Mengenal Sosok Marah Halim Harahap
11 lalu jalan keluarnya apa?’. Mungkin kegalauan ini menjadi beban pemikiran
tersendiri bagi Marah `Halim. Lantas, Marah Halim terpikir untuk merantau ke Deli maksudnya Medan. Pemahaman ini muncul karena Marah Halim sudah banyak
berinteraksi dengan pemuda-pemuda sebaya di luar kempungnya. Pada masa itu, sudah banyak anak-anak Padang Sidempuan, anak-anak Sipirok dan juga anak-anak
Pargarutan yang telah berhasil di Pematang Siantar dan di Medan. Marah Halim kemudian bersiap-siap hijrah ke Medan untuk menyusul abangnya nomor dua,
Sjamsoedin yang telah duluan merantau ke Tanah Deli. Dengan bekal ijazah sekolah dasar, Marah Halim siap rohani dan jasmani
untuk memulai perantauan ke Medan. Dari Sipirok, Marah Halim menumpang bis Sibualbuali menuju Padang Sidempuan dan dengan bis yang sama dari Padang
Sidempuan menuju Sibolga, lalu Tarutung dan hingga tiba di Pematang Siantar. Marah Halim tidak sampai ke Medan hanya di Pematang Siantar. Di kota ini Marah
Halim diterima bekerja di perkebunan. Namun sebagai juru tulis bukanlah bakatnya, karena boleh jadi Marah Halim terbiasa memegang pangkur sejak kecil di
kampungnya. Kemudian sejak pendudukan Jepang, Marah Halim melanjutkan perantauan ke Medan. Namun situasi Kota Medan saat itu secara sosial ekonomi
tengah memburuk. Di Medan, Marah Halim tinggal bersama abangnya dan kemudian berminat masuk pelatihan militer Jepang. Setelah proklamasi Agustus 1945
kehidupan Marah Halim tidak menentu. Ketika Belanda kembali, dengan pengetahuan pelatihan tempur, Marah Halim yang sudah matang di usia jelang 25
tahun ikut bergabung dengan Barisan Pemuda di Medan lalu menjadi bagian dari
Tentara Keamanan Rakyat TKR Sumatra Timur. TKR ini kemudian berganti nama menjadi Tentara Rakyat Indonesia TRI. Selama agresi militer Belanda pertama
Marah Halim diangkat sebagai Letnan. Setelah berakhirnya agresi militer Belanda dan pasca pengakuan kedaulatan
Republik Indonesia 27 Desember 1949, Marah Halim kembali ke ‘pangkalan’ di Medan dan mulai mengisi pos jajaran militer dengan fungsi staf perwira di wilayah
militer Sumatra Timur di Medan. Selama Abdul Hakim menjabat sebagai Gubernur Sumatra Utara 25 Januari
1951-23 Oktober 1953, Kapten Marah Halim merupakan satu-satunya perwira militer yang bebas keluar masuk kapan saja ke rumah sang Gubernur. Marah Halim
dikenal sebagai sosok yang tegas di lingkungan militer tetapi sangat komunikatif dengan pihak-pihak sipil. Karena itu Abdul Hakim sebagai petinggi sipil tertinggi di
Sumatra Utara tidak sulit menjalin hubungan dengan Marah Halim. Konon, kemampuan berbicara mangkobar yang hebat dari Marah Halim menjadi salah satu
alasan mengapa Marah Halim yang dipilih menjadi hakim militer di Aceh. Marah Halim pada tahun 1952 ditugaskan untuk menjadi hakim militer di wilayah Aceh di
Kutaradja kini Banda Aceh. Nama Marah Halim Harahap mungkin lebih dikenal banyak orang sebagai
gubernur yang mencintai sepakbola. Pada masanya, pesepakbolaan Sumatera Utara mengalami fase kejayaanya. Pada masa ini pula nama PSMS Persatuan Sepakabola
13 Medan Sekitarnya menjadi fenomenal. Referensi kebangkitan sepakbola Sumatera
Utara selalu merujuk pada masa ini Ketika Marah Halim awal mulanya memangku jabatan sebagai Gubernur
Sumatera Utara, keadaan bangsa Indonesia masih belum pulih akibat luka-luka yang ditimbulkan dari peristiwa Gerakan 30 September. Ia membersihkan pemerintahan
dari unsur komunis. Setelah keadaan terkendali, Marah Halim memulai pembangunan di Sumatera Utara. Pada masa kepemimpinan Marah Halim Harahap bangunan fisik
di Sumatera Utara cukup meningkat. Hal itu dimungkinkan karena adanya ‘oil boom’ dana yang cukup besar dari pemerintah pusat
9
Sejatinya pada masa itu rakyat Sumatera Utara sangat mendambakan kehadiran sosok pemimpin, gubernur kepala daerah yang mampu mengatasi masalah-
masalah yang kompleks di Sumatera Utara. Untuk melancarkan roda pemerintahan . Pada masa itu juga cukup banyak
dibangun gedung olahraga di Sumatera Utara terutama di daerah-daerah tingkat II, seperti di Tebing Tinggi dan Pematang Siantar.
Krisis kepemimpinan di Sumatera Utara karena akibat peristiwa G30S merupakan prioritas utama pemikiran wakil-wakil rakyat di DPRD-GR Sumatera
Utara untuk mengambil langkah-langkah strategis sebagai hari depan Sumatera Utara. Pimpinan di DPRD-GR ketika itu ialah J.H. Hutauruk selaku Dewan Ketua.
9
Oil Boom merupakan sebuah fenomena yang terjadi pada masa Orde Baru, di mana harga minyak bumi naik drastis karena adanya peperangan negara-negara Timur Tengah dengan Israel yang
memaksa OPEC beserta organisasi negara-negara pengekspor minyak terbesar dunia melakukan pemboikotan.
menuju ketertiban demi hukum dan konstitusi serta menempatkan UUD 1945 dan Pancasila pada jalan yang benar sesuai dengan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.
Maka setelah melalui proses dan mekanisme pemilihan sesuai dengan peraturan dan perundangan undang-undang No. 18 Tahun 1965 akhirnya DPRD
GR Provinsi Sumatera Utara memilih Kolonel Marah Halim Harahap sebagai Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Tahun pertama Marah Halim sebagai Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara program beliau lebih menitik-beratkan kepada meningkatkan
komunikasi dan hubungan kerja sama dengan para legislatif serta menggalang tali silahturahmi dengan Sembilan parpol, ormas pemuda, ulama, tokoh pejuang
angkatan ’45, seniman dan juga wartawan. Marah halim lebih banyak mendengar dari mereka-mereka itu untuk biasa
mengetahui masalah-masalah serta situasi perkembangan yang tengah dihadapi oleh Negara dan Pemerintah Orde Baru.
“Masalah politik menjadi tolak ukur bagi Marah Halim untuk mengklasifikasi sikap golongan-golongan politik mana yang betul-betul dalam pandangannya
mengerti akan situasi, di samping golongan-golongan politik yang setengah- setengah tahu tetapi sebenarnya tidak tahu karena mendapat informasi pura-
pura tahu. Dan ada tokoh atau golongan yang tidak tahu sama sekali tapi punya semangat yang tinggi”
10
Marah Halim sebagai pimpinan pemerintahan daerah mengharapkan sekali partisipasi masyarakat dan kesadaran masyarakat Sumatera Utara akan tujuan
10
Muhammad TWH, Gubernur Sumatera dan Para Gubernur Sumatera Utara, Medan: Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara, 2006, hlm. 74.
15 pembangunan yang telah dirumuskan oleh Pemerintahan Orde Baru di bawah
pimpinan Presiden Soeharto saat itu. Di samping itu, beliau juga ingin menciptakan suatu iklim politik yang berorientasi pada pembangunan di Sumatera Utara,
memberikan motivasi kepada pimpinan parpol, ormas pemuda, pimpinan perguruan tinggi dan organisasi sosial agar dapat mandiri dan bertanggung jawab membangun
Negara ini. Marah halim juga dapat dikatakan seorang yang anti PKI, berkali-kali dalam
memberikan motivasi kepada masyarakat Sumatera Utara, tidak lupa ia terus mengajak masyarakat untuk menyingkirkan dan membasmi orang-orang PKI di
Sumatera Utara sembari mengucapkan sumpah serapah kepada PKI yang pemerintahan Orde Baru anggap sebagai pelaku terjadinya pembantaian misalnya
pada 30 September 1965 atau yang kemudian selama masa pemerintahan Orde Baru dikenal dengan sebutan G30S-PKI.
Beliau juga rutin melakukan pembinaan dan menggalang kekuatan sosial politik Orde Baru di daerah Sumatera Utara ini, karena beliau menyadari akan
pentingnya arti dari pembangunan sosial politik tak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi.
Muhammad TWH yang mempunyai hubungan cukup dekat dengan Marah Halim mengatakan, sosok Marah Halim mempunyai pembawaan yang keras dan
terkesan seram. Namun dengan pembawaan seperti itu, menurut Muhammad TWH, tak menghalangi Marah Halim untuk dekat dengan banyak orang.
“Dia walaupun keras tapi tetap bersahabat dan enak diajak bercandaan. Bahkan, saat kami bermain tenis sama-sama ia tak jarang mendapat ejekan
bercandaan dari kawan-kawannya, tapi tetap saja suasana selalu dapat ia bawa santai,” terang TWH.
11
Sejak sebelumnya kegiatan olahraga memang telah memperlihatkan hasil yang baik. Gubernur Marah Halim hanya tinggal memberi dorongan dan mengadakan
berbagai macam turnamen olahraga, sehingga kegairahan sangat terasa. Turnamen yang bersifat Nasional diadakan di Medan yang di kenal dengan Turnamen Sepak
Bola Marah Halim Cup yang terus berlangsung kendatipun porsinya berbeda, baik dari segi peserta maupun dari segi penyelenggaraan, tetapi kemeriahan terasa. Banyak
sekali kegiatan dan prestasi olahraga yang memperlihatkan grafik menaik, di masa kepemimpinan Marah Halim selama dua periode.