Cara Kerja Penelitian METODE PENELITIAN
Pada konsentrasi 500 mgml sebesar 9 mm dengan standar deviasi 0. Pada konsentrasi 600 mgml sebesar 10 mm dengan standar deviasi 0. Pada konsentrasi
800 mgml sebesar 11 mm dengan standar deviasi 0. Pada konsentrasi 1000 mgml sebesar 12,33 mm dengan standar deviasi 0,58. Pada uji kontrol positif
yang menggunakan antibiotik penisilin terbentuk zona hambat dengan rata-rata sebesar 29,83 mm dengan standar deviasi 0,29. Pada uji kontrol negatif yang
menggunakan etanol 96 tidak terbentuk zona hambat yang memberikan arti bahwa tidak adanya hambatan terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus
viridans. Data penelitian diatas menunjukkan bahwa data tidak memenuhi syarat
untuk melakukan uji One-Way Annova, maka digunakan uji Kruskall-Wallis.
19
Pada uji Kruskall-Wallis menunjukkan nilai signifikan atau bermakna yang mana dapat dikatakan bermakna jika p 0,05, sehingga diketahui bahwa berbagai
konsentrasi ekstrak jahe yang digunakkan pada penelitian ini berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans.
Tabel 4.1. Hasil Analisis Post Hoc dengan Menggunakan Uji Mann-Whitney
Perlakuan Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney
Etanol 100
mgml 200
mgml 500
mgml 600
mgml 800
mgml 1000
mgml Penisilin
Etanol 0.034
0.034 0.025
0.025 0.025
0.034 0.034
100 mgml 0.099
0.034 0.034
0.034 0.043
0.043 200 mgml
0.034 0.034
0.034 0.043
0.043 500 mgml
0.025 0.025
0.034 0.034
600 mgml 0.025
0.034 0.034
800 mgml 0.034
0.034 1000 mgml
0.043 Penisilin
Keterangan: p 0,05 Berdasarkan hasil statistik analisis Post Hoc yang didapatkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna antar setiap konsentrasi dengan penisilin dengan indeks kepercayaan 95. Akan tetapi terdapat konsentrasi yang tidak
memiliki perbedaan yang bermakna yaitu antar konsentrasi 100 mgml dan 200
mgml. Pada penelitian ini, diketahui bahwa respon yang terbentuk dari penghambatan tumbuhnya bakteri Streptococcus viridans merupakan respon
lemah. Pemberian ekstrak jahe berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri
Streptococcus viridans. Diameter rata-rata zona hambat terbesar didapatkan pada pemberian 1000 mgml 12,33 mm, kemudian dengan pemberian konsentrasi 800
mgml 10 mm dan konsentrasi 600 mgml 11 mm, tetapi berbeda bila dibandingkan dengan pemberian konsentrasi 100 mgml, 200 mgml, dan 500
mgml. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak jahe mengakibatkan semakin besar diameter rata-rata zona hambat yang terbentuk terhadap pertumbuhan bakteri
Streptococcus viridans.
Gambar 4.3 Efek ekstrak jahe terhadap pertumbuhan Streptococcus viridans Aktivitas antibakteri yang ditimbulkan dari pemberian ekstrak jahe dapat
dihubungkan dengan adanya kandungan senyawa-senyawa kimia jahe. Kandungan utama jahe adalah seskuiterpen dan zingiberen. Komponen lainnya
termasuk β-sesquiphellandrene, bisabolene dan farnesene yang termasuk
seskuiterpen. Jahe memiliki senyawa reaktif yang disebut terpenoid, yang menstimulasi produksi air liur dan merupakan senyawa penting dalam farmasi
Ekam et al, 2007. Menurut Winarto 2007 berdasarkan dari analisa kimia diketahui bahwa
tanaman jahe mengandung senyawa antara lain flavonoida, polivenol, minyak atsiri, gingerol, limonene, oleoresin, 1,8 cineole, 10-dehydroginger dione, 6-
K + K -
100 mgml 500 mgml
200 mgml K +
K - 1000 mgml
800 mgml 600 mgml