Manajemen masjid At-taqwa badan pertahanan nasional (BPN) kabupaten bekasi dalam menciptakan suasana keagamaan dikalangan pegawai BPN

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Prasyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh

Oma Saeful Anwar NIM: 105053001831

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

i

NASIONAL KABUPATEN BEKASI DALAM MENCIPTAKAN SUASANA KEAGAMAAN DIKALANGAN PEGAWAI BPN

Masjid merupakan salah satu tempat yang memungkinkan mencetak orang-orang yang taat beribadah sebagai realisasi iman dan taqwa, baik dalam prilaku individu maupun lingkungan masyarakat. Masjid bukan hanya simbol agama yang sakral akan tetapi harus mempunyai dampak terhadap perbaikan umat.

Supaya kualitas umat semakin mumpuni dan mampu mendalaminya dalam rangka menjalankan ritual keagamaan secara kaffah. Sebab masjid mempunyai nilai dan makna yang sangat suci kedudukannya dari zaman dahulu hingga sekarang.

Masjid at-Taqwa merupakan salah satu masjid terbesar di lingkungan kawasan Lippo Cikarang. Masjid ini berada persis disamping pusat perbelanjaan dan perkantoran yang sangat ramai. Ini merupakan salah satu bukti konkrit dari perbedaan zaman serta kebutuhan sarana ibadah yang hadir di tengah-tengah masyarakat yang berkomunitas bisnis dan industri. Keadaan ni sangat bertolak belakang dengan zaman Nabi Saw dahulu, namun perbedaan ini dapat dimunimalisir dengan kecanggihan teknologi dan trik-trik dalam proses menanamkan nilai-nilai agama.

Pendirian masjid at-Taqwa menjawab berbagai keluhan khususnya para pegawai BPN dan umumnya masyarakat yang ada di sekitar masjid itu akan minimnya sarana peribadatan yang hanya tersedia cukup minim, maka perubahan dari musollah ke masjid menjadi alternatif yang jitu untuk menjawabnya.

Masjid at-Taqwa yang berdiri kokoh selain sebagai simbol kantor BPN juga simbol kesakralan agama Islam yang makmur walaupun di lingkungan perdagangan industri dan perkantoran. Dengan cara aktualisasi religius yang kental, sehingga masjid at-Taqwa akan mampu memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan syiar Islam. Akan tetapi, simbol saja tidak cukup perlu adanya esensi, aktivitas, nuansa religius serta manajemen yang handal.

Keunikan nuansa keagamaan yang ditawarkan terletak pda keseriusan para pengurus menjaga nilai-nilai subtansi dari agama. Ketika waktu shalat setengah jam lagi pengurus sudah memberikan tanda dengan pemutaran kaset murotal sebagai tanda menjelang waktu shalat, sert sarana-sarana pemenuhan pengetahuan keislaman baik berupa mushaf dan terjemahnya maupun buku-buku ilmiah keagmaan agar jamaah betah sambil menunggu waktu shalat tiba.


(3)

ii

Alhamdullilah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat tak terhingga kepada kita sekalian selaku hamba yang dhoif. Shalawt serta salam semoga senatiasa tercurah dan terlimpah kepada Nabi Muhammad Saw yang telah memperjuangkan predikat manusia menjadi mulia dibanding mahluk yang lain sampai kepada keluarga beliau, sahabat serta umatnya yang selalu anut pada ajarannya dinul Islam sampai akhir masa.

Tidak ada kata-kata yang bisa terucap dan terlintas dibenak pikiran selain duakata yang penuh makna dan haru yakni terima kasih kepada semua elemen dan unsur yang telah mendukung terselesaikannya skripsi ini. Baik itu bantuan materil maupun moril, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Arif Subhan, MA selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Kominikasi.

2. Drs. Sugiharto, MA selaku pembimbing dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih atas segala upaya bimbingannya. Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan kebaikannya menjadi ladang amal dan pahala yang tak terhingga untuk selamanya.

3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah yang telah banyak meluangkan waktunya untuk penulis menyelesaikan berbagai administrasi khususnya dalam proses penyususnan skripsi ini. Semoga ilmu dan kebaiknnya menjadi kebaikan yang terus bertambah dan


(4)

iii

5. Bpk Oman dan Ibu Minah tersayang selaku orang tua yang selalu mendoakan siang dan malam, dan kasih sayangnya baik moril maupun materil yang tak terhingga. Semoga keduanya menjadi orang tua yang selalu istiqomah mengarakan anak-anaknya untuk menjadi lebih baik. 6. Aa Nacep, Teh Omsih, Aa Aban serta saudara-saudara penulis yang telah

memberikan motivasi untuk terselesaikannya skripsi ini.

7. Istri tercinta dan tersayang Eca Nurhasanah yang terus mendukung dalam segala hal baik moril maupun materil, lahir dan batin. Semoga menjadi Istri yang shalehah yang mampu menjadi ibu bagi anak-anaknya dan tercapai cita-citanya untuk membahagiakan orang tua dan suaminya. 8. Keluarga Besar Bpk H. Mian (almarhum) dan Hj. Item selaku kakek dan

nenek yang terus memberikan motivasi untuk penulis menjadi lebih baik. 9. Keluarga besar Bpk. Jailan (alamarhum) dan ibu Nonih (almarhum)

semoga keduanya mendapat tempat yang mulia di hadapan Allah SWT. 10. Keluarga Besar Bpk H. Hasan dan Istri yang telah membantu penulis baik

materil maupun moril. Semoga tetap berada dalam naungan Allah SWT dan semoga menjadi Haji mabrur dan Hajjah mabrurah.

11. Segenap para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunkasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengaruhnya kepada penulis seutuhnya.


(5)

iv

BIO, Rahmat Hidayat Lurah, Rahmat kabir, Ahmada, Ahmad Fathoni,

Ifdhol, Llu, Chairul Malik, Syahroni (ma’ma encrot), Mahatir, Abu B

(korlap), Ues, Maki, Firman, Aziz, Hendro, dan Hasan Korlap demo and all santri Daar Elhikam.

14. Semua pihak yang telah mendukung baik moril maupun materoil dalam penulisan skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih semoga semuanya mendapat balasan yang setimpal sesuai dengan apa yang diusahakannya. Penulis menyadari akan kedhoifan dan kekurangannya yang jauh dari sempurna. Semoga karya Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan jurusan Manajemen Dakwah dan umumnya semua orang yang sempat membacanya.


(6)

v

DAFTAR ISI ...v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah...8

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ...8

D. Metodologi Penelitian ...9

E. Tinjauan Pustaka...13

F. Sistematika Penulisan...14

BAB II TINJAUAN TEORI A. Manajemen 1. Pengertian Manajemen ...16

2. Prinsip-prinsip Manajemen...21

3. Fungsi-fungsi Manajemen ...22

4. Unsusr-unsur Manajemen...36

B. Manajemen Masjid 1. Pengertian Masjid...39

2. Macam-macam Masjid ...42

3. Bagian-Bagian Masjid ...46

4. Manfaat dan Tujuan Masjid ...48


(7)

vi

2. Ciri-ciri Suasana Keagamaan...62

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MASJID AT-TAQWA BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) KABUPATEN BEKASI A. Sejarah Berdirinya Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Masjid At-Taqwa BPN Kabupaten Bekasi. 1. Sejarah Berdirinya Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi...66

2. Sejarah Berdirinya Masjid At-Taqwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi...67

B. Visi dan Misi...70

C. Letak Geografis...71

D. Struktur Kepengurusan...72

E. Gambaran Suasana Keagamaan...73

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN MASJID AT-TAQWA BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) KABUPATEN BEKASI DALAM MENCIPTAKAN SUASANA KEAGAMAAN DI KALANGAN PEGAWAI BPN A. Manajemen Masjid 1. Perencanaan (Planing)...76


(8)

vii

Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi...86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...104 B. Saran-saran...104 DAFTAR PUSTAKA


(9)

1

Masjid merupakan tempat disemaikannya berbagai nilai kebajikan dan kemaslahatan umat baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi, selain itu juga masjid menjadi tempat pengkaderan yang efektif karena di masjid memungkinkan terbentuknya akhlak qurani sebagai pusat kegiatan keIslaman.1 Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam al-Quran surat at-Taubah ayat 18 :

































Artinya: Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.

Tidak terlepas dari ayat al-Quran yang tersebut di atas masjid juga tempat yang suci bagi umat Islam, tempat bersujud kepada Allah SWT sebagai bukti realisasi taqwa kepada sang pencipta Allah SWT dan yang membangunnya pun akan mendapatkan balasan setimpal.2 Oleh karena itu, pemanfaatan masjid untuk menyembah selain Allah SWT merupakan sesuatu yang amat terlarang. Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Quran surat al-Jin ayat 18 :







1

Abdullah Faruk,Mimbar Ceramah Kultum (Surabaya: Amalia, 2005) h. 152 2


(10)

Artinya: Dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.

Maka dari itu keberadaan masjid seharusnya menjadi jembatan terbentuknya berbagai aktivitas manusia yang berdasarkan al-Quran dan hadist yang mencerminkan suasana keagamaan yang kental yang selalu dicintai dan dinaungi oleh rahmat Allah SWT.

Berkaitan dengan yang diuraikan di atas mengenai suasana keagamaan sebagai realisasi dari kegiatan keagamaan berupa pembinaan umat, agar masjid mampu menjalankan fungsinya secara utuh. Maka perlu adanya manajemen untuk menujang kegiatan yang dilakukan di masjid. Karena salah satu peran masjid adalah sebagai pembentuk karakter jamaahnya.3 Bukan hanya manajemen akan tetapi sarana dan prasarana masjid pun harus mendukung ritual keagamaan yang dilakukan di masjid.

Bisa kita lihat dari hal terkecil pembentukan karakter yang terjadi di masjid adalah ketika orang ingin masuk masjid maka hal yang pertama dilakukan adalah melepaskan alas kakinya baik sandal atau pun sepatu, entah pejabat atau rakyat biasa, entah miskin atau kaya, semuanya sama menghargai masjid sebagai tempat suci yang harus dijaga kebersikannya dari kotoran sekecil apapun. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 222 :



















Artinya : ... Sesungguhnya Allah SWT mencintai orang-orang yang bertobat dan orang-orang yang mensucikakan diri.

3

Drs. H. Ahmad Yani dan Dr. Achmad Satori Ismail,Menuju Masjid Ideal (Jakarta: LP2SI Harmain, 2001) h. 19


(11)

Dari ayat di atas nampak jelas bahwa Allah SWT mencintai kebersihan dan hendaknya setiap masjid mampu mencerminkan ayat tersebut sebagai suatu tempat yang sangat dicintai Allah.

Selain yang disebutkan di atas, dalam hal ini masjid juga harus berperan sebagai wadah pemersatu umat yang memperkokoh persatuan dan kesatuan atas dasar persamaan agama dan Ukhuwah Islamiah. Oleh karena itu, perlu upaya peningkatan mutu/kualitas kegiatan masjid khususnya kegiatan pembinaan umat melalui berbagai kegiatan dakwah. Kegiatan-kegiatan dakwah melalui masjid sebenarnya tercakup pula dalam kegiatan-kegiatan dalam rangka pembinaan umat, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan sahabat-sahabatnya yang menggunakan masjid sebagai tempat pengajaran, pendidikan Islam, tempat peradilan, tempat sidang dua badan penasehat khalifah, tempat musyawarah, tempat pemilihan khalifah, tempat pernikahan dan sebagainya.4

Masjid di setiap zaman hendaknya harus menjadi tempat seutuhnya pembinaan umat sehingga dalam era reformasi ini pun harus tetap dapat berperan sebagai pendorong pemenuhan kebutuhan spiritual umat, mewujudkan pelayanan sosial, berupa kesehatan, pendidikan, pembinaan anak dan remaja, serta penyaluran bakat dalam bidang seni dan olah raga, bahkan sampai kepada pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat pun bisa dilakukan di masjid. Dengan kata lain masjid harus tetap dapat berperan sebagai pusat pembinaan umat yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Dengan hal ini, tentunya suasana keagamaan pun akan tercipta secara spontan dengan adakanya kegiatan-kegiatan tersebut.

4


(12)

Sebagaimana dimaklumi bahwa globalisasi dibidang ekonomi yang melahirkan liberalisasi perdagangan memungkinkan setiap negara dapat menjual hasil-hasil produksinya ke negara lain dan pada akhirya menghasilkan persaingan yang amat ketat yakni pasar bebas.5 Dalam hal ini, sesuai fungsinya masjid harus mampu mengarahkan umat untuk menghadapi era tersebut dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga dapat terwujud.

Selain masalah di atas, kondisi saat ini masjid-masjid sering kali materi dakwah yang disajikan hanya terbatas pada satu pilihan materi yang sangat membosankan jamaah.6 Nampaknya perlu ditiru dan dikembangkan beberapa masjid besat Timur Tengah seperti masjid al-Haram dan masjid al-Azhar yang selalu menghadirkan sekian banyak penceramah pada tiap kegiatan yang dilakukan di masjid dengan berbagai materi yang kompleks, sehingga jamaah tidak jenuh terhadap materi yang telah disajikan oleh masjid yang pada akhirnya setiap materi mampu memberikan motivasi spritual bagi jamaah. Materi dakwah yang tidak disusun secara sistematis seringkali menimbulkan kejenuhan, kebosanan dan kekecewaan jamaah. Bahkan ditambah lagi dengan kondisi masjid yang kotor, tidak terawat, suasananya tidak tenang, tidak nyaman dan kurang aman, maka masjid akhirnya secara bertahap akan ditinggalkan oleh jamaah.

Maka disinilah letak pentingnya mengemas dakwah agar tidak membosankan jamaah, di samping itu juga dakwah yang dikemas dengan baik akan memberi input positif bagi jamaah. Sehingga diharapkan pelaksanaan dakwah yang dilakukan masjid dapat tepat sasaran dan efektif.

5

Sadono Sukirno,Mikro Ekonomi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005) h. 231 6


(13)

Dari uaraian di atas dapat ditarik bahwa masjid dan dakwah merupakan dua faktor yang tidak bisa dipisahkan seperti sebuah gudang dan barangnya. Apabila salah satunya tidak ada maka hal tersebut tidak mencerminkan fungsinya lagi.

Masjid diibaratkan adalah sebuah gudang dan jamaah adalah barangnya. Jika hanya ada gudangnya saja barangnya tidak ada maka akan disebut gudang kosong. Seperti halnya pula, pada barang jika tidak ada tempat menyimpannya maka barang tersebut akan berserakan tidak teratur dan sulit untuk dikumpulkan sehingga akan mudah rusak, mengalami gangguan, baik dari yang mencuri ataupun penjarah. Begitulah keterkaitan antara dakwah dan masjid yang tidak bisa dipisahkan karena masing-masing memberikan pengaruh.

Selain yang diuraikan di atas mengenai dakwah, bahwa masjid yang makmur disamping diukur dari ramainya jamaah dan maraknya kegiatan, juga dilihat dari kualitas kesatuan jamaahnya. Jamaah yang baik dan berkualitas akan lebih efektif dalam memakmurkan masjid. Oleh karena itu, peningkatan kualitas jamaah sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas baik itu kemakmurannya atau pengelolaan (manajemen) masjid itu sendiri. Peningkatan kualitas jamaah ini menyangkut pemahaman dan penghayatan agama di satu pihak dan aspek pengalaman ajaran di pihak lain. Oleh karena itu, di dalamnya tercakup aspek ilmu (pemahaman), aspek iman (penghayatan), dan aspek amal (pengejawantahan) dalam perspektif agama. Dengan kualitas jamaah yang bertambah baik dari waktu ke waktu perbaikan kualitas dan kemakmuran masjid pun dapat berjalan seiring. Adapun materi pelajaran yang harus diprioritaskan dalam pembinaan jamaah ini adalah berupa Aqidah Islamiah, Akhlakul Karimah,


(14)

Syariah, Ibadah Ijtimaiyah Islamiah dan Ukhuwah Islamiah, wawasan perkembangan dunia Islam.7

Terkait dengan berbagai macam problematika dalam rangka pembinaan umat, sebenarnya fasilitas peribadatan baik itu masjid atau pun rumah ibadah merupakan salah satu tuntunan kebutuhan jamaah yang akan melaksanakan kewajibannya (ibadah) sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan dalam masing-masing ajaran agama. Dengan demikian elemen kegiatan keagamaan adalah juga merupakan pernyataan dari suatu tuntutan kebutuhan utama jamaah umumnya.

Menyadari akan pentingnya fasilitas peribadatan sebagai salah satu kebutuhan jamaah, Clarence A. Perry di dalam konsepnya”Neighborhood Unit” telah menempatkan fasilitas peribadatan (Gereja) sebagai salah satu komponen lingkungan. Dalam hal ini, fungsi kegiatan keagamaan secara fisik di dalam struktur dalam lingkungan bagi jamaah khususnya yakni sebagai berikut:8

1) Elemen kegiatan keagamaan sebagai unsur pengikat jamaah dari suatu lingkungan.

2) Elemen kegiatan keagamaan sebagai suatu struktur fisik dominan (Land Mark) dari suatu lingkungan.

3) Elemen kegiatan keagamaan sebagai suatu unsur estetika lingkungan. Dari elemen-elemen tersebut yang erat kaitanya dengan kegiatan dakwah yang dilakukan di masjid. Pada dasarnya dakwah bukan hanya masalah yang

7

Nana Rukmana,Masjid dan Dakwah ( Jakarta: Al-Mawardi 2002) h. 148 8


(15)

terjadi di masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan.9Akan tetapi, seluruh aktivitas yang dilaksanakan di masjid haruslah berorentasi pada zikrullah dan apa pun bentuk aktivitas yang menghalang-halangi manusia yang hendak menyebut Allah di dalam masjid merupakan sesuatu yang amat aniaya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 114:















































Artinya: Dan siapakah yang lebih aniaya dari pada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.

Oleh karena itu dakwah ini dipandang penting sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan syiar Islam dan kehidupan beragama dalam masyarakat. Kegiatan-kegiatan dakwah melalui masjid sebenarnya tercakup pula kegiatan-kegiatan pembinaan umat serta proses menciptakan suasana keagamaan sebagai realisasi dari pembinaaan umat itu sendiri.10

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : MANAJEMEN MASJID AT-TAQWA BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) KABUPATEN BEKASI DALAM

9

Drs. A. Yani dan S. Ismail,Menuju Masjid Ideal (Jakarta: LP2SI Harmain, 2001) h. 10 10


(16)

MENCIPTAKAN SUASANA KEAGAMAAN DIKALANGAN PEGAWAI BPN.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penulis membatasi masalah yang diteliti hanya pada kegiatan keagmaan para pegawai.

2. Perumusan Masalah

Untuk memperjelas masalah dalam pembahasan ini maka dirumuskan masalah-masalah penelitian sebagai berikut :

a) Bagaimana manajemen masjid at-Taqwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi ?

b) Bagaimana dampak suasana keagamaan terhadap pegawai?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari skripsi ini, yaitu:

1) Untuk mengetahui manajemen Masjid at-Taqwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi.

2) Untuk mengetahui dampak suasana keagamaan terhadap pegawai Badan Pertanahan Nasional (BPN) kabupaten Bekasi.


(17)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1) Untuk memperkaya khasanah keilmuan Manajemen Dakwah khususnya dan umumnya para mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2) Memeberikan subansi keilmuan tentang Manajemen Masjid. 3) Menambah wawasan bagi peneliti dan pembaca dalam rangka

mengimplementasikan Manajemen Masjid dalam kegiatan dakwah berupa suasana keagamaan.

4) Sebagai acuan dalam proses menciptakan suasana keagamaan dikalangan para pegawai pada masjid-masjid instansi lain pada umumnya.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode kuantitatif deskriftif yaitu dengan penelitian yang menghasilkan data-data dari orang yang diamati. Taylor dalam bukunya Suharsini Arikunto mendefinisikan pendekatan kuantitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilakan data-data berupa angka-angka, tulisan, prilaku orang yang diamati secara langsung.11

11

Suharsisni Arikunto,Prosedur Penelitian Sebuah Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1993) h. 202


(18)

2. Subyek dan Obyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah masjid at-Taqwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi, para pengurus serta para pegawai Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi.

Obyek penelitian ini adalah manajemen masjid at-Taqwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi dalam menciptakan suasana keagamaan dikalangan pegawai BPN.

1. Teknik Pengumpulan data a) Jenis Data

1) Data primer, yaitu data-data yang diperoleh dari sumber utama dalam hal ini sumbernya adalah masjid at-Taqwa Badan Pertahanan Nasional (BPN) Republik Indonesia Kabupaten Bekasi. 2) Data sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari

literatur-literatur atau bacaan yang berhubungan dengan penelitian ini. b) Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah penelitian lapangan (Field reseach) berupa :

1) Observasi yakni mengumpulkan data dimana peneliti mengamati langsung terhadap obyek yang diteliti.12

2) Wawancara, yaitu proses memperoleh informasi melalui tanya jawab dan bertatap muka dengan pihak yang bersangkutan.

3) Dokumentasi, yakni mencari hal-hal berupa catatan, transkip, surat kabar, majalah, agenda, notulen rapat, dan sebagainya.

12


(19)

4) Angket adalah pengumpulan data dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang harus di isi dan dijawab oleh responden. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan angket kepada responden yaitu pegawai BPN kabupaten Bekasi agar memperoleh data yang dibutuhkan. Angket ini menggunakan kuisioner tertutup, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sudah ditentukan dan disusun terlebih dahulu sehingga responden tidak mempunyai kebebasan untuk memilih jawaban kecuali jawaban yang sudah disediakan.13

Penelitian ini menggunakan dua instrumen dengan pernyatan tertutup dengan skala jawaban, pertama sangat setuju (SS), setuju (S), ragu (R), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Kedua, sangat sering (SS), sering (S), kadang-kadang (K), pernah (P), dan tidak pernah (TP) dalam peroses pengumpulan data, peneliti memberikan angket secara langsung kepada 35 anggota yang dijadikan sample kemudian peneliti menunggu sampai pengisian angket selesai.

2. Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriftif kuantitatif, yaitu analisis yang dilakukan terhadap data yang terwujud angka dengan cara mengklasifikasikan, mentabulasikan dan dilakukan dengan perhitungan data statistik, secara garis besar.

13

Masri Singaribun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3ES, 1995) h. 220


(20)

Pekerjaan analisis data meliputi 3 langkah:

a. Persiapan, meliputi mengecek kelengkapan indentitas pengisi dan memeriksa jawabannya kemudian meneliti kembali catatan yang sudah terkumpul untuk mengetahui data itu cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya.14

b. Tabulasi, yaitu mentabulasikan atau memindahkan jawaban-jawaban responden dalam bentuk tabel, kemudian prosentasenya untuk dianalisa.

Selanjutnya perhitungan statistik yang digunakan adalah variasi kelompok, dimana statistik ini mendapat nilai rata-rata responden.

Adapun rumus yang digunakan yaitu rumus prosentase.15 P = F x 100%

N Ket :

P : Prosentase F : Frekuensi

N : Jumlah data yang dimaksud

c. Analisa dan interpretasi, yaitu membunyikan data kuantitatif dalam bentuk verbal (kata-kata), sehingga menjadi bermakna.

Teknik yang digunakan penulis ini berpedoman pada ”Buku Pedoman Penuliasn Karya Ilmiah (skripsi, tesis, desirtasi) yang disusun oleh Hamid Nasuhi ddk, diterbitkan oleh CeQDA (Centre for Quality

14

Suharsimi Ari Kunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Bina Aksara, 1989) h. 191

15

Anas Sargono,Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997) h. 40


(21)

Devloment and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007 cetakan ke-1.

3. Waktu dan lokasi Penelitian

Penelitian akan di mulai pada akhir Maret 2009 sampai Februari 2010. Bertempat di masjid at-Taqwa Badan Pertahanan Nasional Republik Indonesia Lipppo Cikarang Kabupaten Bekasi Jl. Daha blok B4 No.1 Lippo Cikarang telepon (021) 89906937.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam pembahasan mengenai manajemen masjid ini, penulis telah meneliti buku-buku, skripsi-skripsi, makalah-makalah, yang sangat erat kaitannya dengan materi yang hampir sama dengan sekripsi ini, antara lain; 1. Chairul Anshory, Manajemen Majlis Taklim Darus Salam Cilandak

Timur Jakarta selatan jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi tahun 1427/2006 M. Skripsi ini namun hanya menitik beratkan manajemen secara umum dari mulai perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.

2. Ir. H. Nana Rukmana, Masjid dan dakwah. Dalam Buku ini banyak membahas hal tentang aspek penting terkait kerangka manajemen masjid dan pelaksanaan mewujudkan masjid yang ideal dalam peningkatan kualitas jamaah.

3. Drs. Hasanudin, MA. Manajemen Dakwah. Dalam buku ini banyak membahas masalah manajemen dakwah namun erat kaitan dengan manajemen belum dibahas.


(22)

Dari data-data di atas, penulis tidak menemukan secara eksplisit maupun implisit satu tulisan pun tentang manajemen masjid dikalangan pegawai negeri khususnya perkantoran Badan Pertahanan Nasional (BPN) kabupaten Bekasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis akan membahas dan memfokuskan mengenai Manajemen Masjid at-Taqwa Badan Pertahanan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi dalam menciptakan suasana keagamaan dikalangan pegawai BPN.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis membaginya dalam lima bab dengan perincian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Teori

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang pengertian Manajemen, Prinsip-Prinsip Manajemen, Fungsi-fungsi Manajemen, Unsur-unsur Manajemen, Pengertian Masjid, Macam-macam Masjid, Bagian-Bagian Masjid, Manfaat dan Tujuan Masjid, Pengertian Manajemen Masjid, Fungsi Manajemen Masjid, Pengertian Suasana Keagamaan, Ciri-ciri Suasana Keagamaan.

Bab III Gambaran Umum Manajemen Masjid At-Taqwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi


(23)

Bab ini penulis akan mengemukakan tentang sejarah berdirinya Badan Pertanahan Nasional (BPN) kabupaten Bekasi dan Masjid at-Taqwa Badan Pertahanan Nasional Kabupaten Bekasi, Letak Geografis BPN dan Masjid at-Taqwa, Visi dan misi Masjid at-Taqwa Badan Pertahanan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi Gambaran dan Struktur Bangunan Masjid, Struktur Kepengurusan Organisasi, Gamabaran suasana kegamaan dikalangan pegawai Badan Pertahanan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi.

Bab IV Analisis Manajemen Masjid At-Taqwa Badan Pertanaha Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang Manajemen Masjid (Perencanaan/Planing, Pengorganisasian/Organization, Penggerakan/Actuiting, Pengawasan/Controling), Dampak suasana keagamaan terhadap pegawai BPN Kabupaten Bekasi.

Bab V Penutup

Dalam bab ini terdapat kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan pelaksanaan manajemen masjid dalam menciptakan suasana keagamaan, penulis juga melampirkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(24)

16

Manajemen sebagai salah satu disiplin ilmu, sangat memegang peran penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi setiap bangsa.1Sebab setiap negara atau bangsa yang baik pasti mempunyai manajemen yang baik pula, untuk keberlangsungan penyelengaraan kenegaraan.

Adapun sifat yang khas yang dimilki manajemen adalah intergrasi dan penerapan ilmu serta pendekatan analitis yang dikembangkan oleh banyak disiplin.2

Selain itu pula manajemen tidak terlepas dari setiap kegiatan yang mengandung unsur kedisiplinan yang mengajarkan hidup serba teratur secara terstruktur dan terencana.

1. Pengertian Manajemen

Manajemen secara etimologi berasal dari bahasa Inggris yaitu

“management” yang berasal dari kata manag (to manag) yang artinya mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola.3

Adapun pengertian manajemen secara istilah banyak ahli manajemen yang mendefinisikannya, yakni sebagai berikut:

1

T. Hani Handoko,Manajemen (BPFE: Yogyakarta, 2003) h. 10 2

Stephen P. Robbin,Essential of Management (terjemah Ignatius Hadi Soeprobo (Jakarta:Erlangga, 1993) h. 4

3

Jhon M Echol dan Hasan Shadily,Kamus Inggris Indonesia (Jakarta:Gramedia,1996) h. 372


(25)

G.R Terry yang dikutip oleh Zaini Muktarom mendefinisikan manajemen sebagai proses yang khas terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan menggunakan tenaga manusia dan sumber lainnya.4

James A. F Stoner yang dikutip oleh A. M Kadarman dan Yusuf Udayana dalam bukunya Pengantar Manajemen memberikan definisi bahwa manajemen adalah proses merencanakan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan sebagai upaya organisasi guna tercapainya tujuan organisasi yang telah ditentukan.5

Manajemen menurut R. W Morrel I dalam bukunya Mangement Ends and Means yang dikutip oleh Soewarno Hadayaningrat menuliskan bahwa manajemen adalah aktivitas dalam organisasi terdiri dari penentuan tujuan-tujuan sasaran suatu organisasi dan penentuan sarana-sarana untuk mencapai sasaran secara efektif.6

Haiman mendefinisikan manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain yaitu mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama.7

Robert Kreitener dari Arizona State University mendefinisikan manajemen:

“Manajemen is the proces of working with and through other to achieve

organizational objectives in changing enviroment. Control to this proces is the effektive and efficent use limited resources (manajemen adalah proses bekerja

4

Zaini Muktarom,Dasar-dasar manajemen (Yogyakarta, al-Amin Press, 1996) h. 37 5

M. Manulang,Dasar-dasar Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia,1996) h. 14 6

Kartini Kartono,Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994) h. 11

7


(26)

dengan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah.8 Proses ini berpusat pada penggunaan secara efektif dan efisien terhadap sumberdaya yang terbatas.

Menurut Koonzt C. O Donnel manajemen adalah usaha pertambahan fungsi-fungsi kegiatan untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Hadi Satya Graha, Ph. D. mengatakan manajemen adalah aktivitas manusia dalam organisasi secara efektif dan efisien untuk memperoleh, mengalokasi, dan menggunakan berbagai sumber daya manusia dan non-manusia untuk mencapai sasaran tertentu.

Sebenarnya masih banyak para fakar manajemen mendefinisikan tentang apa yang dimaksud dengan manajemen. Ada yang melihat manajemen dalam tiga sudut pandang yakni, sebagai proses, manajemen sebagai kolektivitas, dan manajemen sebagai seni dan ilmu.9

Dari berbagai definisi di atas dapat dilihat bahwa manajemen menghendaki terciptanya segala sesuatu dengan teratur dan rapi, dan ditinjau dari segi waktu pun efektif dan efisien. Untuk memperoleh pengertian manajemen dengan tepat yakni sebagai berikut ;10

Pertama, menyuruh orang lain untuk mengerjakan sesuatu tetapi tanggung jawab tetap pada yang menyuruh. Tampak disini bahwa persoalan manajemen adalah persoalan tanggung jawab(mas’uliyah responsibility).

Kedua, manajemen mengutamakan pembagian kerja dan kegiatan kerja (activitivies) pada setiap organisasi, baik organisasi laba maupun nirlaba.

8

Drs. Hasanudin,Manajemen Dakwah (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) h. 5 9

M. Manulang,Dasar-dasar Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia,1996) h. 14

10


(27)

Ketiga, manajemen menitik beratkan bagaimana mencari kombinasi yang efektif dan efisisen dari 5M, agar berdaya guna dan berhasil guna.

Seperti ajaran Islam yang mengajarkan segala sesuatu adanya keteraturan dan adanya pengelolaan serta adanya nilai efektifitas dan efisien. Banyak ayat al-Quran yang meyinggung masalah yang erat kaitannya tentang manajemen, diantaraya mengenai tanggung jawab, pembagian kerja, dan efesiensi.

1. Tanggung Jawab

Mengenai tanggung jawab Allah SWT berfirman dalam surat al-Zalzalah ayat 7-8 ;

ð

 















,













Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

Dalam ayat lain yang terdapat dalam surat al-Isra ayat 36 ;







































Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu diminta pertanggung jawabannya.

2. Pembagian Kerja

Mengenai pembagian kerja Allah SWT berfirman dalam surat al-An’am


(28)

























































Artinya:Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaa-Nya dan sungguh Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman dalam surat al-Mudatsir ayat 38 ;

..













Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas yang ia telah diperbuatnya.

3. Efesiensi

Mengenai efesiensi Allah SWT berfirman dalam surat al-Furqon ayat 67 ;

































Artinya: Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak pula kikir, dan adalah (membelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.

Nabi Muhamad Saw banyak berpesan melalui hadistnya mengenai yang erat sekali kaitannya dengan manajemen yakni tentang mempergunakan waktu untuk sebaik-baiknya.

Perihal manajemen para ulama pun tidak kalah ketinggalan berdasarkan petunjuk dari al-Quran dan al-Hadist yang berkaitan dengan manajemen menggunakannya sebagai dalil-dalil yang disebutkan diatas dalam permasalahan


(29)

(etika) semuanya relevan dan cukup representatif mengenai dalil manajemen. Jelaslah bahwa kegiatan, tindakan atau prilaku manusia dan fungsi-fungsi manajemen itu adalah proses pengaturan (habluminananas) yang merupakan salah satu perintah Allah SWT sebagai manivestasi iman terhadap-Nya.11

Dari beberapa pengertian di atas yang dikemukakan oleh beberapa fakar manajemen dapat diambil kesimpulan, manajemen merupakan suatu kegiatan atau aktivitas serta proses yang disalurkan lewat seni dan berdasarkan ilmu pengetahuan atau tata cara tertentu utnuk mencapai tujuan dan sasaran dengan menjalankan setiap fungsi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan agar tujuan dan aktivitas yang dijalankan itu berjalan dengan baik dan dapat dicapai dengan efektif dan efisien.

Dalam proses pencapaian tujuan dari kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya, maka perlu adanya fungsi manajemen yang harus diperhatikan. Sebab fungsi-fungsi manajemen menopang manajemen itu sendiri.

2. Prinsip-Prinsip Manajemen

Menurut Henry Fayol ada 14 prinsip manajemen yang perlu diterapakan dalam pelaksanaan tugas namun bersifat fleksibel, yaitu pembagian kerja, kekuasaan/wewenang dan tanggung jawab, pembagian kerja, disiplin, kesatuan perintah, kepentingan individu dibawah kepentingan umum, pembayaran upah yang adil, pemusatan, rantai skala, tata tertib, keadilan, stabilitas pegawai, inisiatif, dan jiwa kesatuan.

11

Efendi Muktar.Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1996) h. 10-13


(30)

3. Fungsi-fungsi Manajemen

G. R. Terry dalam bukunya Principles of Management yang dikutip oleh Sukarno merumuskan fungsi-fungsi manajemen yang sering disingkat dengan POAC yakni sebagai berikut :12

a. Planning (perencanaan) b. Organizing (pengorganisasian) c. Actuating (Penggerakan) d. Controlling (pengawasan)

Mengenai penjelasannya akan diuraikan dibawah ini.

a. Planning (perencanaan) 1. Pengertian Perencanaan

Planning berarti memilih dan menghubung-hubungi kenyataan dalam membayangkan dan merumuskan tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan.13

Setiap kegiatan yang dilakukan seseorang atau organisasi hendaknya mempunyai tujuan, dengan menentukan tujuan. Selanjutnya untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu adanya perencanaan dan perlu kita ketahui juga bahwa tujuan dan perencanaan tidakalah sama. Jika tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai, sedangkan perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan tujuan atau sasaran tersebut.

12

Soekarno, Dasar-dasar Manajemen (Jakarta: Miswar, 1992) h. 71 13

J. Panglaikim dan Hazil Tanzil,Manajemen Suatu pengantar (Jakarta: Ghalia Indo, 1960) h. 78


(31)

Secara umum perencanaan merupakan penetapan dari pertanyaan-pertanyaan berikut ;

1) Apa yang akan dilakukan ? 2) Mengapa kegiatan dilakukan ? 3) Dimana kegiatan itu dilakukan ? 4) Kapan kegiatan itu dilakukan ? 5) Siapa yang melakukan kegiatan itu? 6) Bagaimana cara melakukan kegiatan itu?

Melihat dari berbagai pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan dengan proses yang sistematis untuk menggambarkan dan merumuskan apa yang harus dilakukan dan dikerjakan pada masa depan dalam suatu organisasi.

Proses perencanaan menurut Abdul Rasyad Shaleh dalam bukunya Manajemen Dakwah Islam, terdiri dari beberapa langkah, yaitu :

1) Perkiraan dan penetuan masa depan (forcasting)

2) Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3) Penetapan tindakan-tindakan dari prioritas pelaksanaannya. 4) Penetapan metode

5) Penetapan penjadwalan waktu 6) Penetapan lokasi


(32)

2. Macam-macam Perencanaan

Proses perencanaan untuk menghasilkan rencana-rencana dapat di lihat dari sisi jangka waktu serta fungsinya, yaitu dari sisi strategis dan operasional. a). Sisi Jangka Waktu

Pada umumnya dikenal tiga bentuk perencanaan, dilihat dari waktu yang digunakan untuk pengaplikasian suatu rencana, yaitu:

1) Perencanaan Jangka Panjang, rencana ini berkisar antara 20-30 tahun ke depan. Perencanaan ini tidak dapat langsung dipakai sebagai pedoman kerja sehingga masih perlu dijabarkan dalam bentuk perencanaan jangka menengah.

2) Perencanaan Jangka Menengah, rencana ini berkisar antara 3-5 tahun ke depan. Sifat perencanaan ini lebih konkret dan sasaran yang harus dicapai jelas. Negara kita menggunakan rencana 5 tahun yang termasuk dalam perencanaan jangka menengah yang disebut Pembangunan Lima Tahun (PELITA).

3) Perencanaan Jangka Pendek. Biasanya akan menjangkau waktu paling lama lima tahun, bahkan dapat dibuat bulanan, kwartalan, atau tengah tahunan. Perencanaan ini lebih konkret dan lebih rinci, lebih terukur dan lebih jelas sasarannya, termasuk dalam hal penggunaan sumberdaya, metode pelaksanaan serta waktu mulai dan selesainya tiap kegiatan yang masuk dalam rencana tersebut.

4. Unsur-unsur Perencanaan


(33)

1) Pemikiran yang rasional terhadap dugaan untuk masa yang akan datang. 2) Fakta-fakta yang obyektif kebenarannya.

3) Sebagai persiapan untuk kegiatan masa yang akan datang. 4) Tujuan.

Dari pemaparan di atas perencanaan yang baik hendaklah melalui proses kegiatan sebagai berikut ;

1). Forecasting

Forecasting adalah suatu penaksiran atau perkiraan suatu yang akan terjadi didalam istilah manajemen diartikan sebagai suatu perkiraan yang sistematis yang paling mungkin memperoleh sesuatu dimasa yang akan datang, dengan dasar taksiran adalah akan memberikan informasi yang dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam membuat keputusan.

2). Objective

Objective di sini diartikan sebagai tujuan, sedangkan yang dimaksud tujuan disini adalah nilai-nilai yang tercapai atau yang diinginkan oleh seseorang atau badan usaha dengan tujuan yang jelas. Karena dengan tujuan yang jelas realitas dapat diketahui oleh semua yang terlibat didalamnya, supaya mereka dapat mengerjakan atau ikut berpartisifasi dengan penuh kesadaran.

3). Policies

Policies berarti rencana kegiatan, policies juga diartikan sebagai suatu tuntunan pedoman atau pedoman yang diadakan oleh suatu badan untuk menentukan kegitan yangditujuserta langkah dalam kegiatan yang relatif


(34)

permanen dan terus menerus, setidaknya dalam mata penyelengaraan perencanaan dibuat dan berjalan.14

4). Programme

Programme adalah suatu rentetan kegiatan yang digambarkan untuk melaksanakan policies dalam mencapai tujuan. Suatu rentetan kegiatan yang menjadi tuntunan dalam pelaksanaan suatu policies.15

5). Jadwal (schedules)

Schedules adalah pembagian program menurut waktu tertentu yang menujukan suatu kegiatan harus diselesaikan.

6). Prosedur (procedure)

Procedure adalah rencana yang merupakan metode yang biasa dipakai dalam mengenal kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan.16

7). Budget

Budget adalah suatu usaha yang akan berjalan degan lancar, bilamana didukung oleh tenaga-tenaga yang handal , juga harus tersedia biaya yang cukup, fasilitas dan alat-alat perlengkapan yang diperlukan.

b. Organizing (pengorganisasian)

Istilah organisasi berasal dari kata organum,17 yang berarati alat, bagian atau komponen-komponen. Dalam pendekatan manajemen istilah organisasi

14

Drs. Hasanudin, MA.Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) h. 108-109

15

Muktar Efendy.Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1996) h. 80-81

16

A.M Kadarman dan Yusuf Udayana,Pengantar Ilmu Manajemen, Buku Panduan Mahasiswa (Jakarta: PT. Gramedia Utama, 1994) h. 58

17


(35)

mempunyai dua arti umum. Arti pertama mengacu kepada suatu lembaga (institusi) atau kelompok fungsional. Arti kedua mengacu kepada proses pengorganisasian, yaitu cara pengaturan pekerjaan dan pengalokasian pekerjaan diantara anggota organisasi, sehingga organisasi diharapakan melaksanakan fungsi penting untuk membantu ketidak maupun anggota sebagai individu dalam rangka mencapai tujuan yag sulit atau bahkan tidak mungkin dicapai sendiri. Dibawah ini beberapa pengertian mengenai unsur pengorganisasian:

Adapun menurut G. R. Terry pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang sehingga mereka bekerja sama secara efisien dan dengan demikian akan memperoleh kepuasan pribadi da lam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu juga mencapai tujuan atau sasaran tertentu.

Menurut H. Malayu Hasibuan, pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang perlu dilakukan untuk mencapai tujauan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas aktivitas tersebut.18

18

H. Malayu Hasibuan,Manajemen dasar, Pengertian, dan Masalah (Jakarta: Bumi Aksara, 2001) h. 118


(36)

1. Langakah-langkah Pengorganisasian

Secara garis besar langkah-langkah pengorganisasian dimulai dari merencanakan, melaksanakan dan mementau kerja organisasi. Secara garis besar adalah:19

1) Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan organisasi agar sesuai dengan misi dan visinya.

2) Membagi beban kerja kedalam aktivitas-aktivitas yang secara logis dan memadai dapat dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang. 3) Mengkombinasikan pekerjaan anggota organisasi dengan cara yang

logis dan efisisen.

4) Menetapkan mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan anggota organisasi dalam satu kesatuan yang harmonis.

5) Memantau efektifitas organisasi dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan atau meningkatkan efektivitas. 2. Tujuan Pengorganisasian

Sebagaimana fungsi manajemen yang lain pengorganisasian juga mempunyai tujuan yaitu, mempermudah pekerjaan, mempermudah tanggung jawab, mempermudah koordinasi, meningkatkan spesialisasi, mengetahui jumlah orang dalam organisasi tersebut, adanya kepastian tentang apa yang harus dikerjakan.

Perlu diketahui ada sejumlah faktor spesifk yang menentukan struktur organisasi, diantaranya pemakaian teknologi, lingkungan organisasi dan

19


(37)

pandangan hidupa para anggotanya. Jadi, tidak ada satu pun cara terbaik untuk merancang struktur yang dapat diterapkan bagi semua organisasi. Struktur yang paling sesuai adalah sesuatu yang bersifat khusus dan akan berbeda dari suatu organisasi dengan organisasi lain.

c. Actuating (Penggerakan)

Sebelum masuk dalam istilah actuating,20 di dalam bahasa Inggris ada lima istilah yang hampir sama tetapi maknanya berbeda untuk pengertian actuating“menggerakan orang lain” seperti yang dijelaskan berikut ini.

1) Directing, yakni menggerakan orang-orang lain dengan memberikan pengarahan.

2) Actuating, yakni menggerakan orang lain dalam arti umum.

3) Leading, yakni menggerakan orang lain dengan cara menempatkan diri di muka orang-orang yang digerakan, membawa mereka kesuatu tujuan tertentu serta memberikan contoh-contoh.

4) Commanding, yakni menggerakan orang lain disertai unsur paksaan. 5) Motivating, yakni menggerakan orang lain dengan terlebih dahulu

memberikan alasan-alasan mengapa hal itu harus dikerjakan.

Banyak arti yang dikemukakan para ahli manajemen mengenai fungsi ketiga manajemen diatas, yaitu actuating (penggerakan). Arifin mencoba menjabarkan secara khusus dan merangkumnya menjadi suatu definisi yakni sebagai beriktu:

20


(38)

“Penggerakan pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk menggerakan orang atau orang-orang untuk suka dan dapat bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.”21

1. Fungsi Penggerakan

Fungsi pokok penggerakan dalam manajemen meliputi:

1) Mempengaruhi seseorang (orang-orang) supaya bersedia menjadi pengikut.

2) Menaklukan daya tolak seseorang (orang-orang).

3) Membuat seseorang (orang-orang) suka mengerjakan tugas dengan lebih baik.

4) Mendapatkan, memelihara dan memupuk kesetiaan pada pimpinan, tugas dan organisasi tempat mereka bekerja.

5) Menanamkan, memelihara dan memupuk rasa tanggung jawab seseorang (orang-orang) terhadap Tuhannya, negara serta masyarakat.

2 Prinsip-prinsip Penggerakan

Adapun prinsip-prinsip penggerakan meliputi kal-hal berikut: 1) Memperlakukan anggota dengan sebaik-baiknya.

2) Memberikan motivasi untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki para pegawai melalui ide, gagasan, dan hasil karyanya.

3) Menghargai setiap karya yang baik dan sempurna yang dihasilkan para pegawai.

4) Mengusahakan adanya keadilan dan bersikap bijaksana kepada setiap anggota tanpa pilih kasih.

21


(39)

5) Mendorong pertumbuhan dan perkembangan bakat dan kemampuan para anggota tanpa menekan daya kreasinya.

6) Menanamkan semangat para anggota agar mau terus berusaha meningkatkan bakat dan kemampuannya.

3. Sasaran dan Tujuan Penggerakan

1) Sasaran guna memperoleh data seberapa besar kerelaan dan semangat kerja anggota dalam menyelesaikan tugasnya dengan rasa tanggung jawab tanpa menuggu perintah atasnya.

2) Tujuan agar proses manajemen dapat berhasil sesuai dengan rencana yang diharapkan secara efektif dan efisien.

d. Controlling (Pengawasan)

Pengawasan manajemen adalah usaha sistematis untuk menetapkan standar prestasi dan perencanaan sasarannya guna mendesain sistem informasi umapn balik, membandingkan sistem kerja tadi dengan standar yang telah ditetapkan lebih dulu, menentukan apakah ada penyimpangan dan mencatat besar-kecil penyimpangan ini, serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa semua sumber perusahaan/organisasi dimanfaatkan secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.

Dari pengertian diatas, pengawasan dibagi atas empat langkah, yaitu:22 Pertama : Penetapan standar dan metode untuk mengukur prestasi Kedua : Mengukur pretasi

22


(40)

Ketiga : Membandingkan prestasi kerja dengan standar yang ada Keempat : Mengambil tindakan korektif

1. Macam-macam Pengawasan

Pengawasan dapat ditinjau dari beberapa sudu, yakni:23 1. Dari Objeknya

Pengawasan dipandang dari segi objeknya terbagi dalam empat pengawasan, yaitu pengawasan produksi, pengawasan orang, pengawasan waktu, dan pengawasan uang.

2. Dari Subjeknya

Adapun pengawasn jika dipandang dari segi subyeknya terbagi dalam lima, yaitu, pengawasan internal, pengawasn formal, pengawasan informal, pengawasn langsung, dan pengawasn tidak langsung.

3. Dari Waktu

Lain halnya jika ditinjau dari segi waktu pengawasan terbagi dalam tiga, yaitu pengawasan preventif, pengawasan improses, dan pengawasan represif.

4. Dari Bidang Kerjanya

Pengawasan ditinjau dari bidang kerjanya terutama dalam perusahaan yang menghasilkan barang terbagi dalam lima, yaitu pengawasan bidang penjualan, pengawasan bidang keuangan, pengawasan perbekalan, pengawasan kepegawaian, dan pengawasan distribusi.

23


(41)

2. Fungsi Pengawasan

Pengawasan di dalam manajemen memilki berbagai fungsi pokok, yakni: 1. Mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan atau kesalahan

dengan melakukan pengawasan secara rutin disertai ketegasan-ketegasan dalam pengawasan, yaitu dengan pemberian sanksi mestinya terhadap penyimpangan yang terjadi.

2. Memperbaiki berbagai penyimpangan. Jika penyimpangan terjadi hendaknya pengawasan dapat mengusahakan cara-cara untuk tindakan perbaiakan agar tidak berlarut-larur.

3. Mendinamisasikan organisasi. Dengan adanya pengawasan diharapkan dapat dicegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan sedini mungkin, sehingga setiap unit organisasi selalu dalam keadaan bekerja efisien dan efektif.

4. Mempertebal rasa tanggungjawab. Dengan adanya pengawasan rutin, setiap unit organisasi berikut karyawannya akan bekerja dengan benar atas semua tugaas yang diberikan, sehingga tindakan yang salah dalam pelaksanaan tugas akan sulit muncul. Jika tindakan yang salah tidak dapat dihindari, maka wajib untuk memberikan laporn tertulis mengenai penyimpangan itu. Denagan cara-cara seperti ini diharapkan rasa tanggung jawab kepada pekerjaan makin lama makin tebal.

3 Prinsip Dasar Pengawasan

Agar fungsi pengawasan berjalan dengan baik maka perlu adanya prinsip dasar dalam pengawasan diantaranya adalah:


(42)

1) Pengawasan hendaknya direncanakan dengan baik agar paling tidak dapat mengukur apakah proses pengendalian yang dilakukan berhasil atau tidak. 2) Dapat mereflesikan sifat pengawasan yang unik pada bidang-bidang yang

diawasi.

3) Pelaporan penyimpangan dilakukan dengan segera.

4) Pengawasan harus bersifat fleksibel, dinamis dan ekonomis.

5) Dapat mereflesikan pola kerja unit organisasi, misalnya mengenai sttandar biaya. Jika suatu kegiatan menghabiskan biaya melebihi standar, maka pola kerja unit ini sudah tidak wajar.

6) Dapat menjamin diberlakukannya tindakan korektif yaitu segera diketahui apa yang salah, dimana terjadinya kesalahan itu dan siapa yang bertanggung jawab.

4. Sistem Pengawasan yang Efektif

Sistem pengawasan yang dapat diandalakan dan efektif mempunyai karakteristik tertentu yang relatif. Artinya relatif ini berbeda-beda, tergantung pda situasinya masing-masing, tetapi sebagian besar sistem pengawasan diperkuat oleh ciri-ciri:

1) Akurat, informasi tentang hasil prestasi kerja harus akurat. Mengevaluasi ketetapan informasi yang diterima merupakan sala satu tugas pengawasan paling penting yang dihadapi manajer.

2) Tepat waktu, informasi hendaknya segera dimanfaatkan untuk mengambil tindakan yang tepat terhadap suatu masalah agar dihasilkan perbaikan.


(43)

3) Obyektif dan komprenhsif, informasi yang akan digunakan untuk pengawasan harus dapat dipahami dan dianggap obyektif. Sistem informasi yang sulit dipahami akan mengakibatkan kesalahan yanh sbenarnya tidak perlu terjadi.

4) Dipusatkan pada titik pengawasan strategis, pengawasan hendaknya dipusatkan pada area dimana dimungkinkan terjadinya penyimpangan relatif banyak, juga pada area dimana tindakan koreksi dilaksanakan tepat waktu serta tempatnya sehingga efektif.

5) Ekonomis, biaya pengawasan hendaknya lebih sedikit atau paling banyak sama dengan keuntungan yang diperoleh dalam sistem itu. Caranya, pengeluaran hendaknya minimal dengan hasil optimal.

6) Realistis dari sisi organisasi, sistem pengawasan harus dapat digabungkan denagan realitas organisasi.

7) Fleksibel, dewasa ini hampir semua organisasi berada pada lingkungan yang tidak stabil sehingga perlu mengantisipasi perubahan-perubahan. Bentuk antisipasi ini perlu didampingi pengawasan agar jalanya organisasi tetap sesuai harapan.

8) Prespektif dan operasional, sistem pengawasan yang efektif harus dapat mengindentifikasikan tindakan korektif yang perlu diambil. Informasi harus sampai dalam bentuk yang biasa ditangan orang-orang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan yang diperlukan.

9) Diterima oleh anggota organisasi. Adapun yang ideal ialah jika sistem pengawsan dapat dihasilkan prestasi kerja yang tinggi dikalangan anggota


(44)

organisasi dengan membangkitkan perasaan bahwa mereka memiliki otonomi, tanggung jawab dan kesempatan untuk mencapi kemajuan. Terlalu banyak pengawasan ketat kerap kali mengakibatkan berkurangnya kepuasan maupun motivasi para karyawan. Efek negatif semacam ini harus diperhatikan, jika efesiaensi dalam sistem pengawasan telah tercapai.

5. Tujuan Pengawasan

Berdasarkan bukunya AD Gayatri Media Prefesional pengawasan mempunyai lima hal tujuan, yaitu mencari sebab-sebab yang menimbulkan kegagalan, mengadakan pencegahan dan perbaiakan, mencegah adanya penyimpangan, mendidik pekerja agar lebih bertanggung jawab, dan mendapatkan efesiensi dan efektifitas.

5. Unsur-unsur Manajemen

Seperti yang telah kita ketahui bahwa untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien, maka sangat diperlukan sekali adanya fasilitas atau sarana-sarana alat kerja yang disebut juga sumber atau unsur-unsur manajemen. Unsur-unsur manajemen yang kita kenal berupa, man (manusia), money (uang), material (bahan), mechine, methode, market yang biasa disingkat dengan 6M.

1. Man (manusia)

Unsure man atau manusia merupakan unsur imajinatif karena dalam diri manusia terdapat potensi berupa akal, daya fakir, daya hayal, dan berbagai


(45)

daya yang memungkinkan akan terbentuknya berbagai macam insfirasi.24 Selain dari pada itu dalam manajemen manusia sebagai pelaku karena tanpa adanya campur tangan manusia dapat tercapai tjuan sesuai dengan harapan.

2. Money (uang)

Menurut A. C Piqou uang merupakan alat tukar, sedangkan menurut R. G Thomas mendefinisikan uang adalah sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya dan bagi pembayaran hutang. Unsur uang dalam setai saat sangat diperlukan karena setiapaktivitas manusia sekarang ini membutuhkan uang, apalagi manajemen yang tidak lepas dari bugeting dalm setiap kegiatan. Tanpa adanya uang kegiatan akan lambat dan cendrung mandeg yang mengakibatkan kegiatan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

3. Material (bahan) perlengkapan

Dalam proses pelaksanaan kegiatan manusia membutuhkan bahan-bahan seperti sumberdaya alam, dengan adanya sumberdaya alam maka proses operasional guna auntuk menghasilkan barang atau jasa untuk dijual dapat terlaksana.

4. Mechine (mesin), di zaman serba canggih teknologi menjadi teman sejati manusia sebagai pembantu.25 Sama halnya, dalam menopang manajemen mesin menjadi pembantu dalam terselenggaranya kegiatan manjemen.

24

Yayat M Herujito,Dasar-dasar Manajemen (Jakarta: Grasindo, 2001) h. 6 25


(46)

Tanpa adanya mesin saat proses manajemen akan berjalan lambat dan susah diwujudkan sebab mesin penjadi pengganti tenaga manusia yang lebih efektif dan efisien.

5. Methode (cara)

Metode berarti cara yang teratur dan sigtimatis untuk pelaksanaan sesuatu; cara kerja26. Sedangkan pengertian lain menyebutkan metode adalah cara yang digunakan dalam mewujudkan rencana yang telah ditentukan sebelumnya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode atau cara sangat menentukan kelancaran roda manajemen dalam suatu organisasi. Dengan metode yang tepat akan mengahasilakan output yang bagus sehingga menguntungkan bagi yang menggunakannya.

Metode yang tepat adalah metode yang memiliki jiwa ilmiah dalam arti mengandung dua aspek, yakni analisis dan kontruksi. Analisis berarti pemilihan yang dilakukan manajemen, sedangkan kontruksi berarti penambahan yang dilakukan manajemen dari hal baru yang dihadapi oleh manajemen itu sendiri.27

6. Market (pasar)

Pasar merupakan tempat bertemunya antara pedagang dan penjual barang-barang yang dihasilkan dari dari suatu produsen tentunya harus segera dijual, menjual tersebut mebutuhkan tempat maka pasar disitu dapat berperan aktif sebagai fungsinya. Selain pasar dalam proses pemasaran pun harus benar-benar jeli membaca peluang yang ada. Hendaknya

26

Pius A. Partanto,Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1999) h 460 27

Drs. Hery Noer & Drs. Munzir S,Watak Pendidikan Islam (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000) h. 20


(47)

menetukan pemasaran harus dimulai dengan segmentasi, positioning, targeting pasar suapaya barang yang dituju untuk konsumen tertentu dapat diterima.

B. Manajemen Masjid 1. Pengertian Masjid

Masjid adalah salah satu tempat yang disakralkan oleh umat Islam. Sebab dalam sejarah peradaban yang dibangun oleh Nabi Muhammad Saw, ketika menerima perintah suci yaitu shalat dimulai dari masjid ke masjid. Dari kejadian itu dapat disimbolkan nilai kesakralan masjid sebagai pusat penerimaan wahyu Tuhan. Seperti yang tertera dalam surat al-Isra ayat 1:





























































Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjidil Haram ke al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Selain itu masjid juga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan spiritual dan sebenarnya masjid bukan hanya berfungsi sebagai tempat shalat saja, akan tetapi juga merupakan pusat kegiatan sosial kemasyrakatan, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw yakni kegiatan-kegiatan sebagi berikut:28

1. Sebagai pusat pendidikan dan pengajaran.

28


(48)

2. Sebagai tempat mengadakan pertemuan-pertemuan resmi dengan utusan negara lain.

3. Sebagai tempat itikaf, terutama pada bulan ramadhan.

4. Sebagai tempat membagi-bagikan harta rampasan perang dan hadiah dari sahabat-sahabatnya (berfungsi sebagai baitul maal)

5. Sebagai tempat mengumumkan keputusan kenegaraan. 6. Sebagai tempat peradilan.

7. Sebagai tempat mengadakan konsultasi mengatur strategi perang.

8. Sebagai tempat berkonsultasi tentang hal-hal penting yang berhubungan denganpolitik dan militer (Pusat administrasi dan urusan-urusan politik). 9. Sebagai tempat menghimpun hasanah ilmu pengetahuan (perpustakaan). 10. Sebagai tempat sahabat dalam membela nabi terhadap musuh-musuhnya

dengan membacakan sajak (deklamasi) dimasjid, dan lain-lain.

Adapun jika fungsi sosial sangat kurang sekali diperankan oleh masjid bahkan tidak dilakukan sama sekali, kecuali hanya untuk menampung kebutuhan shalat saja, maka jelaslah pendirian masjid yang terlalu luas akan membawa pemborosan lahan saja.29

Di dalam al-Quran kata masjid diulang kurang lebih sebanyak dua puluh delapan kali, ini menandakan peran mesjid sangat sentral bagi umat. Di tinjau dari segi bahasa masjid berasal dari bahasa arab yakni sajada-yasjudu-sujudan yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh rasa hormat dan takdim. Dan sala satu makna lainya adalah mengikuti maupun menyesuaikan diri dengan ketetapan

29

H. M. Fatwa,Profil Masjid Ibu Kota (Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam DKI, 1977) h. 73.


(49)

Allah yang berkaitan dengan alam raya (sunatullah).30 Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Tirmizi dari Abi al-Khudri bahwa setiap potong tanah itu adalah masjid.

Dalam al-Quran surat al-Jin ayat 18 Allah SWT berfirman:























Artinya: Dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.

Dari ayat al-Quran di atas dikatakan bahwa seluruh jagat raya adalah masjid, yang fungsinya tak lain untuk tempat sujud ibadah yakni menghambakan diri pada Allah SWT sang pencipta sebagai bukti rasa syukur. Meletakan dahi, kedua tangan, serta lutut menyentuh tanah merupakan gambaran dari makna-makna yang dilakukan ritual di dalam masjid. Hal itulah mengapa bangunan itu disebut dengan masjid yang karena tempat orang melakukan sujud memohon ridho dan karunia-Nya. Sujud merupakan bergeraknya fisik, sedangkan dalam dimensi batin sujud berarti pengabdian.31

Dalam perkembangannya, kata-kata masjid sudah mempunyai pengertian khusus yakni suatu bangunan yang dipergunakan sebagai tempat mengerjakan shalat, baik shalat lima waktu maupun untuk shalat Jumat dan hari raya. Kata masjid di Indonesia sudah menjadi istilah baku, maka jika orang menyebut masjid maka yang dimaksud adalah masjid tempat diselnggarakannya shalat Jumat.

30

Quraish Shihab,Wawasan Al-Quran (Bandung: Mizan, 1997) h. 459 31

Sidi Ghazalba,Masjid Pusat Peribadatan dan Pusat Kebudayaan (Jakarta: Pustaka al-Husna 1994) h. 118


(50)

Adapun tempat-tempat shalat lain yang tidak digunakan untuk shalat Jumat diberi nama dengan istilah berbeda sesuai dengan kebiasaan daerah masing-masing. Di Jawa biasanya disebut Langgar, di daerah Pasundan lazim disebut dengan Tajuk, di Minang Kabau biasa disebut dengan Suarau, di Aceh diberi nama Madrasah. Namun, istilah yang sangat umum digunakan di Indonesia yang tidak digunakan untuk digunakan shalat jumat ialah Musolla.

2. Macam-macam Masjid berdasarkan Hiraraki

Adapun macam-macam masjid sesuai hiraikinya meliputi:32 1) Masjid Kota

2) Masjid Wilayah 3) Masjid Kecamatan 4) Masjid Lingkungan

5) Masjid Lokal (langgar/musolla) 1). Masjid Kota

Masjid kota ini jelas harus berlokasi dipusat kota, mengingat pusat mempunyai aksesibilitas yang sanagt tinggi terhadap penduduk diseluruh wilayah kota. Pusat kota merupakan jantung dari kehidupan masyarakat kota, dimana orang datang berkumpul untuk berbelanja, berdagang, berekreasi, mengadakan aktivitas kebudayaan, administratif dan pemerintahan. Penempatan masjid pada pusat aktivitas ini diharapkan dapat memudahkan penduduk/masyarakat dalam melaksanakan berbagai kegiatan.

32


(51)

Faktor lingkungan juga harus diperhatikan agar dapat dijaga kehormatan masjid (tidak terlalu dekat dengan tempat-tempat hiburan yang bertentangan dengan ajaran agama. Namun, mengingat aktivitas hiburan komponen dari aktivitas yang ada dikota maka perlu ada penyekat (pembatas)antara masjid dengan aktivitas tersebut.

2). Masjid Wilayah

Masjid wilayah berfungsi melayani penduduk di daerah perumahan dalam skala shalat sehari-hari. Oleh karenanya dalam menentukan lokasi masjid wilayah harus dipertimbangkan hal-hal berikut:

1. Jaringan jalan

2. Lintas angkuutan umum 3. Land use (tata guna lahan)

4. Lokasi pusat aktivitas yang telah ada

Untuk menentukan lokasi masjid wilayah secara lebih tepat lagi dapat

digunakan methoda “Breaking Point Formula (BPF)“. Penggunaan metode BPF

untuk menilai daerah pelayanan masjid-masjid wilayah, atas dasr adanya daya tarik masjid wilayah ini terhadap jamaah pada daerah yang sama, kemudian dibandingkan dengan daerah pelayanan berdasarkan hasil survey lapangan.

Pengguna metode BPF untuk mengukur batas pelayanan tiap masjid wilayah ini sebenarnya memberikan interpretasi bahwasanya sebagai faktor penentu yang melakukan gaya tarik terhadap jamaah adalah hanya luas bangunan utama masjid.


(52)

Pada kenyataannya tidak demikian, karena faktor penceramah/khotib serta kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan didalam setiap masjid cukup besar pengaruhnya untuk menarik jamaahnya, demikian pula dengan faktor fisik dari bangunan masjid. Akan tetapi besarnya pengaruh dari faktor-faktor ini dalam menarik jamaahnya akan sangat ditentukan oleh besarnya kemampuan masjid tersebut di dalam menampung jamaahnya.

3). Masjid Kecamatan

Pada prisifnya masjid kecamatan ini dibangun untuk melayani penduduk Islam yang berada disekitar kecamatan tersebut terutama dalam melaksanakan shalat Jumat, shalat hari raya serta kegiatan-kegiatan sosial masyarakat. Disamping itu juga digunakan untuk shalat sehari-hari (lima waktu) bagi mereka yang berada di sekitar masjid tersebut.

Fungsi lain yang harus diperankan oleh masjid kecamatan ini adalah mengkordinir masjid-masjid lingkungan yang ada di bawahnya (setingkat lebih rendah dari masjid kecamatan ) dalam rangka mengintensifkan fungsi dan peranan masjid-masjid lingkungan sebagai pusat kegiatan peribadatan dan pembinaan mental agama umat Islam.33

4). Masjid Lingkungan

Lokasi masjid lingkungan ini lebih beroreintasi ke daerah perumahan, karena fungsinya hanya melayani penduduk didalam daerah pelayanannya untuk melaksanakan shalat sehari-hari, shalat jumat serta kegiatan keagamaan lainya. Lokasinya harus aksesibel dalam arti jarak dan waktu pencapaian dengan jalan

33


(53)

kaki bagi jamaahnya dalam keadaan menyenangkan (convenience desirable) serta dalam waktu yang tepat. Hal ini juga berlaku bagi masjid wilayah dan masjid kecamatan, akan tetapi pengukurannya bukan lagi dengan jalan kaki tapi dengan kendaraan bermotor.

5). Masjid Lokal (Musolla/Langgar)

Musolla/langgar ini hanya dipergunakan untuk melaksankan shalat lima waktu saja, tidak untuk shalat jumat. Namun tidak menutup kemungkinan hal itu bisa terjadi seperti di kompleks perkantoran, rumah sakit, sekolah, tempa-tempat peristirahatan biasanya musolla/langgar dijadikan untuk slat juamt karena mengingat wkatu yang tidak memungkinkan bila melaksanakan shalat Jumat di

masjid Jami’. Mushalla/langgar ini biasanya berukuran berkisar 100-150 m. Setelah mengetahui macam-macam masjid berdasarkan hirarkinya, sebenarnya seperti apa masji yang dapat berperan secara baik. Sebuah masjid dikatakan berperan secara baik apabila memilki ruangan dan peralatan yang memadai untuk:34

1. Ruang shalat dan ruang thaharah (bersuci) yang memenuhi syarat kesehatan/kenyamanan.

2. Ruang-ruang khusus bagi wanita yang memungkinkan mereka keluar tanpa bercampur dengan pria dan digunakan untuk shalat dan PKK.

3. Ruang pertemuan lengkap dengan peralatan dan buku-buku bcaan yang dibutuhkan oleh orang tua dan muda.

4. Ruang poliklinik dan ruang memandikan dan mengkafankan mayat.

34


(54)

5. Ruang bermain, olahraga, dan latihan bagi remaja.

3. Bagian-Bagian Masjid

Selain hal yang diatas ada sejumlah ruangan perlu ada pada masjid-masjid modern guna menghadapi tantangan perkembangan hidup dimassa datang.

1. Bangunan Utama

Bangunan utama dalah ruang yang disediakan untuk peribadatan. seperti shalat, dengan tikar/karpet yang bersih, dalm setiap shaf diberi tanda agar shaf lurus, podium/mimbar untuk khatib, sound sistem yang terletak diluar dan didalam masjid, penerangan yang memadai, temapt menyimapan mushaf, ventilasi udra sehingga ketika berada dimesjid tidak merasa pengap.

2. Bangunan pelengkap

Bangunan pelengkap terdiri dari beberapa tempat yaitu sebagai berikut; 1). Tempat Thaharah

Tempat thaharah meliputi ;

1. Tempat wudhu yang baik dan bersih, dengan standar minimal 1 tempat wudhu (0,72 m) untuk 40 orang jamaah.

2. Tempat mandi dengan standar minimal 1 tempat mandi (8 m) untuk 150 orang jamaah atau sekitar 0,02 m per orang.

3. Tempat buang hajat, dengan standar minimal satu wc (2 m) untuk 100 orang atau sekitar 0,02 m perorang dan urinoir (1 m) untuk 100 orang jamaah atau sekitar 0,01 m per orang.


(1)

menyatakan sering dengan pernytaan saya menyanyangi orang tanpa membedakan SARA (suku, ras dan agama).

Tabel 1.32

Saya Beramal dengan Ikhlas

Jawaban Responden Jumlah Responden Prosentase (%)

SS 15 42

S 10 29

K 6 12

P 2 6

TP 2 6

Jumlah 35 100

Berdasarkan tabel 1.32 dapat dilihat bahwa 42% responden menyatakan sangat sering (SS), 29% responden menyatakan sering (S), 12% responden menyatakan kadang-kadang (K), 6% responden menyatakan pernah (P), dan 6% responden menyatakan tidak pernah (TP). Dengan demikian 42% responden menyatakan sangat sering (SS) dengan pernytaan saya beramal dengan ikhlas.

Tabel 1.33

Saya Menjaga dan Memelihara Lingkungan Sekitar Jawaban Responden Jumlah Responden Prosentase (%)

SS 13 37

S 12 34

K 6 12

P 2 6

TP 1 3

Jumlah 35 100

Berdasarkan tabel 1.33 dapat dilihat bahwa 37% responden menyatakan sangat sering (SS), 34% responden menyatakan sering (S), 12% responden menyatakan kadang-kadang (K), 6% responden menyatakan pernah (P) dan 3% responden menyatakan tidak pernah (TP). Dengan demikian 34% responden


(2)

103

menyatakan sering dengan pernyataan saya menjaga dan memelihara lingkungan sekitar.

Berdasarkan data hasil analisis angket diatas menunjukan bahwa kualitas keimanan para pegawai Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi sangat baik ini ditandai dengan hampir 80% pernyataan angket mengenai keimanan pegawai menjawab sangat setuju. Sedangkan kualitas akhlak para pegawai berdasarkan data angket diatas mununjukan bahwa kualitas akhlak pegawai kurang baik karena dari pernyataan sangat sering hanya menghasilkan dibawah 50%.

Mengenai kualitas ibadah para pegawai menunjukan bahwa berdasarkan angket yang telah dianalis,kualitas ibadah para pegawai sangat rendah ini dilihat dari prosentase yang telah dianalisis hanya dibawah 50%. Adapun kualitas muamalah berdasarkan data yang telah dianalisi mennjukan bahwa jawaban pegawai hanya dibawah 50%. Semua data diatas menunjukan bahwa masjid at-Taqwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bekasi belum mampu menciptakan nilai-nilai keagamaan yang terkandung di masjid untuk ditularkan kepada para pegawai sehingga sangat minim kemungkinan akan terbentuk suasana keagamaan seperti yang diteliti oleh penulis.


(3)

104

pembahasan mengenai skripsi ini maka penulis menyimpulkan beberapa hal sebagi berikut:

1. Manajemen masjid at-Taqwa Badan Pertanahan (BPN) Kabupaten Bekasi dalam menciptakan suasana keagamaan dapat dilihat dari adanya tujuan, visi dan misi dari masjid at-Taqwa BPN itu sendiri, selain itu juga dengan adanya pasilitas ibadah yang memadai, dengan adanya berbagai program pengajian, dan pembinaan terhadap jamaah baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Berdasarkan data yang tersaji dalam bab empat mengenai dampak suasana kegamaan setelah dianalisis oleh penulis dapat disimpulkan bahwa masjid at-Taqwa belum mampu menciptakan suasana keagamaan dikalangan pegawai BPN secara utuh, berbeda dengan apa yang digambarkan oleh penulis berdasarkan hasil pengamatan.

B. Saran-saran

1. Masjid at-Taqwa merupakan sarana pembentukan karakter yang efektif dan strategis, untuk menyampaikan nasehat-nasehat, gagasan, dan informasi sosial keagamaan demi kemajuan umat. Masjid harus mampu melaksanakan fungsinya secara utuh. Oleh karena itu, guna tercapainnya tujuan tersebut sangat dibutuhkan masjid yang tidak hanya terlihat dari bangunannya saja.


(4)

105

2. Hendaknya masjid memperhatikan segi pelayanan jamaah terutama membuat panduan baku dari segi kajian-kajian yang berkaitan dengan pelayanan harian untuk jamaah. Supaya dapat lebih memberikan servis yang memuaskan terutama tempat penitipan sandal dan barang-barang jamaah.

3. Untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dimasa yang akan datang, disarankan agar permasalahan mendasar yang dapat diatasi perlu penggalangan sumber dana demi mengektifitaskan kegiatan yang telah ada terutama diadakannya donatur tetap.

4. Dalam pergantian kepengurusan hendaknya dibatasi oleh kurun waktu bukan di batasi oleh mutasi pegawai.


(5)

Anas, Sargono.Pengantar Statistik Pendidikan Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997.

Ayubb, Moh. E.Manjemen Masjid. Jakarta: Gema Insani Press, 1996. D Gayatri.Ekonomi Media Profesional. Surakarta: Mediatama, 2003. David H & Thomas L.W.Manajemen Strategi. Yogyakarta, Andi. 2003 Donelly, I Gibson.Organisasi Prilaku Struktur dan Proses. Jakarta:

Erlangga, 2004.

Efendy, Mochtar. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Agama Islam. Jakarta: Bhatar Karya Aksara, 1986.

Fatwa, HM.Profil Masjid Ibu Kota. Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam, 1997. Ghazalba, Sidi.Masjid Pusat Ibadah Dan Kebudayaan Islam. Jakarta:

Pustaka Al-Husna, 1989.

Hasibuan, Malayu SP.Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003.

Kartini, Kartono. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994.

Manulang.Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Ghalia Indonesia 1996.

Moleong, Lexy J.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya, 2000. Mubaraok, Ahmad. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999.

Muchtarom, Zaini.Dasar-dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta: al-Amin Press, 1996.

Noer, Heri.Watak Pendidikan Islam. Jakarta: Friska agung Insani, 2007. Partanto, Pius. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Ariloka, 1994.


(6)

Saputra, Wahidin. Masjid: Pusat Kebudayaan Islam. Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan. Juli 2000.

Sarwato,Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.

Shihab, Quraisyh.Wawasan Al-Quran.Bandung: Mizan, 1997. Syani, Abdul.Manajemen Organisasi. Jakarta: Bina Aksara, 1992. Tantowi, Jawahir.Unsur-Unsur Manajemen Menurut Al-Quran. Jakarta:

Pustaka al-Husna.

Umar, Husein.Bussines an Introduction. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007. Warsito, Herman.Pengantar Metodologi Penelitian. Jakrta:

Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Widjaya, A.W.Administrasi Kepegawaian Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press, 1990.

Www. Goole.Com

Yani, Ahmad. Menuju Umat Terbaik. Jakarta: Lembaga Pengkajian dan pengembangan Dakwah (LPPD) Khairul Umah, 1996.