1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masjid merupakan tempat disemaikannya berbagai nilai kebajikan dan kemaslahatan umat baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi, selain itu
juga masjid menjadi tempat pengkaderan yang efektif karena di masjid memungkinkan terbentuknya akhlak qurani sebagai pusat kegiatan keIslaman.
1
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam al-Quran surat at-Taubah ayat 18 :
Artinya: Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang- orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapa pun selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk.
Tidak terlepas dari ayat al-Quran yang tersebut di atas masjid juga tempat yang suci bagi umat Islam, tempat bersujud kepada Allah SWT sebagai bukti
realisasi taqwa kepada sang pencipta Allah SWT dan yang membangunnya pun akan mendapatkan balasan setimpal.
2
Oleh karena itu, pemanfaatan masjid untuk menyembah selain Allah SWT merupakan sesuatu yang amat terlarang.
Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Quran surat al-Jin ayat 18 :
1
Abdullah Faruk, Mimbar Ceramah Kultum Surabaya: Amalia, 2005 h. 152
2
Ibid h. 43
Artinya: Dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping
menyembah Allah. Maka dari itu keberadaan masjid seharusnya menjadi jembatan
terbentuknya berbagai aktivitas manusia yang berdasarkan al-Quran dan hadist yang mencerminkan suasana keagamaan yang kental yang selalu dicintai dan
dinaungi oleh rahmat Allah SWT. Berkaitan dengan yang diuraikan di atas mengenai suasana keagamaan
sebagai realisasi dari kegiatan keagamaan berupa pembinaan umat, agar masjid mampu menjalankan fungsinya secara utuh. Maka perlu adanya manajemen untuk
menujang kegiatan yang dilakukan di masjid. Karena salah satu peran masjid adalah sebagai pembentuk karakter jamaahnya.
3
Bukan hanya manajemen akan tetapi sarana dan prasarana masjid pun harus mendukung ritual keagamaan yang
dilakukan di masjid. Bisa kita lihat dari hal terkecil pembentukan karakter yang terjadi di
masjid adalah ketika orang ingin masuk masjid maka hal yang pertama dilakukan adalah melepaskan alas kakinya baik sandal atau pun sepatu, entah pejabat atau
rakyat biasa, entah miskin atau kaya, semuanya sama menghargai masjid sebagai tempat suci yang harus dijaga kebersikannya dari kotoran sekecil apapun.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 222 :
Artinya : ..... Sesungguhnya Allah SWT mencintai orang-orang yang bertobat dan orang-orang yang mensucikakan diri.
3
Drs. H. Ahmad Yani dan Dr. Achmad Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal Jakarta: LP2SI Harmain, 2001 h. 19
Dari ayat di atas nampak jelas bahwa Allah SWT mencintai kebersihan dan hendaknya setiap masjid mampu mencerminkan ayat tersebut sebagai suatu
tempat yang sangat dicintai Allah. Selain yang disebutkan di atas, dalam hal ini masjid juga harus berperan
sebagai wadah pemersatu umat yang memperkokoh persatuan dan kesatuan atas dasar persamaan agama dan Ukhuwah Islamiah. Oleh karena itu, perlu upaya
peningkatan mutukualitas kegiatan masjid khususnya kegiatan pembinaan umat melalui berbagai kegiatan dakwah. Kegiatan-kegiatan dakwah melalui masjid
sebenarnya tercakup pula dalam kegiatan-kegiatan dalam rangka pembinaan umat, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan sahabat-sahabatnya yang
menggunakan masjid sebagai tempat pengajaran, pendidikan Islam, tempat peradilan, tempat sidang dua badan penasehat khalifah, tempat musyawarah,
tempat pemilihan khalifah, tempat pernikahan dan sebagainya.
4
Masjid di setiap zaman hendaknya harus menjadi tempat seutuhnya pembinaan umat sehingga dalam era reformasi ini pun harus tetap dapat berperan
sebagai pendorong pemenuhan kebutuhan spiritual umat, mewujudkan pelayanan sosial, berupa kesehatan, pendidikan, pembinaan anak dan remaja, serta
penyaluran bakat dalam bidang seni dan olah raga, bahkan sampai kepada pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat pun bisa dilakukan di masjid. Dengan
kata lain masjid harus tetap dapat berperan sebagai pusat pembinaan umat yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Dengan hal ini, tentunya suasana keagamaan
pun akan tercipta secara spontan dengan adakanya kegiatan-kegiatan tersebut.
4
Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah Jakarta: Al-Mawardi 2002 h. 52
Sebagaimana dimaklumi bahwa globalisasi dibidang ekonomi yang melahirkan liberalisasi perdagangan memungkinkan setiap negara dapat menjual
hasil-hasil produksinya ke negara lain dan pada akhirya menghasilkan persaingan yang amat ketat yakni pasar bebas.
5
Dalam hal ini, sesuai fungsinya masjid harus mampu mengarahkan umat untuk menghadapi era tersebut dalam upaya
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia SDM sehingga dapat terwujud. Selain masalah di atas, kondisi saat ini masjid-masjid sering kali materi
dakwah yang disajikan hanya terbatas pada satu pilihan materi yang sangat membosankan jamaah.
6
Nampaknya perlu ditiru dan dikembangkan beberapa masjid besat Timur Tengah seperti masjid al-Haram dan masjid al-Azhar yang
selalu menghadirkan sekian banyak penceramah pada tiap kegiatan yang dilakukan di masjid dengan berbagai materi yang kompleks, sehingga jamaah
tidak jenuh terhadap materi yang telah disajikan oleh masjid yang pada akhirnya setiap materi mampu memberikan motivasi spritual bagi jamaah.
Materi dakwah yang tidak disusun secara sistematis seringkali menimbulkan kejenuhan,
kebosanan dan kekecewaan jamaah. Bahkan ditambah lagi dengan kondisi masjid yang kotor, tidak terawat, suasananya tidak tenang, tidak nyaman dan kurang
aman, maka masjid akhirnya secara bertahap akan ditinggalkan oleh jamaah. Maka disinilah letak pentingnya mengemas dakwah agar tidak
membosankan jamaah, di samping itu juga dakwah yang dikemas dengan baik akan memberi input positif bagi jamaah. Sehingga diharapkan pelaksanaan
dakwah yang dilakukan masjid dapat tepat sasaran dan efektif.
5
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005 h. 231
6
Dra. Raudonah, dkk. Qiro’ah Ibadah dan Dakwah Jakarta: FDK UIN, 2004
Dari uaraian di atas dapat ditarik bahwa masjid dan dakwah merupakan dua faktor yang tidak bisa dipisahkan seperti sebuah gudang dan barangnya.
Apabila salah satunya tidak ada maka hal tersebut tidak mencerminkan fungsinya lagi.
Masjid diibaratkan adalah sebuah gudang dan jamaah adalah barangnya. Jika hanya ada gudangnya saja barangnya tidak ada maka akan disebut gudang
kosong. Seperti halnya pula, pada barang jika tidak ada tempat menyimpannya maka barang tersebut akan berserakan tidak teratur dan sulit untuk dikumpulkan
sehingga akan mudah rusak, mengalami gangguan, baik dari yang mencuri ataupun penjarah. Begitulah keterkaitan antara dakwah dan masjid yang tidak bisa
dipisahkan karena masing-masing memberikan pengaruh. Selain yang diuraikan di atas mengenai dakwah, bahwa masjid yang
makmur disamping diukur dari ramainya jamaah dan maraknya kegiatan, juga dilihat dari kualitas kesatuan jamaahnya. Jamaah yang baik dan berkualitas akan
lebih efektif dalam memakmurkan masjid. Oleh karena itu, peningkatan kualitas jamaah sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas baik itu kemakmurannya
atau pengelolaan manajemen masjid itu sendiri. Peningkatan kualitas jamaah ini menyangkut pemahaman dan penghayatan agama di satu pihak dan aspek
pengalaman ajaran di pihak lain. Oleh karena itu, di dalamnya tercakup aspek ilmu
pemahaman, aspek
iman penghayatan,
dan aspek
amal pengejawantahan dalam perspektif agama. Dengan kualitas jamaah yang
bertambah baik dari waktu ke waktu perbaikan kualitas dan kemakmuran masjid pun dapat berjalan seiring. Adapun materi pelajaran yang harus diprioritaskan
dalam pembinaan jamaah ini adalah berupa Aqidah Islamiah, Akhlakul Karimah,
Syariah, Ibadah Ijtimaiyah Islamiah dan Ukhuwah Islamiah, wawasan perkembangan dunia Islam.
7
Terkait dengan berbagai macam problematika dalam rangka pembinaan umat, sebenarnya fasilitas peribadatan baik itu masjid atau pun rumah ibadah
merupakan salah satu tuntunan kebutuhan jamaah yang akan melaksanakan kewajibannya ibadah sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan dalam
masing-masing ajaran agama. Dengan demikian elemen kegiatan keagamaan adalah juga merupakan pernyataan dari suatu tuntutan kebutuhan utama jamaah
umumnya. Menyadari akan pentingnya fasilitas peribadatan sebagai salah satu
kebutuhan jamaah, Clarence A. Perry di dalam konsepnya ”Neighborhood Unit” telah menempatkan fasilitas peribadatan Gereja sebagai salah satu komponen
lingkungan. Dalam hal ini, fungsi kegiatan keagamaan secara fisik di dalam struktur dalam lingkungan bagi jamaah khususnya yakni sebagai berikut:
8
1 Elemen kegiatan keagamaan sebagai unsur pengikat jamaah dari suatu lingkungan.
2 Elemen kegiatan keagamaan sebagai suatu struktur fisik dominan Land Mark dari suatu lingkungan.
3 Elemen kegiatan keagamaan sebagai suatu unsur estetika lingkungan. Dari elemen-elemen tersebut yang erat kaitanya dengan kegiatan dakwah
yang dilakukan di masjid. Pada dasarnya dakwah bukan hanya masalah yang
7
Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah Jakarta: Al-Mawardi 2002 h. 148
8
Ibid, hal 48
terjadi di masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan.
9
Akan tetapi, seluruh aktivitas yang dilaksanakan di masjid haruslah berorentasi pada zikrullah dan apa pun
bentuk aktivitas yang menghalang-halangi manusia yang hendak menyebut Allah di dalam masjid merupakan sesuatu yang amat aniaya. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 114:
Artinya: Dan siapakah yang lebih aniaya dari pada orang yang
menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya
masjid Allah, kecuali dengan rasa takut kepada Allah. Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.
Oleh karena itu dakwah ini dipandang penting sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan syiar Islam dan kehidupan beragama dalam masyarakat.
Kegiatan-kegiatan dakwah melalui masjid sebenarnya tercakup pula kegiatan- kegiatan pembinaan umat serta proses menciptakan suasana keagamaan sebagai
realisasi dari pembinaaan umat itu sendiri.
10
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : MANAJEMEN MASJID AT-TAQWA BADAN
PERTANAHAN NASIONAL BPN KABUPATEN BEKASI DALAM
9
Drs. A. Yani dan S. Ismail, Menuju Masjid Ideal Jakarta: LP2SI Harmain, 2001 h. 10
10
Ibid, hal 57
MENCIPTAKAN SUASANA KEAGAMAAN DIKALANGAN PEGAWAI BPN.
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah