BAB V PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan ketidakpatuhan pengobatan dan stigma pada keluarga dengan perawatan kembali pasien skizofrenia
di RSJ Daerah Provinsi Sumatera Utara periode bulan Agustus 2009
s d
bulan September 2009.
5.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian
Penelitian menggunakan desain potong lintang dengan metode pengambilan sampel secara non-probability dengan consecutive sampling yaitu subjek yang ada
dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek mencapai 87 orang. Peneliti menyadari bahwa pengambilan sampel demikian
mempunyai beberapa keterbatasan, terutama mengenai keterwakilan populasi keluarga pasien skizofrenia.
Keluarga pasien skizofrenia yang menjalani perawatan kembali di bangsal perawatan yang datang diambil sebagai subjek penelitian. Banyak pasien skizofrenia
di bangsal perawatan tidak selalu di tunggui oleh keluarga dan kunjungan keluarga sangat jarang karena berbagai alasan seperti anjuran agar keluarga tidak datang pada
awal masa perawatan, penyakit yang sudah berulang akan membuat keluarga terbebani secara subjektif dan objektif. Pada situasi lain, kunjungan dilakukan oleh
keluarga yang tidak tinggal serumah dengan pasien skizofrenia sehingga tidak dapat memenuhi kriteria pengambilan sampel. Berbagai keadaan tersebut diatas merupakan
kendala yang dihadapi peneliti dalam pengambilan sampel.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Karakteristik Responden
Keluarga pasien skizofrenia yang menjadi responden laki-laki lebih banyak daripada perempuan yaitu 69 berbanding 31. Umur responden terbanyak diatas
40 tahun yaitu 42,5. Pendidikan responden terdapat dua kelompok yang dominan yaitu responden yang berpendidikan setingkat SLTA 69 dan responden yang
berpendidikan SLTP 17,2. Pekerjaan responden yang dominan adalah wiraswasta 59,8. Hubungan antara responden dengan pasien paling banyak sebagai saudara
dari pasien saudara laki-laki sebesar 34,5 dan saudara perempuan sebesar 25,3. Dari gambaran yang ada, yaitu:
1. Responden laki-laki lebih banyak daripada perempuan, hal ini dipikirkan terjadi karena responden adalah keluarga yang datang mengunjungi pasien
diruang perawatan sehingga jika pasien berasal dari keluarga yang tinggal cukup jauh dari lokasi rumah sakit jiwa kebanyakan dilakukan oleh anggota
keluarga laki-laki.
2. Keluarga yang berkunjung kebanyakan hubungan dengan pasien sebagai saudara dari pasien dan berumur diatas 40 tahun dan pada masa ini keluarga caregivers
mengharapkan dan mempersiapkan keluarga sebagai penerus tetapi dalam kenyataan keluarga yang dipersiapkan sebagai penerus mengalami skizofrenia
sehingga menimbulkan kekecewaan. Kekecewaan yang dialami keluarga akan mempengaruhi persepsi dan cara keluarga dalam menghadapi anggota yang
mengalami skizofrenia, sehingga menyebabkan ekspresi emosi keluarga menjadi
Universitas Sumatera Utara
tinggi dan adanya stigma pada keluarga akan menyebabkan kekambuhan sehingga pasien harus menjalani perawatan kembali di Rumah Sakit Jiwa.
Pada gambaran demografik pasien skizofrenia kebanyakan laki-laki yaitu 60 dan paling banyak berasal dari suku Batak yaitu 56,3. Batak Toba 29,9; Batak
Mandailing 50,6. Usia pasien skizofrenia rata-rata berkisar 25 - 35 tahun sebesar 42,6. Dan pasien kebanyakan berasal dari keluarga besar anak ke4. Pendidikan
pasien skizofrenia rata-rata hanya sampai SLTP yaitu 36,8 dan kebanyakan tidak bekerja yaitu 87,4. Serta pengeluaran pasien tiap bulan berkisar antara Rp. 250.000
sd Rp. 500.000, yaitu 44,8. Gambaran ini sesuai dengan epidemiologi penyakit skizofrenia yaitu insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan,
pada orang yang tidak bekerja dan yang mempunyai anggota keluarga yang besar serta status perekonomian yang rendah Sadock, 2003.Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Andriza 2007 di RS. Jiwa Tampan Riau, bahwa pasien skizofrenia 79 berasal dari golongan ekonomi rendah.
Kondisi pasien skizofrenia selama perawatan adalah pasien yang menderita skizofrenia 2 tahun 67,9, usia pada saat pasien menderita skizofrenia pertama kali
berkisar 25 - 29 tahun 31, frekuensi jumlah rawat inap diatas 4 kali 34,5, dan lama perawatan terakhir 6 bulan sampai 1 tahun 41,4, dan keadaan setelah pulang
dari rawatan membaik 62,1 dan tetap 11,5. Menurut penelitian Durand 2007 pada 5 -10 tahun pertama perjalanan
penyakit skizofrenia akan sering mengalami eksaserbasi yaitu gejala psikotik yang berulang. Eksaserbasi gejala psikotik ini menyebabkan pasien menjalani rawat inap.
Universitas Sumatera Utara
5.3. Hubungan Ketidakpatuhan Pengobatan Dengan Perawatan Kembali