Keagamaan Perjuangan dakwah fethullah gulen di Turki 1956-1976

30 membuat pergerakan. Bediuzzaman Said Nursi dengan karyanya Risale-I Nur Surat-surat cahaya menganjurkan kaum muslim untuk menjadikan tauhid sebagai asas hidup mereka dan untuk mempelajari sains dan teknologi modern serta menggunakannya demi kepentingan Islam. Karya Nursi ini telah dilarang pada masa Atatürk namun tetap disalin dengan tangan secara luas oleh para pengikutnya. 27 Menjelang pemilihan umum 1950, pengganti Atatürk yaitu Ismet Inönü sedikit lebih moderat dalam hal agama ketimbang pendahulunya. 28 Partai Republik pimpinan Inönü yang khawatir dengan perkembangan Partai Demokrat mengambil kebijakan yang lebih toleran kepada agama demi tujuan politis. Di antara kebijakan tersebut adalah dibukanya Fakultas Agama İlahiyat Fakültesi di Universitas Istanbul dan diadakan kembali kursus Imam dan Khatib İmam- Hatip Kurslar ı. Selain itu parlemen juga kembali membolehkan perjalanan Haji ke Mekkah dan membuka kembali makam para Wali. 29 Kebijakan ini dilanjutkan oleh Partai Demokrat yang mengembalikan adzan dengan bahasa Arab yang sebelumnya dikumandangkan dengan bahasa Turki pada 17 Juni 1950, materi agama kemudian ditambahkan ke dalam kurikulum sekolah dan lembaga desa Village Institutes, dan pada Maret 1952 bacaan Al- Qur’an juga mulai diperdengarkan di radio milik pemerintah. 30 Rezim Demokrat juga membuka lebih banyak sekolah pendidikan Imam dan khatib İmam-Hatip Okulları, 27 Eric J. Zürcher, Sejarah Modern Turki, h. 250-251 28 Howard A. Reed, “Revival Islam in Secular Turkey”, Middle East Journal, Vol. 8, No. 3, Summer, 1954, h. 270 29 Binnaz Toprak, Islam and Political Development in Turkey, Leiden: E. J. Brill, 1981, h. 78 30 G. L. Lewis, Nations of Modern World: Turkey, New York: Frederick A. Praeger, 1955, h. 131 31 meningkatkan pembangunan dan renovasi Masjid, dan memperbolehkan kembali penjualan literatur-literatur Islam. 31 Dengan demikian beragam pembaharuan dalam masyarakat Turki adalah hasil dari program sekularisasi dalam bidang politik dan sosial. Kediktatoran presidensial yang terjadi sepanjang fase pertama Turki modern menghendaki adanya modernisasi serta revolusi kultural dengan jargon kemajuan bangsa Turki. Fase ini bertujuan untuk meruntuhkan tatanan lama yang telah di bangun sejak masa Usmani. Berbeda dengan fase pertama, fase kedua dari Turki modern menunjukkan semangat demokrasi dengan adanya pemilihan umum. Kebijakan ekonomi baru yang diadopsi oleh Partai yang berkuasa menimbulkan elite-elite baru di bidang ekonomi. Meskipun begitu muncul banyak oposisi terhadap pemerintah terutama berasal dari kalangan militer sehingga berakhir dengan kudeta militer. Setelah periode tersebut, seakan kudeta militer menjadi salah satu tradisi sepuluh tahunan bagi kalan militer dengan alasan menyelamatkan negara. Tiga kudeta militer yang terjadi antara tahun 1960-1980 menimbulkan instabilitas politik dan kekacauan di jalan-jalan. Hal ini diperparah dengan lahirnya partai- partai dari golongan kanan dan kiri yang ekstrem dan radikal. Golongan radikal ini masuk ke kampus-kampus, mempengaruhi mahasiswa serta menyerukan kekerasan. Akhirnya situasi sosial dan ekonomi di masyarakat menjadi tidak menentu. Lapangan pekerjaan menjadi sulit dan memaksa orang-orang pindah dari desa ke kota. Perpindahan ini membentuk perkampungan padat penduduk dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah. 31 Jenny B. White, “Islam and Politics in Contemporary Turkey”, Reşad Kasaba ed, Cambridge History of Turkey, Vol. 4, Cambridge: Cambridge University Press, 2008, h. 361 32 Salah satu cara pemerintah sekuler dalam menggalang revolusi kultural adalah dengan pembaharuan dalam bidang pendidikan. Dualitas pendidikan yang mengajarkan pelajaran agama dan umum yang sudah ada sejak masa Usmani dihapuskan dan diganti dengan sistem pendidikan Eropa. Dengan begitu terlahir elite intelektual baru yang mendukung program-program sekularisasi pemerintah. Dalam bidang keagamaan pemerintahan melakukan kontrol ketat terhadap aktifitas keagamaan dan mengakibatkan pudarnya peran agama dalam kehidupan sosial masyarakat. Meskipun begitu, komunitas agama seperti Tarekat dan kalangan modernis secara fleksibel tetap aktif dan berperan penting dalam menyelamatkan nilai-nilai Islam sunni dalam masyarakat Turki. 33 BAB III BIOGRAFI DAN AKTIFITAS DAKWAH FETHULLAH GÜLEN Bab ini membahas masa kecil Fethullah Gülen dari sanak keluarga hingga pendidikan dan guru-gurunya, kemudian dilanjutkan dengan jabatannya sebagai Imam dan khatib resmi pemerintah Turki beserta aktifitas dakwahnya di dua kota yang berbeda, yaitu Edirne dan Izmir.

A. Kehidupan Gülen

Muhammad Fethullah Gülen, tercatat secara resmi lahir pada 27 April 1941 1 di Korucuk, sebuah desa kecil yang berpenduduk hanya sekitar 50-60 kepala keluarga. Desa ini termasuk distrik Hasankale Pasinler dalam wilayah provinsi Erzurum 2 , Anatolia Timur. 3 Fethullah Gülen adalah anak ketiga dari sebelas bersaudara; ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga besar yang taat 1 Muhammad Fethullah Gülen sebenarnya dilahirkan pada 11 November 1938. Ketika itu registrasi kependudukan diperlukan untuk mendapatkan keuntungan administratif, namun ayah Gülen Ramiz gagal mendaftarkan nama Fethullah Gülen ketika mendatangi kantor kependudukan di Hasankale untuk pertama kali setelah ia lahir. Kemudian setelah itu Ramiz Gülen ditunjuk untuk menjadi kepala desa dan membuatnya sibuk sehingga baru bisa mendaftarkan nama Fethullah Gülen dua setengah tahun kemudian bersamaan dengan kelahiran adiknya Sıbgatullah pada tahun 1942. Jadi, Gülen meskipun lahir pada tahun 1938, tercatat secara resmi dalam dinas kependudukan Turki lahir pada tahun 1941. Lihat. “1941-1959 Hayat Kronolojisi”, http:tr.fgülen.comcontentview3502128 diakses tanggal 14 Januari 2015 2 Erzurum merupakan kota yang berada di bagian timur Anatolia Tengah. Dahulunya Erzurum merupakan wilayah perbatasan paling timur Turki Usmani yang menjadi zona konflik antara kerajaan Rusia, Iran dan Usmani. Selain itu banyak penduduk di wilayah ini terdiri dari para pengungsi dan imigran yang melarikan diri dari Kaukasus setelah perang dengan Kekaisaran Rusia pada tahun 1878. Daerah ini juga mengalami konflik paling berdarah dalam sejarah, yaitu konflik antara Kristen Armenia dengan Muslim yang terjadi pada tahun 1877 dan 1920. Erzurum dikenal sebagai daerah yang sebagaian penduduknya adalah orang-orang saleh dan taat beragama. Lihat Helen Rose Ebaugh, The Gülen Movement: A Sociological Analysis of A Civic Movement Rooted in moderate Islam, New York: Springer, 2010, h. 181 3 “A Different Home”, http:en.fgulen.comfethullah-gulen-biography749-a-different- home diakses tanggal 23 Januari 2015 34 beragama. Ayah Gülen, Ramiz Gülen, dalam kesehariannya dikenal sebagai pribadi yang berpengetahuan tinggi, mencintai ilmu pengetahuan, taat, cerdas, dan selalu menggunakan waktu luangnya untuk sesuatu yang bermanfaat. Selain itu, dia juga masyhur dengan kemurahan hati dan kedermawanannya. Ramiz juga sering mengundang para ulama ke rumahnya, karena itulah sejak kecil Fethullah Gülen menjadi terbiasa berkumpul dengan para ulama. Ibunda Gülen bernama Refia Hanım. Dia adalah seorang pengajar Al-Qur’an bagi kaum wanita dan anak- anak di desanya. Refia terkenal dengan perangainya yang sopan dan menyukai kebaikan. Nenek Gülen dari pihak ayah bernama Munise Han ım dan dari pihak ibu bernama Hatice Han ım. Munise dikenal sebagai tokoh wanita yang sangat saleh yang tercermin dari kehidupannya sehari-hari. Sedangkan Hatice Han ım berasal dari kalangan bangsawan yang terkenal dengan kelembutan dan kesantunannya. Sedangkan kakeknya dari ayah bernama Syamil Agha dan kakeknya dari ibu bernama Ahmed, keduanya juga adalah sosok saleh dan taat dalam beragama. Kakek dan nenek Fethullah Gülen mempunyai hubungan yang erat dengan cucunya sehingga ia sangat mencintai mereka. 4 Singkatnya, Gülen dibesarkan oleh keluarga yang religius yang mendukung anak mereka dalam mendapatkan pendidikan agama yang baik dan berpengaruh bagi hidup Fethullah Gülen pada masa yang akan datang. Sedari kecil Gülen telah dibimbing dalam nuansa spiritual yang kental. Dari keluarganya 4 Muhammad Fethullah Gülen, Bangkitnya Spiritualitas Islam, Jakarta: Republika, 2012, h. X. Lihat Juga: Muhammad Fethullah Gülen, Membangun Peradaban Kita, Jakarta: Republika, 2013, h. XII, dan Latif Erdoğan, Kücük Dünyam: Fethullah Gülen, Istanbul: Ufuk Kitap, 2006, h. 20-32 35 pula Gülen mendapatkan pandangan yang mendasar bagi kebutuhan manusia modern akan pendidikan keagamaan sejak dini tanpa menjauh dari realitas kehidupan serta tanpa rasa takut dan khawatir pada masa yang akan datang. 5 Selain itu Fethullah Gülen mempunyai kepribadian yang santun dan selalu menjaga hubungan baik dengan kerabat dan keluarganya. Ia juga memiliki energi yang luar biasa, sangat aktif, pemberani, berpandangan tajam terhadap sejarah, sekaligus memiliki semangat yang tak pernah padam. Itu karena ia dibesarkan di tengah kondisi dan lingkungan yang sangat kondusif dan berpengaruh bagi perkembangan kepribadiannya. 6 Salah satu kejadian yang amat berpengaruh dalam kehidupan Fethullah Gülen adalah ketika pada 10 Januari 1954 kakek dan nenek yang sangat dicintainya meninggal dunia. 7 Saat itu Gülen sedang menempuh pendidikan dasarnya di Erzurum. Ia mengenang kejadian tersebut dalam kata-katanya: Dunia seakan runtuh bagiku, aku sangat terguncang, setelah kelas berakhir aku keluar, tentu saja, aku tak bisa hadir ke upacara pemakaman mereka. Aku menangis berhari-hari. Aku berdoa siang dan malam dengan mengatakan, ‘ya Allah ambilah juga nyawaku, agar aku dapat bergabung dengan kakek dan nenekku.’ Aku benar-benar tidak bisa menerima kematian mereka. 8 Ketika Gülen beranjak dewasa dan telah menyelesaikan pendidikan agamanya hingga mendapatkan ijazah tradisional, ia kemudian tinggal di Kota Edirne sebagai Imam dan Khatib. Di Edirne, Gülen mempunyai gaya hidup yang sangat sederhana namun tetap bergaul dengan anggota masyarakat yang memiliki 5 Do ğu Ergil, Fethullah Gülen and the Gülen Movement in 100 Question, New York, Blue Dome Press, 2012, h. 5 6 Muhammad Fethullah Gülen, Bangkitnya Spiritualitas Islam, h. XII 7 “1941-1959 Hayat Kronolojisi”, http:tr.fgülen.comcontentview3502128 diakses tanggal 19 Januari 2015 8 Latif Erdoğan, Kücük Dünyam: Fethullah Gülen, Istanbul: Ufuk Kitap, 2006, h. 38