2.1.4 Perjalanan Penyakit
Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap individu. Perjalanan klinis skizofrenia berlangsung secara perlahan-lahan, meliputi beberapa
fase yang dimulai dari keadaan premorbid, prodromal, fase aktif dan keadaan residual Sadock, 2003; Buchanan, 2005.
Pola gejala premorbid merupakan tanda pertama penyakit skizofrenia, walaupun gejala yang ada dikenali hanya secara retrospektif. Karakteristik gejala
skizofrenia yang dimulai pada masa remaja akhir atau permulaan masa dewasa akan diikuti dengan perkembangan gejala prodromal yang berlangsung beberapa hari
sampai beberapa bulan. Tanda dan gejala prodromal skizofrenia dapat berupa cemas, gundah gelisah, merasa diteror atau depresi. Penelitian retrospektif terhadap pasien
dengan skizofrenia menyatakan bahwa sebagaian penderita mengeluhkan gejala somatik, seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan otot, kelemahan dan masalah
pencernaan Sadock, 2003. Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara klinis,
yaitu adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Penilaian pasien skizofrenia terhadap realita terganggu dan pemahaman diri tilikan buruk sampai
tidak ada. Fase residual ditandai dengan menghilangnya beberapa gejala klinis skizofrenia. Yang tinggal hanya satu atau dua gejala sisa yang tidak terlalu nyata
secara klinis, yaitu dapat berupa penarikan diri withdrawal dan perilaku aneh. Buchanan, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan skizofrenia masih merupakan tantangan besar walaupun perkembangan antipsikotik dan intervensi keluarga serta sosial telah mengalami
kemajuan pesat. Meskipun secara relatif hasil yang diperoleh dapat menurunkan lama perawatan di rumah sakit melalui pembinaan masyarakat dan penggunaan
psikofarmaka, namun ternyata angka kekambuhan pasien dengan skizofrenia masih tetap tinggi Fleischacker, 2003.
Penatalaksanaan pada pasien skizofrenia perlu mempertimbangkan tiga hal berikut ini :
1. Pasien skizofrenia mempunyai profil psikologik individual, familial dan sosial
yang unik. Penentuan bentuk pengobatan yang akan diberikan memperhatikan bagaimana skizofrenia mempengaruhi pasien dan bagaimana pengobatan akan
membantu pasien. 2.
Berbagai penelitian menyatakan bahwa 50 kejadian pada kembar monozigotik menunjukkan kemungkinan faktor lingkungan dan psikologik yang berperan.
Sehingga penatalaksanaan farmakologik hanya ditujukan pada ketidakseimbangan kimiawi sedangkan masalah nonbiologi membutuhkan strategi nonfarmakologik.
3. Skizofrenia merupakan kelainan yang kompleks sehingga pendekatan terapi
tunggal tidak memadai untuk menghadapi berbagai masalah yang ada. Sejak dua dekade diperkenalkannya obat antipsikotik dan dehospitalisasi
pasien, maka meningkatlah kecenderungan untuk mengembalikan pasien skizofrenia ke masyarakat. Banyak pasien skizofrenia yang kembali ke masyarakat ini masih
Universitas Sumatera Utara
merupakan beban bagi keluarganya. Beban ini berupa rasa malu mempunyai anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa. Lingkungan masyarakat di sekitar pasien
pun sering berpengaruh dalam kehidupan pasien tersebut. Saat ini, baik di rumah sakit maupun di masyarakat, obat antipsikotik masih
merupakan obat utama untuk pasien dengan skizofrenia. Telah dibuktikan kemanjuran obat antipsikotik pada penatalaksanaan episode psikotik akut dan
mencegah kekambuhan, namun demikian efektifitas obat-obat ini masih kontroversi. Sekitar 40 responsnya buruk terhadap antipsikotik konvensional dan selanjutnya
akan menunjukkan gejala negatif. Gejala-gejala ini bervariasi dari sedang sampai buruk Kinon, 2003.
Pengobatan farmakologik skizofrenia terus berkembang sejak pertama ditemukan klorpromazin sebagai obat antipsikotik yang efektif. Antipsikotik yang
bekerja seperti klorpromazin dengan kemampuan sebagai antagonis reseptor dopamin
2
D
2
dikenal dengan sebutan antipsikotik konvensional atau generasi pertama. Antipsikotik konvensional ini efektif mengatasi gejala positif skizofrenia,
namun terhadap gejala negatif dan defisit kognitif efeknya terbatas. Antipsikotik generasi pertama biasanya menimbulkan efek samping ekstrapiramidal EPS, berupa
parkinsonism, akatisia dan tardive dyskinesia Sena, 2003. Suatu variasi modalitas pengobatan dibutuhkan untuk perawatan yang
menyeluruh pada pasien skizofrenia. Obat-obat antipsikotik merupakan dasar pengobatan, penggunaannya untuk meminimalkan beratnya gejala skizofrenia. Untuk
mencapai dan mempertahankan pemulihan fungsi dan hilangnya gejala skizofrenia
Universitas Sumatera Utara
dibutuhkan pula intervensi lain termasuk psikoterapi individual dan kelompok, terapi keluarga, case management, perawatan di rumah sakit, kunjungan rumah dan
pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional Sadock, 2003. Dalam penatalaksanaan pasien skizofrenia digunakan pendekatan eklektik
holistik, bahwa manusia harus dipandang sebagai suatu keseluruhan yang paripurna, termasuk adanya faktor lingkungan yang terdekat yaitu keluarga. Keluarga berperan
dalam pemeliharaan dan rehabilitasi anggota keluarga yang menderita skizofrenia Durand, 2007.
Pemahaman konsep skizofrenia tentang defenisi, etiologi, perjalanan penyakit dan penatalaksanaan skizofrenia akan memudahkan peneliti didalam menjelaskan
hasil penelitian yang akan dilakukan.
2.2 Perawatan Kembali