Dengan demikian dapat didefinisikan suasana keagamaan adalah keadaan dimana individu atau kelompok dalam suatu hal tertentu yang berhubungan
dengan keyakinan pada sebuah lembaga-lembaga keagamaan dalam ruang lingkup tertentu.
2. Ciri-ciri Suasana Keagamaan
Sebelum kita masuk dalam ciri-ciri suasana keagamaan maka perlu diketahui faktor pokok dalam proses penciptaan suasana keagmaan tersebut. Pada
prinsipnya ada enam sarana pokok yang diperlukan untuk menciptakan iklim keagamaan atau suasana keagamaan, yakni sebagi berikut ;
47
1. Adanya sarana fisik yang cukup memadai agar umat beragama umumnya dan umat islam padakhususnya dapat menjalankan ibadah
dengan segala syari’at secara sebaik-baiknya, antara lain media dakwah, tempat-tempat pengajian, majlis taklim, madrasah dan
sebagainya. 2. Adanya kelembagaan yang memberi wadah bagi kegiatan-kegiatan
keagamaan. 3. Adanya suasana keagamaan atau iklim yang menunjang gairah
perkembangan kegiatan-kegiatan ibadah dan keagamaan secara umum. 4. Adanya kebijaksanaan dan program terarah untuk mewujudkan
suasana keagamaan yang dikehendaki itu serta pembiayaan yang
47
Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah Jakarta: al-Mawardi Prima, 2002 h. 43-44.
memungkinkan penciptaan suasana keagmaan dapat ditunjang secara sebaik-baiknya.
5. Kehidupan keagamaan para personalia pemerintah dalam kehidupa sehar-hari yang dapat menjadi suritauladan bagi masyarakat.
6. Suasana keagamaan dan pelaksanaan ibadah ini harus nyata dikaitkan dengan usaha peningkatan kualitas hidup di dalam masyarakat dalam
arti yang seluas-luasnya. Dari keenam sarana pokok yang dikemukakan diatas, jelaslah kiranya
bahwa untuk mewujudkan suasana keagamaan dimana pun baik di desa maupun di kota diperlukan sarana fisik yang cukup memadai serta pembinaan terhadap
manusianya. Kedua faktor tersebut akan saling mempengaruhi, dimana keadaan lingkungan akan dapat mempengaruhi manusianya, demikian pula sebaliknya.
Setelah kita mengetahui enam sarana pokok untuk mmenunjang kegiatan keagamaan. Kita akan masuk kedalam ciri-ciri suasana keagamaan, yakni sebagai
berikut: 1.
Faktor Keimanan Keimanan dalam Islam merupakan penentu kualitas diri seseorang. Sebab
keimanan memegang peran terhadap terbentuknya akhlak yang terpuji. Orang beriman akan selalu merasa diawasi dimana pun ia berada. Salah satu
lkarakteristik orang beriman yang sejati adalah dapat mengaktualisasikan keimanan dalam keidupan sehari. Salah satu bukti konkrit ciri orang beriman
adalah sesuai dengan ayat al-Quran surat al-Anfal ayat 2 :
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka karenanya, dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
Dari ayat di atas jelaslah bahwa keimanan akan menentukan sikap seseorang baik prilaku maupun ucapan. Prilaku akan menimbulkan sikap yang
agamis, sikap agamis tersebutlah akan menimbulkan nuansa keagamaan di lingkungannya.
2. Faktor Akhlak
Ahklak menjadi pondasi penopang setelah iman. Dengan akhlak orang akan dihargai orang, dengan akhlak pula seseorang akan di cemoohkan orang.
Teramat pentingnya akhlak Nabi Saw diutus semata untuk menyempurnakan akhlak. Akhlak akan selalu menjadi ciri khas seseorang, seseorang akan mendapat
derajat kemulaian dengan akhlaknya. Akhlak terpuji akan menimbulkan sifat rahman rahim. Sifat ini akan
melahirkan prilaku tentram di masyarakat. Sehingga prilaku yang demikian akan menciptakan suasan yang kondusif yang didambakan oleh setiap orang.
3. Faktor Ibadah
Ibadah merupakan aktualisasi dari taqwa. Orang bertakwah akan senang melaksanakan ibadah, baik itu yang bersifat mahdoh maupun goir mahdoh. Taqwa
akan melahirkan sifat wara’, dengan sifat wara’ itulah lingkungan masyarakat akan mencerminkan suasana keagamaan.
4. Faktor Muamalah
Muamalah pada dasarnya menghendaki keselarasan antara hubungan vertikal dan horisontal. Hubungan horisontal dengan manusia berupa komunikasi,
jual beli, dan perkawinan pokonya segala sesuatu yang berhubungan habluminanas yang bersifat sosial. Hubungan vertikal yakni dengan Allah SWT
berupa pengabdian melalu berbagai cara. Salah satunya yakni dengan
membiasakan dan menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam agama dalam keidupan sehari-hari. Sehingga tercipta suasana kegamaan yang diinginkan.
66
BAB III GAMBARAN
UMUM TENTANG
BADAN PERTANAHAN
NASIONAL BPN KABUPATEN BEKASI DAN MASJID AT- TAQWA BADAN PERTANAHAN NASIONAL BPN
KABUPATEN BEKASI
A. Sekilas Sejarah Berdirinya Badan Pertanahan Nasional BPN Kabupaten Bekasi Dan Masjid At-Taqwa BPN Kabupaten Bekasi
1. Sekilas Sejarah Berdirinya Badan Pertanahan Nasional BPN Kabupaten Bekasi
BPN merupakan kependekan dari Badan Pertanahan Nasional yang merupakan salah satu instansi pemerintah yang melayani masyarakat yakni
di bidang pertanahan khususnya mengurusi hal yang berkaitan dengan pertanahan.
Adapun BPN kabupaten Bekasi seperti BPN pusat lahir untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat akan hal-hal yang berkaitan dengan
pertanahan. BPN kabupaten Bekasi sebelumnya berada di daerah kota Bekasi yakni Bulak Kapal. Pada awal tahun 1997 setelah terbangunnya
akses jalan dan pembangunan diwilayah Cikarang Selatan. Atas dasar prakarsa Drs. Shaleh Manaf mantan kepala kantor yang juga mantan
Bupati Kabupaten Bekasi, kantor BPN berpindah ke area sebelah selatan kantor sekarang kira-kira 200 m. Kemudian pindah lagi ke area yang
berdampingan dengan Hypermarket hingga sekarang. Pendirian BPN