Sosial-Politik Perjuangan dakwah fethullah gulen di Turki 1956-1976
19
yang merenggangkan hubungan antara masyarakat dengan agama serta nilai-nilai tradisional dengan jargon kemajuan dan kemoderenan.
4
Untuk tujuan tersebut, Lembaga Desa Village Institute kemudian didirikan untuk memudahkan pengembangan loyalitas masyarakat dan untuk
berkomunikasi dengan warga negara agar sesuai dengan misi dan nilai yang telah diformulasikan oleh rezim Republik Turki. Meskipun begitu, lembaga ini secara
luas dibenci oleh rakyat. Mereka menduga dalang di balik pendirian lembaga- lembaga tersebut adalah pendukung Komunis dan Ateis. Mereka juga meyakini
bahwa lembaga tersebut hanya sebagai kontrol negara dan telah gagal mewujudkan retribusi tanah serta melepaskan rakyat dari kekuasaan tuan tanah.
5
Sekalipun beberapa kebijakan ekonomi dan kultural rezim Kemalis bersifat radikal, rezim ini bukanlah rezim revolusioner. Tidak ada upaya untuk
memobilisasi kaum petani seperti halnya rezim Komunis. Perpaduan antara kebijakan kultural yang radikal dengan kebijakan sosial politik yang konservatif
menjadikan Republik Turki sebagai model baru Negara-Bangsa yang pertama di Asia.
6
Fase kedua yang dimulai dari tahun 1950 hingga sekarang ditandai dengan kekuasaan multi partai, berkembangnya perbedaan sosial, perubahan ekonomi
yang pesat dan berkecamuknya konflik ideologis. Pada tahun 1945, Partai Republik memperkenalkan sistem multi partai dengan memperbolehkan
berdirinya Partai Demokrat. Sejak itu kekuasaan pemerintahan beralih dari kediktatoran ke sebuah pemerintahan demokrasi yang terpilih dengan banyak
4
Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, h. 89
5
Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen: Gerakan Sosial Tanpa Batas. terj Pipin Sophian dkk, Jakarta: UI-Press, 2013, h. 22
6
Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, h. 92
20
partai di dalamnya. Partai Demokrat memenangkan pemilihan umum dan melancarkan kebijakan-kebijakan ekonomi baru. Salah satu kebijakan Partai
Demokrat tentang mekanisasi di bidang pertanian menyebabkan banyak pengangguran dan memaksa buruh di bidang tersebut berimigrasi ke kota untuk
mencari pekerjaan. Pedagang dan usahawan mengakumulasi kekayaan dan dengan pengaruh politik yang kuat menyerukan stabilitas ekonomi mereka. Asal-
usul konglomerat industri berskala besar di Turki sekarang berasal dari masa ini. Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi yang cepat menimbulkan
konsekuensi sosial yang tinggi. Bergabungnya para pedagang dalam aktivitas politik bersama dengan Partai Demokrat menimbulkan kecemburuan politik dari
pihak-pihak yang merasa terancam. Kekacauan ini menimbulkan kebencian dari kalangan birokrasi
dan elite intelektual “Rezim Republik” terhadap pemerintah. Hal ini disebabkan karena kebijakan Partai Demokrat yang berorientasi
demokratis serta toleran terhadap Islam dianggap mencederai semangat revolusi Atatürk. Kemudian akibat kondisi ekonomi yang sulit, usahawan dan akademisi
yang tidak puas memutuskan untuk menarik dukungan terhadap Partai Demokrat, mengakibatkan mobilisasi mahasiswa untuk melakukan demonstrasi di jalan-
jalan. Selain itu ketidakpuasan terhadap pemerintah juga datang dari dalam
tubuh militer. Sejak berakhirnya perang dunia kedua, prestise karir militer di Turki menurun drastis. Demokratisasi telah memarginalkan peran mereka yang
biasa memainkan kontrol utama dalam masalah-masalah negara, sehingga sejumlah perwira militer membentuk gerakan oposisi terhadap pemerintah dan
21
memasukkan ideologi revolusioner ke dalam pelatihan taruna dan perwira junior.
7
Kemudian dengan alasan kemerosotan ekonomi, sebuah kudeta militer yang dilancarkan pada tanggal 27 Mei 1960 berhasil menggulingkan pemerintahan
Demokrat. Kudeta ini didalangi oleh kubu militer yang bersekutu dengan elite birokrat dan pelajar. Rezim militer kemudian membentuk National Unity
Committee yang bertahan hanya satu tahun, namun berhasil membubarkan Partai Demokrat, menangkap pemimpinnya, dan memberlakukan sebuah konstitusi dan
parlemen baru.
8
Setelah kudeta militer tahun 1960, Zürcher membagi periode Republik menjadi dua yaitu periode Republik Turki kedua 1960-1979, dan periode
Republik Turki ketiga yang bermula sejak tahun 1980.
9
Periode Republik Turki kedua ditandai dengan terbentuknya partai-partai sayap kanan maupun kiri,
bangkitnya kembali sistem demokrasi, dan kudeta militer. Instabilitas politik yang terjadi mampu diredam sebentar ketika Suleyman Demirel berkuasa dari tahun
1965, namun memburuknya ekonomi, perubahan sosial dan hilangnya kepercayaan publik terhadap negara menggoyahkan pemerintahan. Disamping itu
pertentangan antara golongan kiri dan kanan semakin menajam. Partai Nasional Republik Petani RPNP mewakili golongan kanan yang radikal, sedangkan
golongan kiri membentuk Confederation of Revolutionary Workers’ Unions
DISK. Aktifitas dan kegiatan kelompok ekstremis dan fundamentalis ini menarik para mahasiswa dan pemuda untuk bergabung sehingga memperparah
kondisi dalam negeri Turki. Salah satu kelompok ekstremis kiri paling terkenal
7
Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 27-29
8
Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, h. 96
9
Eric J. Zürcher, Sejarah Modern Turki, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, h. 318- 370
22
yang muncul dari kegiatan diskusi kampus adalah Revolutionary Youth Dev- Genç. Kelompok ini berada di bawah pengaruh paham Marxis dan menyerukan
masyarakat untuk menjatuhkan pemerintahan dengan cara kekerasan. Mereka pada umumnya anti pada imperialisme Barat khususnya Amerika Serikat.
Sedangkan kelompok kanan yang bersatu dalam sikap anti-komunisme tidak menyukai kelompok kiri. Mereka mendukung nilai-nilai kesalehan Islam
konservatif sebagai norma masyarakat Turki meskipun kerap dimanipulasi demi kepentingan politik semata. Kerusuhan ini terjadi sehingga Demirel terpaksa
mengundurkan diri pada tahun 1970 dan militer segera mengambil alih negara pada 12 Maret 1971. Kudeta ini dilancarkan dengan alasan krisis di parlemen dan
kurang kompetennya pemerintahan yang menyebabkan bentrokan di jalan-jalan dan di kampus antara kelompok komunis dan ultranasionalis yang melibatkan
pasukan keamanan. Alasan ini berulang kali dikatakan ketika pihak militer mengambil alih kekuasaan untuk membenarkan tindakan tersebut.
10
Militer kemudian memberlakukan kembali sebuah pemerintahan sipil. Namun, koalisi pemerintahan yang bergantian berkuasa umumnya lemah dan
mengalami jalan buntu akibat bergantungnya industri baru terhadap barang impor dan turunnya nilai investasi dalam negeri, hal ini mempengaruhi kegelisahan
sosial dan melumpuhkan pemerintahan di akhir tahun 70-an. sehingga konflik yang terjadi sepanjang tahun 70-an seakan meneruskan konflik yang terjadi pada
tahun-tahun sebelumnya. Akhirnya militer kembali mendapatkan kesempatan untuk melakukan kudeta yang mengakhiri periode Republik kedua.
11
10
Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 38-41
11
Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, h. 96
23
Kembalinya militer ke tampuk kekuasaan untuk ketiga kalinya pada September 1980 disebut sebagai awal periode Republik ketiga. Ketakutan akan
ancaman fundamentalisme pada umumnya dipandang sebagai penyebab utama kembalinya intervensi militer yang mengakhiri Republik kedua. Perbedaan kudeta
ini dengan dua kudeta yang terjadi sebelumnya adalah, militer tidak saja mengambil alih pemerintahan namun membubarkan semua partai politik,
menangkap para pemimpin politik, menyita aset mereka dan memusnahkan segala sesuatu termasuk arsip-arsip yang terkait dengan masa lalu partai-partai di Turki.
Jenderal Kenan Evren yang berkuasa menjelaskan bahwa kelak di Turki sama sekali tidak ada tempat bagi mantan politikus terdahulu. Semua struktur
pemerintahan diisi dan dikendalikan penuh oleh rezim militer. Rezim militer mempunyai kekuasaan luas dan menangani urusan pendidikan, pers, kamar
dagang, dan serikat kerja, dan kemudian mengarah kepada penutupan sejumlah surat kabar terkemuka. Junta militer juga memberangus kalangan fundamentalis
sehingga keberadaan mereka selama masa tersebut menjadi berkurang.
12
Tiga kudeta militer dan pertikaian-pertikaian antara berbagai partai politik di Turki mempengaruhi kehidupan masyarakat secara signifikan. Kekerasan dan
demonstrasi di jalan-jalan menjadi hal yang biasa. Kekayaan yang meningkat di tahun 1960-an dan awal 1970-an, diikuti dengan kekurangan bahan pangan serta
kenaikan harga setelah masa itu, industrialisasi serta kurangnya peluang pertanian dan daya pikat industri-industri baru yang telah dimulai sejak tahun 1950-an
menjadi penyebab perpindahan orang-orang dari desa ke kota-kota besar. Perpindahan ini menimbulkan pembangunan pemukiman padat di pinggiran kota
12
Eric J. Zürcher, Sejarah Modern Turki, h. 370
24
yang disebut gecekondu, rumah yang dibangun sangat kecil dan bergaya lama, mirip dengan kebanyakan rumah umumnya di desa yang dilengkapi dengan kebun
atau taman kecil. Meskipun terkesan kumuh, penduduk gecekondu sebenarnya masih terhubung erat dengan desa asal mereka dan sering kembali untuk sekedar
merayakan hasil panen di desa. Pembangunan gecekondu lama-kelamaan semakin bertambah banyak,
hingga mencapai separuh pemukiman yang dibangun di Ankara dan kurang lebih separuh dari penduduk Turki adalah penghuni gecekondu. Pada mulanya
gecekondu tidak dilengkapi dengan infrastruktur seperti listrik, bus dan pos. Namun lambat laun akibat perebutan suara dari kalangan parlemen yang bertumpu
pada masyarakat yang tinggal di daerah gecekondu, pemukiman pinggiran tersebut secara bertahap dihubungkan dengan jalur listrik, suplai air, sistem jalan
dan saluran pembuangan air. Penduduk yang berpindah ini umumnya sulit mendapatkan pekerjaan reguler di industri baru yang sedang berkembang, namun
dapat bekerja secara temporer sebagai buruh harian, pembantu rumah tangga, pedagang keliling, pembersih kantor dan terkadang beberapa anggota dalam satu
keluarga berkontribusi dalam pendapatan keluarga.
13
Hingga dapat dikatakan bahwa perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Turki modern
sangat berkaitan dengan dinamika politik yang terjadi pada rentang masa tersebut.