Pengaturan Hukum Tentang Jatuhnya Satelit atau Benda-benda Angkasa di Wilayah Republik Indonesia

E. Pengaturan Hukum Tentang Jatuhnya Satelit atau Benda-benda Angkasa di Wilayah Republik Indonesia

Berdasarkan pengalaman selama ini, kegiatan persiapan maupun pelaksanaan penanggulangan jatuhnya satelitbenda angkasa buatan manusia lainnya di Indonesia belum ditangani secara baku dan terpadu. Pelaksanaan dan pengamanan benda antariksa buatan manusia yang jatuh di Gorontalo, persiapan penanggulangan kemungkinan jatuhnya Cosmos 1402 di wilayah Republik Indonesia serta pelaksanaan penanggulangan benda aneh di Sawah Lunto Sumatera Barat dan Tangerang Jawa Barat yang tadinya diduga pecahan Cosmos 1402 pada tahun 1983, keseluruhan dilakukan oleh PANTARNAS. Nampak dari pembentukan kesatuan Satuan Tugas Khusus tersebut yang beranggotakan wakil dari berbagai instansi bahwa belum ada suatu badan ataupun mekanisme nasional yang secara penuh mempunyai tanggung jawab untuk penanganan benda asing ruang angkasa yang jatuh di wilayah Republik Indonesia. Bagi Indonesia hingga saat ini belum mempunyai suatu peraturan yang secara khusus mengatur tentang jatuhnya benda-benda angkasa di wilayah Republik Indonesia, di samping itu Indonesia belum meratifikasi konvensi- konvensi, persetujuan-persetujuan serta perjanjian internasional yang menyangkut ruang angkasa dan akibat-akibatnya, sehingga untuk memanfaatkan keuntungan yang ada di dalamnya masih dipertanyakan. Masalah benda jatuh di wilayah Republik Indonesia adalah suatu masalah yang amat penting, oleh karena hal ini menyangkut kepentingan nasional Universitas Sumatera Utara Indonesia terhadap perlindungan dari akibat-akibat yang bakal terjadi dari jatuhnya benda-benda angkasa tersebut. Betapa tidak, Undang-Undang Dasar 1945 pada Alinea IV dari Pembukaannya, menyatakan bahwa: 41 Dalam keterkaitannya dengan penanggulangan akibat jatuhnya benda- benda buatan manusia yang diluncurkan ke ruang angkasa baik yang bertenaga “... pemerintahnegara berkewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum …” Dan selanjutnya Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 juga menyatakan bahwa: “Bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Konsekuensi logis adalah Pemerintah Indonesia wajib melindungi negara dari dampak negatif kegiatan ruang angkasa, dalam hal ini akibat yang dapat terjadi dari jatuhnya satelit atau benda angkasa lainnya di wilayah Republik Indonesia. Masalah jatuhnya benda-benda angkasa di wilayah Republik Indonesia adalah suatu masalah yang cukup mendesak dimana benda angkasa tersebut dapat jatuh di setiap tempat di wilayah Republik Indonesia yang tidak dapat diduga sebelumnya, maka sebelum terbentuknya suatu undang-undang nasional yang menyangkut keruangangkasaan, perlu adanya suatu rumusan nasional penanggulangan jatuhnya satelitbenda angkasa lainnya di wilayah Republik Indonesia. 41 Juajir Sumardi, op. cit., Hal. 65. Universitas Sumatera Utara nuklir maupun non nuklir, maka faktor-faktor yang perlu diperhatikan di wilayah Republik Indonesia adalah sebagai berikut: 42 1. Informasi Pengertian informasi dalam hal ini meliputi dua hal, yaitu: A. Menerima informasi bahwa ada benda angkasa akan jatuh di wilayah Republik Indonesia. B. Informasi tersebut di atas perlu disampaikan kepada setiap instansi terkait dengan penanggulangan benda angkasa yang jatuh. 2. Persiapan awal Persiapan awal yang perlu dilakukan sebelum benda angkasa jatuh adalah membentuk pos-pos komando. 3. Pengamanan lokasi Yaitu pengamanan pendudukmanusia di sekitar tempat jatuhnya benda-benda angkasa. 4. Identifikasi bahaya Yaitu mengidentifikasi benda angkasa tersebut apakah bertenaga nuklir atau tidak, dan apabila bertenaga nuklir maka dapat dibentuk tim teknis untuk menanggulangi kemungkinan bahaya radiasi. 5. Penanggulangan Yang dimaksud penanggulangan di sini adalah penanggulangan terhadap korban manusia, harta benda dan lingkungan yang tertimpa oleh benda angkasa tersebut. 42 Ibid, Hal. 65-66. Universitas Sumatera Utara 6. Evaluasi Yang dimaksud dengan evaluasi di sini adalah menentukan besar kecilnya kerugian yang ditimbulkan termasuk menentukan atau mengidentifikasi negara peluncur. 7. Penentuan ganti rugi Yaitu penentuan biaya-biaya yang sudah dikeluarkan selama penanggulangan mulai dari persiapan sampai keadaan dinyatakan aman. 8. Rehabilitasi dan reparasi Pemulihan keadaan seperti sebelum terjadi benda angkasa tersebut jatuh. Maka jelaslah bahwa jika terjadi peristiwa tentang jatuhnya benda-benda buatan manusia yang diluncurkan ke ruang angkasa, maka Pasal 1635 BW merupakan suatu dasar hukum terhadap peristiwa tersebut. Akan tetapi, patut untuk disadari bahwa kelemahan dari Pasal 1635 BW adalah tanggung jawab mengganti kerugian pada umumya harus didasarkan pada pembuktian adanya kesalahan based on fault, serta tidak berlandaskan suatu prinsip tanggung jawab absolut sebagaimana yang dinyatakan di dalam artikel II Space Liability Convention 1972. Lagipula, mengenai jatuhnya benda-benda angkasa serta akibat- akibatnya belum diadakan suatu peraturan nasional, hal ini menambah rumitnya proses penyelesaian masalah ganti rugi tersebut. Universitas Sumatera Utara BAB IV PEMANFAATAN WILAYAH UDARA DAN RUANG ANGKASA NASIONAL INDONESIA DALAM BERBAGAI AKTIFITAS SEBAGAI NEGARA KHATULISTIWA DAN NEGARA GSO NEGARA KOLONG

A. Pemanfaatan Wilayah Udara dan Ruang Angkasa Nasional Indonesia dalam Berbagai Aktifitas