Latar Belakang Penulisan Kedudukan, Pengaturan Dan Pemanfaatan Wilayah Udara Dan Ruang Angkasa Nasional Indonesia Sebagai Negara Khatulistiwa

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Aspek Huku m Internasional itu sendiri yang menjadi alasan utama dalam upaya pemilihan judul skripsi ini. Sebab dunia internasional dihadapkan kepada beragam aspek dan kepentingan yang berbeda antara kepentingan satu negara dengan kepentingan negara lain. Juga kepentingan-kepentingan tersebutlah yang terkadang menimbulkan suatu perselisihan antar suatu negara dengan negara lain, ataupun antar hukum yang digunakan oleh suatu negara dengan negara lain. Dalam hal tersebut maka menjadi berlakulah suatu tatanan kaedah Hukum Internasional yang ada dan kemudian mengaturnya. Suatu konsep Hukum Internasional adalah berlaku apabila telah diterima sebagai suatu ketentuan yang mengatur oleh Masyarakat Internasional itu sendiri. Hal ini dapat berupa suatu Kebiasaan Internasional yang telah lama ada, maupun berdasarkan atas suatu landasan hukum yang dilakukan oleh dua atau lebih negara sebagai salah satu subjek Hukum Internasional yang telah diakui keberadaannya. Dalam bukunya yang berjudul, “An Introduction to International Law”, J. G. Starke memberikan definisi Hukum Internasional sebagai berikut: “Adapun Hukum Internasional dapat dirumuskan sebagai sekumpulan hukum body of law yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dan karena itu biasanya ditaati dalam hubungan negara-negara satu sama lain.” 4 4 J. G. Starke, An Introduction to International Law Universitas Sumatera Utara Seorang sarjana hukum Belanda yang sangat terkenal terutama dalam Hukum Internasional, Grotius Hugo de Groot: 1583-1645 menulis secara sistematis tentang kebijaksanaan perang dan damai dalam bukunya, “De Jure Belli ac Pacis” The Law of War and Peace = Perihal Hukum Perang dan Damai, membahas mengenai kebiasaan-kebiasaan customs yang diikuti negara-negara dari zamannya. Ia juga memperkenalkan beberapa doktrin Hukum Internasional, misal doktrin “Hukum Kodrat” Law of Nature yang menjadi sumber dari Hukum Internasional itu di samping kebiasaan dan traktat. Dan hubungan dengan karangannya ini, maka Grotius dianggap sebagai “Bapak dari Hukum Internasional” Father of The Law of Nations. 5 Untuk penerbangan di ruang angkasa diawali pada tanggal 4 Oktober 1957, dimana pada saat itu Uni Soviet sekarang telah berubahpecah menjadi beberapa negara yang berdiri sendiri berhasil meluncurkan satelit buminya yang pertama. Keberhasilan ini menimbulkan penghargaan dan pandangan terhadap Secara khusus mengenai latar belakang pemilihan judul skripsi ini adalah erat berhubungan dengan konsep dan kaedah yang terdapat di dalam Hukum Internasional dengan mengamati dan meneliti aspek perkembangannya. Dan saat ini telah dirasakan pula arti pentingnya suatu bagian dari Hukum Internasional itu, yakni mengenai Hukum Udara dan Ruang Angkasa Internasional yang keberadaannya perlu dicermati. Mengingat bahwa wilayah udara dan ruang angkasa telah menjadi suatu sumber daya yang penting bagi pertahanan dan keamanan, juga bernilai ekonomis tinggi di dalam pemanfaatannya. 5 Mochtar Kusumaatmadja, LLM., Pengantar Hukum Internasional, Penerbit: Bonacipta, Bandung, 1977, Hal. 23-24. Universitas Sumatera Utara Uni Soviet membumbung tinggi, sekaligus menurunkan gengsi Amerika Serikat yang merupakan negara saingannya. Sejak keberhasilan Uni Soviet meluncurkan satelitnya yang diberi nama Sputnik I, maka Amerika Serikat berusaha pula untuk menyaingi atau setidak- tidaknya mensejajarkan kedudukannya dengan pihak Uni Soviet dalam berbagai kemajuan khususnya teknologi ruang angkasa. Pendaratan yang dilakukan oleh astronot Amerika Serikat di bulan dengan mulus merupakan kejadian yang menggemparkan dunia internasional dan sekaligus menaikkan gengsi Amerika Serikat di forum internasional. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi iptek yang telah dicapai di bidang keantariksaan telah memungkinkan dan membuka kesempatan yang cukup besar bagi berbagai pihak maupun negara tertentu untuk melakukan kegiatan di ruang angkasa. Kegiatan dalam bidang keantariksaan ini nampaknya akan terus meningkat baik mengenai jumlah negara yang terlibat di dalamnya maupun mengenai ruang lingkupnya. Priyatna Abdurrasyid juga mengemukakan bahwa: “Kini kita hidup dalam abad angkasa Space Age. Ilmu pengetahuan yang selamanya bergerak maju, berkembang pesat dalam 50 tahun terakhir ini, terutama sejak Perang Dunia II. Kemajuan teknologi khususnya teknologi penerbangan pada abad kini memberi akibat yang positif kepada tingkat kehidupan manusia yang sekarang telah mampu melakukan penerbangan- penerbangan ke dan di ruang angkasa.” Memang, berbagai bentuk pesawat ruang angkasa flight instrumentalities telah diciptakan oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet. Berbagai bentuk satelit, stasiun ruang angkasa serta kendaraan ruang angkasa lainnya telah mengorbit bumi atau menjelajahi ruang angkasa. Semua alat-alat atau benda-benda buatan manusia itu Universitas Sumatera Utara telah dimanfaatkan guna peningkatan kualitas dan taraf hidup manusia, penelitian ilmu pengetahuan dan pencarian sumber-sumber alam baru. 6 Adanya prinsip “Common Heritage of Mankind” Warisan bagi Seluruh Manusia dan “First Come First Served” Kebebasan Mengeksploitasi Berdasarkan pada Pasal 33 ayat 3 UUD 1945, yang menyatakan: “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Maka tidaklah berlebihan bila aspek pemanfaatan dari wilayah udara dan ruang angkasa Indonesia juga mendapat suatu perhatian khusus. Hal ini berkaitan dengan adanya kesadaran bahwa wilayah udara dan ruang angkasa suatu negara merupakan salah satu sumber daya yang sifatnya terbatas dan berperan penting bagi stabilitas pertahanan keamanan dan ekonomi suatu negara. Salah satu bagian khusus yang termasuk di dalam wilayah udara dan ruang angkasa Indonesia itu adalah suatu kawasan yang disebut sebagai Geo Stationary Orbit GSO. Adapun GSO ini adalah merupakan suatu kawasan terbatas yang terletak di sekitar garis khatulistiwa Equator, dan hanya “dimiliki” oleh beberapa negara saja yang wilayah udaranya tepat berada di bawah kawasan GSO. Dan hanya di dalam kawasan GSO inilah dapat diletakkan posisi dari satelit-satelit agar dapat tetap pada orbitnya guna melakukan suatu fungsi tertentu. 7 6 Juajir Sumardi, Hukum Ruang Angkasa, Pradnya Paramita, Jakarta, 1996, Hal. 2-3. 7 Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa Tahun 1982 Pasal 136. di dalam pemanfaatan ruang angkasa, secara khusus mengenai kawasan GSO, membuat negara-negara maju yang memiliki teknologi tinggi secara berlomba-lomba ingin menguasai pemanfaatan kawasan GSO yang sifatnya terbatas tadi. Hal ini Universitas Sumatera Utara menimbulkan suatu ketidakadilan bagi negara-negara lain yang belum lagi memiliki kemampuan dalam usaha pemanfaatan wilayah udara dan ruang angkasa, khususnya GSO tersebut. Namun, di samping hasil-hasil yang positif dari aplikasi teknologi ruang angkasa, tidak dapat diabaikan begitu saja kenyataan yang telah menimbulkan masalah bagi masyarakat internasional. Negara-negara maju, terutama kedua space power yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet pada saat masih berada pada situasi Perang Dingin tampak berlomba-lomba dalam usaha pemanfaatan ruang angkasa tanpa memperhatikan negara-negara yang sedang berkembang. Pada umumnya kebijakan keantariksaan kedua negara space power itu banyak didasarkan pada kehausan untuk dominasi politik dan militer. Atas dasar kehausan dan dominasi politik dan militer tersebut, maka nampaklah bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ruang angkasa itu dapat menimbulkan dua arah dampak, yaitu di samping memberikan dampak positif juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap umat manusia itu sendiri. Hal ini bergantung pada sudut mana dampak tersebut dilihat. Sesuai uraian di atas, penulis merasa sangat tertarik untuk memilih judul skripsi: “KEDUDUKAN, PENGATURAN DAN PEMANFAATAN WILAYAH UDARA DAN RUANG ANGKASA NASIONAL INDONESIA SEBAGAI NEGARA KHATULISTIWA”. Universitas Sumatera Utara

B. Perumusan Masalah