127 ungkapnya. Parlin yang menjadi bagian dari sejarah sepak bola Sumut merasakan
betul manfaat dari Marah Halim Cup. Dari ajang ini, Parlin menjelma menjadi pemain disegani lawan.
109
Sebagai tuan rumah Medan tampil penuh dalam arti sejak 1972 telah berpartisipasi selama 18 kali. Dari tim dalam negeri Bandung dan Surabaya yang
paling banyak ikut serta, masing-masing 9 kali dan disusul Jakarta kali. Banda Aceh juga tercatat 8 kali turut serta, akan tetapi setelah tahun 1981 tidak pernah hadir lagi
dalam perebutan. Dari ajang ini pula Parlin kemudian dilirik masuk skuad Garuda dan
menjadikan PSMS serta Indonesia disegani lawan. “Saya termasuk pemain yang diorbitkan dari Marah Halim Cup. Dari Marah Halim Cup I sampai ke-VIII, tahun
1982, saya bermain tiap Marah Halim Cup digelar. Tak bisa dipungkiri turnamen ini memiliki andil besar dalam perkembangan
sepak bola Sumut. Marah Halim Cup ini pula yang mengangkat harkat dan martabat sepak bola Sumut disegani di dalam dan luar negeri. Maklum, Marah Halim dulu
sangat kerja keras membangkitkan dan mendorong prestasi sepak bola Sumut. Ketika menggelar turnamen tersebut, Marah Halim menyediakan piala setinggi 1,5 meter
yang dibalut dengan 6 kg emas. Piala tersebut dipesan dari London, Inggris, pada 1972 seharga Rp.6.000.000
4.2 Marah Halim Cup Sebagai Kebanggaan Masyarakat Sumatera Utara
109
Wawancara dengan Parlin Siagian 6 Maret 2015 di Medan
Untuk menjamin kesuksesan turnamen ini, terutama dalam penghasilan penjualan karcis, Medan harus menampilkan kesebelasan yang menjadi finalis, untuk
menarik minat banyak penonton. Bukti terakhir adalah pada tahun 1991 ketika Medan Jaya berhasil tampil sebagai salah satu kesebalasan finalis dan pada tahun 1995
Medan Jaya keluar sebagai juaranya. Sebaliknya bila hanya tim luar negeri yang berlaga di babak final, arus
penonton mungkin tidak seramai bila tim kesayangannya yang berjuang. Oleh sebab itu kota Medan harus mempersiapkan kesebelasan yang tangguh, berbobot yang
dalam final dapat memberikan perlawanan gigih terhadap lawan, agar pada tahun- tahun yang berikutnya Piala Marah Halim tidak selalu diterbangkan ke luar negeri.
Untuk lebih menarik perhatian penonton terhadap turnamen ini, maka Kamaruddin Panggabean mengambil kebijaksanaan untuk merangsang wartawan agar
mau menulis dan membuat ulasan-ulasan yang lebih menarik. Cara yang ditempuh adalah dengan menilai tulisan dan foto terbaik. Setelah
selesai turnamen Marah Halim Cup ke V tahun 1976, di dalam suatu pertemuan dengan seluruh wartawan yang meng-cover Marah Halim itu, dia menyampaikan
terima kasih dan penghargaan kepada seluruh wartawan yang telah berpartisipasi. Sehingga turnamen yang ke-V ini mencapai sukses yang lebih dari tahun-tahun
sebelumnya. Agar partisipasi yang telah diberikan tahun itu dilanjutkan pada tahun- tahun mendatang, mengingat Marah halim Cup berlangsung tiap tahun.