10
wawancara secara langsung terhadap sumber yang terkait dengan kajian ini.
19
Adapun sumber yang penulis wawancarai adalah Dr. Ali Ünsal sebagai direktur Fethullah Gülen Chair UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Teori dan Konsep
1. Dakwah Sebagai Proses Interaksi Sosial
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Manusia tidak bisa hidup mandiri dan pasti membutuhkan orang lain untuk mengatasi kendala dalam
hidupnya. Maka dari itu manusia membutuhkan interaksi dan komunikasi dengan manusia lain dalam kehidupannya. Proses sosial yang menunjuk pada hubungan-
hubungan sosial yang dinamis disebut interaksi sosial. Interaksi sosial adalah syarat utama terjadinya aktivitas sosial, aktivitas-aktivitas ini saling
mempengaruhi dalam pikiran maupun tindakan.
20
H. Bonner mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan antara dua individu atau lebih yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Gillin Gillin mendefinisikannya sebagai hubngan-hubungan antara dua individu, antar kelompok, dan antara individu dan
kelopok.
21
Komunikasi dan kontak sosial merupakan syarat penting terciptanya interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat. Salah satu arti penting dari
komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran terhadap perilaku orang lain yang berupa sikap, gerak-gerik maupun pembicaraan, dan perasaan yang
ingin disampaikan orang tersebut, karenanya timbul reaksi yang ingin disampaikan pula kepada orang lain. Dengan demikian terjadi proses timbal balik
19
M. Dien Madjid Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar, Jakarta: Kencana, 2014, h. 219-223
20
Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana, 2008, h. 90
21
Elly M. Setiadi, Ibid, h. 91
11
dan saling menyesuaikan satu sama lain dengan tindakan yang akan dilakukan. Dalam konteks ini definisi interaksi sosial itu sangat erat kaitannya dengan
dakwah. Istilah “general approach” atau dakwah secara umum adalah istilah saling pengaruh mempengaruhi ant
ara dai dan mad’u dalam kelompok sosial.
22
Dalam hal ini terjadi proses interaksi sosial yang saling mempengaruhi antara Fethullah Gülen sebagai dai dengan masyarakat Turki
sebagai mad’u maupun sebaliknya.
2. Dakwah Transformatif
Islam sejak awal sesungguhnya menjadi bagian dari upaya perubahan sosial ketika terjadi penindasan, kesewenang-wenangan, kezaliman dan segala
macam perilaku sosial yang tidak adil. Disini penulis mendasari kajian pada model dakwah trasformatif. Khamami Zada menyebutkan bahwa dakwah
trasformatif merupakan model dakwah yang tidak hanya mengandalkan dakwah verbal Konvensional untuk memberikan materi-materi keagamaan kepada
masyarakat, yang memposisikan dai sebagai penyebar pesan-pesan keagamaan semata, tetapi menginternalisasikan pesan-pesan keagamaan ke dalam kehidupan
riil masyarakat dengan cara melakukan pendampingan masyarakat secara langsung.
Dengan demikian dakwah tidak hanya memperkuat basis religiusitas dalam masyarakat, namun juga memperkukuh basis sosial untuk mewujudkan
sebuah transformasi sosial. Dengan dakwah ini, seorang dai memiliki fungsi ganda, yakni melakukan aktivitas penyebaran materi keagamaan sekaligus
22
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Rosdakarya, 2010, h. 131-134