Disiplin Kerja URAIAN TEORITIS

3 Pernyataan tidak puas secara tertulis. Yang berwenang dalam pemberian sanksi terhadap karyawan yang melanggar disiplin kerja adalah manajemen puncak, akan tetapi dalam praktek hal ini didelegasikan kepada manajer tenaga kerja. Manajer puncak maupun manajer tenaga kerja harus berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku dari pemerintah. Pemberian hukuman bagi karyawan yang melanggar disiplin kerja hendaknya dipertimbangkan dengan cermat, teliti, dan seksama sehingga sanksi yang dijatuhkan setimpal dengan kesalahan yang dilakukan karyawan. Bagi karyawan yang melakukan kesalahan yang sama berulang kali perlu dijatuhi sanksi hukuman yang lebih berat, dengan tetap berpedoman pada kebijakan pemerintah

E. Disiplin Kerja

1. Pengertian Disiplin Kerja Kedisiplinan adalah sikap yang secara sukarela mentaati semua peraturan dan menyadari semua tugas dan tanggungjawabnya. Dalam dunia kerja disiplin kerja dapat diartikan sebagai sikap karyawan yang mematuhi semua peraturan perusahaan; datang dan pulang tepat waktu, mengerjakan semua pekerjaan dengan baik, tidak mangkir Fathoni, 2006 : 130. Disiplin kerja dapat diartikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan uang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya Sastrodiwiryo, 2002 : 192 Universitas Sumatera Utara 2. Tipe Disiplin Kerja a. Disiplin Preventif Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan- penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokok disiplin preventif adalah mendorong disiplin diri di antara para karyawan, sehingga karyawan menjaga disiplin kerja bukan semata-mata dipaksa manajemen. Manajemen mempunyai tanggungjawab untuk menciptakan suatu disiplin preventif dimana berbagai standar diketahui dan dipahami oleh para karyawan. Bila para karyawan tidak mengetahui standar-standar yang harus dicapai mereka cenderung menjadi salah arah. Selain itu manajemen hendaknya menetapkan standar-standar secara positif bukan secara negatif, seperti “Utamakan Keselamatan” bukan “Jangan Ceroboh”. Para karyawan biasanya perlu mengetahui alasan-alasan yang melatarbelakangi suatu standar agar mereka dapat memahaminya. b. Disiplin Korektif Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menagani pelanggaran- pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran- pelanggaran lebih lanjut. Tindakan disiplin korektif sering berupa hukuman dan sering disebut tindakan pendisiplinan disciplinary action, seperti pemberian peringatan atau skorsing. Sasaran-sasaran pendisiplinan hendaknya positif, bersifat mendidik dan mengoreksi, bukan tindakan negatif yang menjatuhkan karyawan yang berbuat salah. Maksud pendisiplinan adalah untuk memperbaiki Universitas Sumatera Utara perbuatan dimasa yang akan datang bukan untuk menghukum perbuatan di masa lalu. Bila pendisiplinan menggunakan pendekatan negatif akan menimbulkan pengaruh yang merugikan, seperti hubungan emosional terganggu, absensi meningkat, dan ketakutan pada penyelia. Sasaran tindakan pendisiplinan secara ringkas adalah untuk : memperbaiki pelanggaran, menghalangi karyawan lain melakukan tindakan yang sama, untuk menjaga berbagai standar kelompok tetap konsisten dan efektif. Pemecatan merupakan bentuk pendisiplinan yang terakhir. Tindakan ini sering dikatakan sebagai kegagalan manajemen dan departemen personalia, tetapi pandangan itu tidak realistik. Karena bagaimanapun juga, organisasi mempunyai batasan kemampuan untuk mempertahankan karyawan yang tidak memiliki kinerja yang tidak baik. 3. Pentingnya Disiplin Kerja Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggungjawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan padanya. Disiplin kerja yang baik akan mendorong gairah kerja, semangat kerja. Sehingga tujuan perusahaan maupun karyawan dapat tercapai. Kedisiplinan harus dapat ditingkatkan dalam organisasi perusahaan. Tanpa dukungan kedisiplinan karyawan yang baik akan sulit bagi perusahaan dalam mewujudkan tujuannya. 4. Tujuan Pembinaan Disiplin Kerja Setiap karyawan mempunyai motif tersendiri dalam bekerja, dan hampir tidak ada karyawan yang memiliki motif yang sama. Hal ini menimbulkann perbedaan reaksi terhadap seluruh beban kerja bagi setiap karyawan. Oleh karena itu tidak ada teknik dan strategi yang menjamin bahwa setiap karyawan memiliki moral Universitas Sumatera Utara dan disiplin kerja yang tinggi. Beberapa karyawan bekerja hanya untuk mendapatkan uang, ada yang bekerja karena alasan gengsi, dan ada yang bekerja karena tertarik terhadap pekerjaannya. Bahkan mungkin ada beberapa karyawan yang tidak tahu apa yang menjadi motif mereka dalam bekerja Sastrohadiwiryo, 2002 : 291. Motif utama karyawan pada saat ini mungkin dapat berubah untuk hari esok. Perubahan motif dalam bekerja ini dapat terjadi kapan saja setelah satu motif terpenuhi dengan baik sehingga motif yang lain akan menggantikannya. Motif lama yang telah terpuaskan akan menjadi reda sehingga akan mengurangi keinginan karyawan untuk bertindak dan berperilaku bila dibandingkan dengan motif yang baru yang masih belum terpuaskan. Motif karyawan yang selalu berubah-ubah apabila motif yang satu telah terpenuhi sangat mempengaruhi kondisi disiplin kerja para karyawan. Dampak perubahan motif dalam bekerja ini harus mendapat porsi pembinaan dengan prioritas utama dari pihak manajemen. Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan pembinaan disiplin kerja karyawan adalah untuk kelangsungan perusahaan sesuai dengan motif perusahaan. Menurut Sastrohadiwiryo 2002 : 292 tujuan khusus pembinaan disiplin kerja karyawan adalah : a. Agar karyawan menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan baik secara tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen. Universitas Sumatera Utara b. Mampu melaksanakan dengan sebaik-baiknya serta mampu memberikan pelayanan maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan dengan perusahaan sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya. c. Mampu menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana barang dan jasa perusahaan sebaik-baiknya. d. Mampu bertindak dan berperilaku sesuai norma-norma yang berlaki pada perusahaan. e. Karyawan mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai harapan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Universitas Sumatera Utara

BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN