingatlah Empat Kebenaran Mulia yang Ku-ajarkan.

“Oleh karena itu, bhikkhu, suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah penderitaan.’ … Suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan.’”

16 (6) Ingatan (2) “Para bhikkhu, apakah kalian ingat Empat Kebenaran Mulia yang Ku-

ajarkan?” [428] Ketika ini dikatakan, seorang bhikkhu berkata kepada Sang Bhagavā: “Yang Mulia, aku ingat Empat Kebenaran Mulia yang diajarkan oleh Bhagavā.”

56. Saccasaṃyutta (2017) “Tetapi bagaimanakah, bhikkhu, engkau mengingat Empat Kebe-

naran Mulia yang Ku-ajarkan?” “Aku ingat penderitaan, Yang Mulia, sebagai kebenaran mulia per- tama yang diajarkan oleh Bhagavā. Karena jika ada petapa atau brah- mana manapun yang berkata: ‘Ini bukanlah kebenaran mulia perta- ma tentang penderitaan yang diajarkan oleh Petapa Gotama; setelah menolak kebenaran mulia pertama tentang penderitaan ini, Aku akan memperkenalkan kebenaran mulia pertama tentang penderitaan yang lain’ – ini adalah tidak mungkin.

“Aku ingat asal-mula penderitaan, Yang Mulia, sebagai kebenaran mulia ke dua yang diajarkan oleh Bhagavā…. Aku ingat lenyapnya pen- deritaan, Yang Mulia, sebagai kebenaran mulia ke tiga yang diajar- kan oleh Bhagavā…. Aku ingat jalan menuju lenyapnya penderitaan, Yang Mulia, sebagai kebenaran mulia ke empat yang diajarkan oleh Bhagavā. Karena jika ada petapa atau brahmana manapun yang ber- kata: ‘Ini bukanlah kebenaran mulia ke empat tentang jalan menuju

lenyapnya penderitaan yang diajarkan oleh Petapa Gotama; setelah menolak kebenaran mulia ke empat tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan ini, Aku akan memperkenalkan kebenaran mulia ke em- pat tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan yang lain’ – ini ada- lah tidak mungkin.

“Dengan cara inilah, Yang Mulia, aku mengingat Empat Kebenaran Mulia yang diajarkan oleh Sang Bhagavā.” “Bagus, bagus, Bhikkhu! Bagus sekali bahwa engkau mengingat Em- pat Kebenaran Mulia yang Ku-ajarkan. Penderitaan, bhikkhu, adalah kebenaran mulia pertama yang Ku-ajarkan: ingatlah demikian. Karena jika ada petapa atau brahmana manapun mengatakan … ( seperti di atas) … [429] ‘Ini bukanlah kebenaran mulia keempat tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan yang diajarkan oleh Petapa Gotama; setelah menolak kebenaran mulia ke empat tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan ini, Aku akan memperkenalkan kebenaran mulia keempat tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan yang lain’ – ini adalah tidak mungkin.

“Demikianlah, Bhikkhu, ingatlah Empat Kebenaran Mulia yang Ku- ajarkan. “Oleh karena itu, bhikkhu, suatu usaha harus dikerahkan untuk

(2018) V: Buku Besar (Mahāvagga) memahami: ‘Ini adalah penderitaan.’ … Suatu usaha harus dikerahkan

untuk memahami: ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan.’”

17 (7) Kebodohan Sambil duduk di satu sisi, bhikkhu itu berkata kepada Sang Bhagavā:

“Yang Mulia, dikatakan, ‘kebodohan, kebodohan.’ Apakah kebodohan, Yang Mulia, dan bagaimanakah seseorang tenggelam dalam kebodo-

han?” “Bhikkhu, tidak mengetahui penderitaan, tidak mengetahui asal- mula penderitaan, tidak mengetahui lenyapnya penderitaan, tidak mengetahui jalan menuju lenyapnya penderitaan: ini disebut kebodo- han, bhikkhu dan dengan cara itulah seseorang tenggelam dalam ke- bodohan.

“Oleh karena itu, bhikkhu, suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah penderitaan.’ … Suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan.’”

18 (8) Pengetahuan Sejati Seorang bhikkhu mendekati Sang Bhagavā, memberi hormat kepada

Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata kepada Beliau: “Yang Mulia, dikatakan, ‘pengetahuan sejati, pengetahuan sejati.’ Apakah penge- tahuan sejati, Yang Mulia, dan bagaimanakah seseorang sampai pada

pengetahuan sejati?” [430] “Bhikkhu, pengetahuan penderitaan, pengetahuan asal-mula pen- deritaan, pengetahuan lenyapnya penderitaan, pengetahuan jalan menuju lenyapnya penderitaan: ini disebut pengetahuan sejati, bhik- khu, dan dengan cara inilah seseorang sampai pada pengetahuan se- jati.

“Oleh karena itu, bhikkhu, suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah penderitaan.’ … Suatu usaha harus dikerahkan

untuk memahami: ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan.’”

19 (9) Implikasi “‘Ini adalah kebenaran mulia penderitaan’: demikianlah telah diketa-

56. Saccasaṃyutta (2019) hui oleh-Ku. Dalam pernyataan ini, ‘Ini adalah kebenaran mulia pen-

deritaan,’ terdapat nuansa yang tidak terhingga, rincian yang tidak terhingga, implikasi yang tidak terhingga. 384

“‘Ini adalah kebenaran mulia asal-mula penderitaan’ … ‘Ini adalah kebenaran mulia lenyapnya penderitaan’ … ‘Ini adalah kebenaran mu- lia jalan menuju lenyapnya penderitaan’: demikianlah telah diketa- hui oleh-Ku. Dalam pernyataan ini, ‘Ini adalah kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan,’ terdapat nuansa yang tidak terhing-

ga, rincian yang tidak terhingga, implikasi yang tidak terhingga. “Oleh karena itu, bhikkhu, suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah penderitaan.’ … Suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan.’”

20 (10) Kenyataan “Para bhikkhu, empat hal ini adalah kenyataan, tidak pernah salah,

bukan sebaliknya. 385 Apakah empat ini? “‘Ini adalah penderitaan’: ini, para bhikkhu, adalah kenyataan, tidak pernah salah, bukan sebaliknya. ‘Ini adalah asal-mula penderitaan’: ini adalah kenyataan, tidak pernah salah, bukan sebaliknya. ‘Ini adalah lenyapnya penderitaan’: ini adalah kenyataan, tidak pernah salah, bu- kan sebaliknya. [431] ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan’: ini adalah kenyataan, tidak pernah salah, bukan sebaliknya.

“Empat hal ini adalah kenyataan, tidak pernah salah, bukan seba- liknya. “Oleh karena itu, bhikkhu, suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah penderitaan.’ … Suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan.’”