Analisis Sikap dan Perilaku Hatarakisugi Hiroko Matsukata dalam

Karena kesibukan pekerjaan juga, kencan Matsukata sering batal. Walaupun sebenarnya pacar Matsukata, Shinji Yamashiro, juga orang yang sangat mementingkan pekerjaannya. Tetapi, terkadang melihat Matsukata yang sangat berusaha terhadap pekerjaannya, membuat Shinji merasa tidak mengerjakan pekerjaannya secara maksimal, sehingga pekerjaannya menjadi tidak lancar. Akhirnya, karena pekerjaan juga, Matsukata kehilangan orang yang disayanginya. Dia menangis semalaman. Tetapi, dia malah tetap mengerjakan pekerjaannya, bahkan lebih cepat dari biasanya. Walaupun akhirnya dia tetap menyesali, mengapa dia putus dengan Shinji. Setelah lama tidak liburan, akhirnya Matsukata bisa mengambil cuti selama seminggu. Cutinya yang terakhir, sama sekali tidak terpakai karena pekerjaan. Untungnya pekerjaan kali ini bisa beres, hanya tinggal satu naskah dari novelis Natsume yang sudah dititipkan pada Kitagawa untuk diterima. Tapi, begitu menginjakkan kaki di Hawaii, Matsukata malah disambut faks dari Jepang. Apalagi kalau bukan soal kerjaan. Sampai akhirnya, dia pulang lebih cepat, karena tidak sabar menyelesaikan pekerjaannya.

3.2 Analisis Sikap dan Perilaku Hatarakisugi Hiroko Matsukata dalam

Bentuk Cuplikan Cuplikan Tatsuhiko Umemiya : Lho? Matsukata mana? Mayu Nagisa : Dia pulang, katanya ada kencan. Universitas Sumatera Utara Tatsuhiko Umemiya : Kencan? ……………………………………………………… Matsukata itu benar-benar working man, ya. Sebelum proofnya disetujui, dia sudah menyerahkan tiga draft untuk edisi mendatang. Mayu Nagisa : Dia tidurnya kapan, sih? Vol 1 Hal: 8 Analisis: Berdasarkan cuplikan di atas, jelas terlihat bahwa di mata teman-temannya, Hiroko Matsukata adalah seorang pekerja yang sangat luar biasa. Ia diberi gelar “working man “ oleh teman-temannya, karena kalau sudah bekerja ia akan punya tenaga seperti pria. Kalau sudah bekerja, ia rela melewatkan waktu tidurnya. Sikap dan perilaku hatarakisugi pada cuplikan di atas adalah waktu tidur Matsukata yang tidak cukup, sehingga teman-temannya mempertanyakan hal tersebut. Selain itu, dia sudah menyelesaikan pekerjaannya sebelum tiba waktunya. Cuplikan Kimio Narita : Artikel pembuka untuk edisi 426 adalah ‘Berkurangnya Gyudon Masa sulit Pangan Terbaru’. Lalu artikel tengahnya… Lho? Matsukata mana? Soalnya ini rencana Matsukata… Universitas Sumatera Utara yaitu, ‘Kehidupan Sehari-hari Ala Selebritis Menteri Luar Negeri’… Rekan Kerja : Tadi dia telepon, katanya lehernya sakit gara-gara salah tidur. Beberapa saat kemudian… Hiroko Matsukata : Maaf, terlambat. Kimio Narita : Lho? Kamu sudah tidak apa-apa? Hiroko Matsukata : Sudah lumayan. Vol 1 Hal: 14 Analisis: Karena sudah kelelahan, Matsukata tidur dengan kepala di atas meja, sehingga menyebabkan lehernya sakit. Tetapi, dengan keadaan seperti itu pun, ia tetap pergi ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya walaupun sedikit terlambat. Sikap dan perilaku hatarakisugi pada cuplikan di atas adalah sikap Matsukata yang berlebihan pada pekerjaan membuatnya tidak menghiraukan kesehatannya. Pada kasus Matsukata ini, ia termasuk workaholic pasif. Thorne dan Johnson mengatakan, workaholic pasif didorong untuk bekerja dengan ketidakamanan, ketakutan atau paranoia sampai terlalu banyak pekerjaan menjadi mendarah daging dan kebiasaan, nyaris merusak keseimbangan hidup mereka, tanpa mereka menyadarinya. Cuplikan Narasumber : Halo… Universitas Sumatera Utara Bisa bicara dengan orang yang mewawancarai menteri luar negeri? ……………………………………………………… Ada yang ingin ku bicarakan soal menteri luar negeri. Aku akan bicara setelah kita bertemu. Bisakah kamu datang sekarang ke tempat yang akan kusebutkan ini? Hiroko Matsukata : Shinji Maaf, ya. Tapi aku nggak bisa pergi. Iya…maaf banget, ya Lain kali saja, ya. Kunio Tanaka : Kerja tanpa ragu, ya? Hiroko Matsukata : Cerewet Vol 1 Hal: 22-23 Analisis: Pada umumnya, orang akan menyempatkan diri untuk bertemu dengan pacar atau teman terdekatnya, apalagi kalau pacar atau teman kita sudah menunggu kita. Tetapi tidak bagi Matsukata. Ia rela membatalkan janji dengan pacarnya yang sudah menunggunya, dan lebih memilih pekerjaannya. Padahal ia sudah lama tidak bertemu dengan pacarnya. Hal ini terbukti dalam percakapan pada cuplikan di atas. Matsukata sedang mengerjakan artikel tentang seorang menteri. Pada hari itu, pacarnya, Shinji Yamashiro, mengajaknya untuk makan malam dan sudah menunggunya di bawah. Di saat yang sama, seorang narasumber untuk artikelnya juga menelepon. Narasumber tersebut ingin bertemu dengan Matsukata untuk memberikan informasi tentang artikel yang sedang dibuat Matsukata. Tanpa banyak kata, Matsukata langsung menyetujuinya dan membatalkan janji dengan pacarnya. Universitas Sumatera Utara Cuplikan Hiroko Matsukata : Pak Narita Kimio Narita : Apa? Lho, kamu tidur di kantor lagi. Hiroko Matsukata : Maaf, tadinya saya ingin menghubungi Pak Narita. Barusan saya mendapat berita soal penyelewengan uang rahasia yang dilakukan menteri luar negeri, Hikaru Hoshikawa. Saya dapat bukti kesaksian dan data-datanya. Vol 1 Hal: 25 Analisis: Matsukata telah mendapatkan data-data dan kesaksian dari orang dalam untuk artikel yang sedang dikerjakannya. Hal ini membuatnya tidak sabar untuk melaporkan hasil penyelidikannya tersebut pada atasannya, sehingga dia memutuskan untuk tidur di kantor. Padahal, kalaupun dia pulang ke rumah, dia juga dapat bertemu dengan atasannya keesokan paginya. Tetapi, karena tidak sabar untuk melaporkan hasil penyelidikannya pada atasannya, dia memutuskan untuk tidur di kantor. Dan pada saat draft artikelnya disetujui, ia dapat bekerja ekstra cepat. Bahkan, ia mengatakan “aku ingin mati dengan rasa puas karena telah bekerja.” Keadaan ini sudah mengarah ke tindakan karōshi, yaitu mati karena kabanyakan bekerja. Kalau Matsukata tetap melanjutkan cara kerjanya yang berlebihan, tidak menutup kemungkinan ia akan menjadi salah satu korban karōshi. Universitas Sumatera Utara Cuplikan Hiroko Matsukata : Uukh…memuakkan Kimio Narita : Lagi-lagi, pagi-pagi sudah lari, ya? Hiroko Matsukata : Kok, tahu? Kimio Narita : Kamu kan tipe orang yang suka mengejar kereta meskipun tidak terburu-buru. Kalau dengar bel di stasiun, kamu langsung refleks berlari. Hiroko Matsukata : Huh… Vol 2 Hal: 34 Analisis: Sikap dan perilaku hatarakisugi pada cuplikan di atas adalah Matsukata selalu bersikap disiplin dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Ia tidak mau membuang waktunya sedikitpun untuk hal-hal yang tidak berguna. Karena baginya, semakin cepat ia tiba di kantor, semakin cepat ia dapat menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini terbukti dalam percakapan pada cuplikan di atas. Matsukata selalu berlari-lari untuk sampai ke kantornya, meskipun ia tidak terlambat. Ia adalah tipe orang yang mengejar kereta, meskipun tidak terburu-buru. Karena baginya, ia tidak boleh membuang-buang waktu dengan percuma. Cuplikan Hiroko Matsukata : Pak Narita, saya tidak bisa menulisnya. Artikel itu tidak bisa diselesaikan tanpa Nona Sekiguchi. Kimio Narita : Bicara apa kamu? Kamu kan bukan wartawan amatir Besok sudah masuk draft. Universitas Sumatera Utara Hiroko Matsukata : Haah sambil membaca sms Shinji “Aku sudah beli zundamochi. Hari ini aku ke rumahmu. Shinji” tiba di rumah Maaf, ya… Aku pulang bawa kerjaan…Vol 2 Hal: 49 Analisis: Karena hasil pekerjaan Matsukata yang selalu memuaskan, atasannya selalu percaya padanya. Bahkan, pada saat ia ingin menyerah, atasannya tidak mengizinkannya. Dan hasilnya, ia akan tetap mati-matian mengerjakan pekerjaanya, sampai ia harus membawa pekerjaannya ke rumah. Padahal sebelumnya, pacar Matsukata sudah mengirimkannya SMS yang memberitahukannya kalau pacarnya, Shinji ada di rumah. Sikap dan perilaku hatarakisugi pada cuplikan di atas adalah Matsukata rela membawa pekerjaannya di kantor ke rumah, meskipun di rumahnya sedang ada pacarnya. Cuplikan Kamerawan : Soalnya di lantai satu isinya toko-toko pakaian dalam dan aksesoris. ……………………………………………………… Hiroko Matsukata : Baiklah, aku akan ikut mengawasi. Kamerawan : Syukurlah Fumiya Sugawara : Eh… Mayu Nagisa : Bukannya tadi dia bilang mau kencan? Vol 3 Hal: 71-73 Universitas Sumatera Utara Analisis: Matsukata dimintai bantuan untuk menjadi regu pengintai, karena mereka membutukan wanita untuk pekerjaan kali ini. Pada awalnya, Matsukata selalu menolak jika dimintai bantuan untuk mengawasi seseorang. Tetapi tidak untuk kali ini. Matsukata menerima pekerjaan tersebut, karena dia penasaran kenapa Sugawara menganggapnya sebagai musuh. Sikap dan perilaku hatarakisugi pada cuplikan di atas adalah Matsukata rela menerima pekerjaan yang tidak dusukainya, karena penasaran akan sesuatu. Dan lagi-lagi, ia membatalkan kencannya untuk kesekian kalinya hanya karena pekerjaan. Draft yang diajukan Matsukata lolos. Tetapi, atasannya merasa tidak yakin, Matsukata dapat mengerjakan artikel tersebut. Karena Matsukata masih punya berita reguler ‘Bertemu dengan Para Pekerja’ dan dua draft lain yang sedang Cuplikan Kimio Narita : Matsukata Sini sebentar Hiroko Matsukata : Baik. Kimio Narita : Draft mu yang itu lolos. Tapi, minggu ini kamu mengurus soal pensiun, kan? ……………………………………………………… Kira-kira ada orang lain yang bisa tidak, ya? Hiroko Matsukata : Pak Narita berteriak dan berlari untuk menyusul Pak Narita yang beranjak pergi. Vol 4 Hal: 98- 100 Analisis: Universitas Sumatera Utara berjalan. Ditambah lagi, dalam sehari tiga sampai empat ramen untuk artikel spesial ramen. Oleh karena itu, atasannya memutuskan untuk memberikan salah satu pekerjaanya kepada editor lain. Pada umumnya, orang akan senang, kalau ada yang membantu pekerjaannya. Tetapi tidak bagi Matsukata, ia tidak rela kalau pekerjaanya harus dibagi pada orang lain. Padahal pekerjaannya sudah sangat banyak. Karena ia yakin, ia dapat menyelesaikan pekerjaannya sebaik-baiknya tanpa bantuan orang lain. Matsukata tidak pernah menolak pekerjaan sekalipun waktunya sudah tidak memungkinkan lagi. Ia akan tetap berusaha untuk menyelesaikannya. Ini terbukti dalam percakapan pada cuplikan di atas. Matsukata ditugaskan untuk menambah bahan untuk salah satu artikel di majalahnya. Karena artikel yang seharusnya terbit, dipersempit menjadi ½ halaman. Pada awalnya Matsukata marah, pada saat atasannya menanyakan idenya untuk tambahan artikel tersebut. Karena menurut Matsukata, hal itu tidak mungkin dilakukan karena waktu penerbitan majalah tinggal setengah hari lagi. Tetapi, pada saat temannya sudah Cuplikan Hiroko Matsukata : Terus… Anda ingin saya melakukan apa? Kimio Narita : Kamu punya ide bagus tidak? Hiroko Matsukata : Tinggal setengah hari lagi Tidak mungkin Tambahkan saja berita yang sedang berjalan Lagi pula siapa yang akan mengerjakannya? Vol 4 Hal: 112 Analisis: Universitas Sumatera Utara mengusulkan ide, akhirnya Matsukata dengan tenaga turbo-nya ikut mengerjakan artikel tersebut. Dan pekerjaannya pun terselesaikan. Itulah sebabnya, atasannya selalu percaya pada Matsukata. Karena ia selalu mengerjakan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baiknya, meskipun waktunya sudah tidak memungkinkan. Matsukata adalah orang yang menomorsatukan pekerjaannya, sehingga hubungan asmaranya tidak selancar pekerjaannya. Keadaan ini diperparah dengan pacarnya Matsukata yang tidak kalah sibuk dibandingkan dengannya. Sehingga kencan mereka selalu batal. Dan selalu dengan alasan yang sama yaitu, pekerjaan. Sikap dan perilaku hatarakisugi pada cuplikan di atas adalah Matsukata selalu menomorsatukan pekerjaannya, sampai mengganggu hubungan asmaranya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Paul Thorne dan Michael Johnson, bahwa workaholic didefenisikan sebagai seseorang yang perlu bekerja telah menjadi begitu berlebihan sehingga mengganggu kesehatan fisik., kebahagiaan pribadi, Cuplikan Hiroko Matsukata : Gara-gara itu, kencan kami selalu saja gagal. Aku jadi malas, soalnya bagi dia kerjaan nomor satu. Masami Araki : Lho? Bukannya kamu juga sama? Hiroko Matsukata : Iya, sih… Karena kami sama-sama begitu, jadwal kami nggak pernah ketemu-ketemu Vol 5 Hal: 127 Analisis: Universitas Sumatera Utara hubungan interpersonal atau kemampuan untuk berfungsi secara sosial. Di sini kebahagiaan pribadi menjadi terganggu, dikarenakan pekerjaan. Karena Matsukata diberikan pekerjaan untuk memegang karya Natsume Sensei yang akan dimuat di majalah Jidai, membuatnya kelebihan pekerjaan. Atasannya memerintahkan untuk memberikan satu pekerjaannya kepada editor lain. Tetapi, ia tetap bersikeras untuk mengerjakan semua pekerjaannya tanpa bantuan orang lain. Karena ia senang melakukan pekerjaannya. Akhirnya, ia menjejerkan kartu nama, yang dibelakangnya tertulis pekerjaannya, dan menyuruh salah satu temannya untuk memilih kartu nama tersebut, supaya dia tahu pekerjaan mana yang harus dilimpahkannya kepada orang lain. Sikap dan perilaku Cuplikan Kimio Narita : Eh, tapi… Kalau begitu, kamu kelebihan pekerjaan, ya. Berikan satu tugas yang sedang kamu kerjakan pada yang lebih muda. Hiroko Matsukata : Nggak ada yang ingin kulimpahkan Aku senang mengerjakan semuanya berkata pada diri sendiri Vol 6 Hal: 155 Analisis: Universitas Sumatera Utara hatarakisugi pada cuplikan di atas adalah Matsukata tidak rela membagi pekerjaannya pada orang lain sebanyak apapun pekerjaannya, karena ia senang melakukan semuanya. Hal ini sesuai dengan salah satu ciri-ciri etos kerja dan budaya kerja orang Jepang yaitu, bekerja untuk kesenangan, bukan untuk gaji saja Fadhli, 2007:105. Cuplikan Hiroko Matsukata : Aah… Pulang pergi ke Osaka capek juga… Mayu Nagisa : Jadi, kak Matsukata langsung datang ke kantor? Hiroko Matsukata : Habis, aku harus menulis artikel dan mempersiapkan peliputan berikutnya. Hari ini aku bisa pulang nggak, ya? Vol 7 Hal: 185 Analisis: Karena urusan pekerjaan, Matsukata pergi ke Osaka. Tetapi, tanpa pulang ke rumah, tanpa mandi, dan tanpa ganti baju, ia datang ke kantor. Kalau soal pekerjaan, Matsukata tidak akan menghiraukan tentang kebersihan dirinya. Baginya pekerjaan adalah nomor satu. Sikap dan perilaku hatarakisugi pada cuplikan di atas adalah Matsukata tidak mau libur satu haripun demi pekerjaannya, walaupun kondisi tubuhnya sudah lelah. Cuplikan Masami Araki : Kamu benar-benar mau menangani edisi spesial? Universitas Sumatera Utara Hiroko Matsukata : Iya Substansinya diurus pak kepala redaksi Masami Araki : Biarpun kamu bilang begitu, semuanya kamu yang mengerjakan. Iya, kan? Terus di waktu yang bersamaan, kamu juga mengerjakan tugasmu yang biasa? Hiroko Matsukata : Stres psikis meningkat, belum lagi fisik dan mentalku yang lelah. Masami Araki : Mati, dong? Hiroko Matsukata : Kamu kan dokter Masa’ ngomong begitu? Vol 11 Hal: 95 Analisis: Matsukata diberi kepercayaan untuk menangani edisi spesial 50 samurai, tanpa meninggalkan tugasnya yang biasa. Sebenarnya fisik dan mentalnya lelah, tetapi karena ia mencintai pekerjaannya, ia senang melakukannya. Meskipun temannya, Masami Araki, yang berprofesi sebagai dokter sudah memperingatkannya untuk tidak memaksakan diri pada pekerjaannya, karena akan berdampak buruk bagi kesehatannya, tetapi tetap saja Matsukata tidak menghiraukannya. Hal ini sesuai dengan etos kerja masyarakat Jepang yang gila kerja. Pada umumnya, mereka lebih senang jika diberikan pekerjaan yang berat dan lebih menantang. Kalau hal seperti ini terus terjadi, maka dapat terjadi karōshi mati karena kebanyakan bekerja. Cuplikan Universitas Sumatera Utara Hiroko Matsukata : Aah…sebenarnya aku ingin mewawancarai semuanya… ……………………………………………………… Rekan Kerja : Matsukata Ada pesan, katanya artikel gempa buminya jangan sampai terlambat Hiroko Matsukata : Eh…oh iya…ada artikel itu… Kalau begitu lima orang saja, deh… Vol 11 Hal: 97 Analisis: Majalah mingguan Jidai akan mengeluarkan edisi spesial 50 samurai pada bulan depan. Dan Matsukata mendapatkan tugas untuk mengerjakan artikel tersebut. Sebenarnya Matsukata ingin mewawancarai semua orang yang mengisi edisi spesial 50 samurai. Tetapi, karena yang ditugaskan lima orang wartawan dan ia masih punya banyak artikel yang akan dikerjakan, dengan sangat terpaksa ia memutuskan untuk mewawancarai lima orang saja. Dan selebihnya akan dikerjakan oleh wartawan yang lain. Kalau saja, dia masih punya banyak waktu untuk mengerjakan pekerjaannya, sudah pasti dia akan mewawancarai semua orang yang terlibat dalam edisi spesial 50 samurai. Terlihat disini, Matsukata sangat menikmati dan menyukai pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan salah satu ciri-ciri etos kerja dan budaya kerja orang Jepang yaitu, bekerja untuk kesenangan, bukan untuk gaji saja Fadhli, 2007:105. Cuplikan Universitas Sumatera Utara Rekan Kerja : Wah..kamu kena flu, ya, Matsukata? Jangan menularkan lho Hiroko Matsukata : Maaf…aku nggak akan dekat-dekat, kok. Tapi, kalian semua hati-hati juga, ya Akihisa Kobayashi : Sudahlah, kau istirahat saja Nggak usah memaksakan diri begitu. Kamu kayak pemburu saja Hiroko Matsukata : Kalau nggak memaksakan diri, majalahnya nggak akan keluar. Vol 11 Hal: 102 Analisis: Salah satu orang yang akan diwawancarai Matsukata meninggal, sehingga dia harus menghadiri pemakaman. Tetapi, Matsukata lupa kalau baju hitamnya untuk musim dingin telah dibuang, karena kebakar rokok. Jadi, dia menghadiri pemakaman dengan baju hitam musim panas, padahal cuaca diluar sangat dingin. Keesokan paginya Matsukata flu. Ia sempat mengutuki dirinya sendiri, kenapa harus flu disaat waktu deadline sudah dekat. Dalam keadaan seperti itupun, ia tetap memaksakan dirinya untuk hadir di kantor seperti biasa. Dia selalu memaksakan dirinya demi pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Paul Thorne dan Michael Johnson, bahwa workaholic didefenisikan sebagai seseorang yang perlu bekerja telah menjadi begitu berlebihan sehingga mengganggu kesehatan fisik, kebahagiaan pribadi, hubungan interpersonal atau kemampuan untuk berfungsi secara sosial. Di sini terlihat bahwa pekerjaan telah mengganggu kesehatan fisik Matsukata. Universitas Sumatera Utara Hiroko Matsukata : Eh? Apa? Vol 16 Hal: 4-5 Analisis: Cuplikan Hiroko Matsukata : Sial…padahal kupikir, kali ini aku bakal jadi copy editor. Kazuyoshi Nishida : Ukh, itu tidak akan terjadi Kamu nggak berubah, ya Tetap saja ambisius Hai Mulai sekarang, saya akan bergabung dengan jidai. Matsukata adalah seorang yang ambisius. Ambisinya adalah menjadi kepala editor. Tetapi, sebelum hal itu terwujud, ia harus menjadi copy editor terlebih dahulu. Oleh sebab itu, ia merasa terganggu ketika Nishida masuk ke kantornya. Artinya, impiannya untuk menjadi copy editor akan tertunda. Pada kasus Matsukata ini, ia termasuk workaholic aktif. Thorne dan Johnson mengatakan workaholic aktif bekerja untuk kenikmatan. Mereka memiliki energi untuk bekerja dengan waktu yang lebih lama dan mereka percaya bahwa pengabdian seperti itu membawa penghargaan khusus. Dia percaya, usahanya yang ekstra akan membuatnya menjadi kepala editor. Cuplikan Shinji Yamashiro : Harusnya kau jelaskan saja. Universitas Sumatera Utara Hiroko Matsukata : Aku nggak mau beralasan Kalau aku pergi di tengah-tengah pekerjaan, nanti bikin repot yang lainnya. Dan aku nggak bisa cepat-cepat pulang. Shinji Yamashiro : Kamu nggak perlu bersikap sekeras itu pada dirimu sendiri, kan? Aku yang mendengarnya saja rasanya capek. Kamu terlalu mandiri. Vol 17 Hal: 39 Analisis: Matsukata adalah orang yang menomorsatukan pekerjaannya. Dia tidak pernah beralasan untuk meninggalkan pekerjaannya. Sekalipun pada saat rumahnya tergenang air, karena terdapat pipa yang bocor. Matsukata tetap tidak bisa meninggalkan pekerjaannya dengan alasan ia merasa tidak enak pada teman- temannya, kalau pergi di tengah-tengah pekerjaannya. Kecintaannya yang berlebihan pada pekerjaannya, membuat Shinji, pacarnya, merasa terganggu. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Paul Thorne dan Michael Johnson, bahwa workaholic didefenisikan sebagai seseorang yang perlu bekerja telah menjadi begitu berlebihan sehingga mengganggu kesehatan fisik, kebahagiaan pribadi, hubungan interpersonal atau kemampuan untuk berfungsi secara sosial. Di sini, pekerjaan membuat hubungan interpersonal atau kemampuan untuk berfungsi secara sosial Matsukata menjadi terganggu. Hiroko Matsukata : Aku dimarahi. Gara-gara syok waktu sampai ternyata kamarku sudah kebanjiran. Aku jadi lupa Cuplikan Universitas Sumatera Utara menelepon ke kantor, terus baterai ponselku habis. Lalu, aku naik taksi dan ternyata jalanan macet. Shinji Yamashiro : Terus, kamu dimarahi? Kamu sudah jelaskan alasannya ke atasanmu? Hiroko Matsukata : Kesalahan tetap saja kesalahan. Vol 19 Hal: 70-71 Analisis: Setelah memeriksa kondisi rumahnya yang kebanjiran, Matsukata kembali ke kantor. Tetapi, di dalam perjalanan terjadi kemacetan dan baterai ponselnya habis, sehingga ia telat sampai ke kantor. Karena hal itu, Matsukata dimarahi oleh atasannya. Tetapi, dia tetap saja tidak memberikan alasan, kenapa bisa terjadi keadaan yang seperti itu. Bagi Matsukata, pekerjaan bukan alasan. Kesalahan tetap saja kesalahan. Sikap dan perilaku hatarakisugi pada cuplikan di atas adalah walaupun Matsukata mempunyai alasan yang kuat kenapa dia bisa telat ke kantor, dia tetap tidak mengatakannya. Karena dia tidak akan mencampuradukkan masalah pribadi dengan pekerjaannya. Aku nggak bisa cuti sebanyak itu. Kalau begitu, tidak usah saja. Kalau bisa, atap dan palangnya Cuplikan Tukang : Semua langit-langit dan palangnya harus diganti. Lalu bagaimana dengan lantainya? Apa anda punya keinginan tertentu? Hiroko Matsukata : Apa akan makan waktu? Yah…kira-kira butuh waktu beberapa hari. Universitas Sumatera Utara dikerjakan dalam satu hari. Kalau satu hari tidak bisa, paling tidak dua hari. Tapi, kalau begitu atapnya saja, deh Sekarang saya harus segera pergi. Vol 19 Hal: 75 Analisis: Matsukata tidak mau membuang waktu sedikitpun untuk hal lain, buatnya pekerjaan tetap yang utama. Sekalipun, pada saat lagit-langit dan lantai rumahnya harus diganti karena kebocoran yang terjadi sebelumnya, ia tetap tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Malah dia memilih untuk memperbaiki hanya atap rumahnya saja, karena kalau memperbaiki semuanya akan memakan banyak waktu. Dia tetap tidak bisa memilih hal lain, selain pekerjaan, sekalipun hal itu darurat. Sikap dan perilaku hatarakisugi jelas terlihat pada cuplikan di atas. Matsukata rela memilih hanya memperbaiki atap rumahnya. Padahal saat itu, kondisi rumahnya sudah sangat parah. Yang paling dikhawatirkannya adalah berapa lama waktu yang harus diperlukan untuk memperbaiki rumahnya, karena dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya dalam waktu yang lama. Cuplikan Tetsuhiko Umemiya : Matsukata, katanya kamu lowong, ya? Bikin tiga halaman soal kenaikan pajak, yaserahkan besok. Hiroko Matsukata : Hah? Pak kepala editor ngomong apa sih? Tetsuhiko Umemiya : Habis kata Narita, cuma kamu yang lowong. Lagipula, yang lainnya sedang sibuk mengerjakan kasus itu. Universitas Sumatera Utara Hiroko Matsukata : Harusnya dari awal aku bilang terus terang soal rumahku. Penyesalan tinggal penyesalan. Tapi, saya tidak lowong... Baiklah, akan saya kerjakan. Vol 19 Hal: 78-79 Analisis: Karena tidak mengatakan soal permasalahan rumahnya, Matsukata dibebani pekerjaan lebih oleh atasannya. Tetapi, seperti biasa, sekalipun dia menolak, pada akhirnya, dia tetap menerima pekerjaan itu. Masalah ini sesuai dengan teori yang dikatakan Jeffrey P Kahn MD. Ia melihat gila kerja sebagai “strategi mengatasi” untuk menutupi masalah-masalah emosional yang mendasarinya seperti kegelisahan, rasa rendah diri, depresi dan sifat-sifat obsesif- kompulsif. Sebenarnya di dalam hati Matsukata ada kegelisahan, tetapi ia tidak dapat mengatakannya. Sikap dan perilaku hatarakisugi pada cuplikan di atas adalah walaupun di dalam hati Matsukata sedang berkecamuk soal rumahnya, tetapi ia tetap melaksanakan pekerjaan yang dilimpahkan kepadanya. Cuplikan Hiroko Matsukata : Kami Cuma bertemu sebentar, jadi kuputuskan untuk tidak mengeluh. Rasanya sulit untuk menjelaskan kondisi belakangan ini. Dan akhirnya kami sama-sama nggak mengatakan apa-apa lagi. Ukh… Haah…selesai… Universitas Sumatera Utara Rasanya aku akan hancur. Tapi, kenapa aku bekerja? Apa ini boleh diserahkan? Rekan Kerja : Waah Cepat sekali…Vol 19 Hal: 90-91 Analisis: Karena pekerjaan, akhirnya Matsukata putus dengan pacarnya. Tetapi, lagi-lagi, hanya pekerjaan yang bisa menyelamatkannya. Walaupun dia merasa menyesal dan hancur setelah putus dengan pacarnya, tetapi dia tetap memilih pekerjaan untuk melupakan permasalahannya, sekalipun dengan berurai air mata. Situasi ini sesuai dengan teori yang dikatakan Jeffrey P Kahn MD. Ia melihat gila kerja sebagai “strategi mengatasi” untuk menutupi masalah-masalah emosional yang mendasarinya seperti kegelisahan, rasa rendah diri, depresi dan sifat-sifat obsesif-kompulsif. Dalam hal ini, Matsukata menutupi permasalan percintaannya dengan pekerjaan. Cuplikan Resepsionis : Nona Matsukata Baru saja ada pesan penting dari Tokyo.. Hiroko Matsukata : Oh, terima kasih. “Naskah Natsume Sensei melewati deadline, terpaksa diganti dengan artikel lain sebanyak empat halaman.” Buru-buru menelepon Toshio Kitagawa Vol 24 Hal 31-32 Analisis: Universitas Sumatera Utara Setelah sekian lama tidak mengambil cuti, akhirnya Matsukata bisa cuti. Cutinya yang terakhir sama sekali tidak terpakai karena pekerjaan. Hal tersebut dimanfaatkannya untuk pergi ke Hawaii, karena ada temannya yang akan menikah. Semua pekerjaannya pun sudah selesai, hanya tinggal naskah Natsume Sensei yang sudah dititipkannya pada rekan kerjanya, Toshio Kitagawa, untuk diterima. Dan akhirnya, liburan pun terlaksana. Tetapi, begitu menginjakkan kaki di Hawaii, Matsukata malah disambut faks dari Tokyo. Apalagi kalau bukan soal pekerjaan. Sampai dia akhirnya memutuskan untuk langsung pulang, begitu mendapat kabar soal pekerjaannya yang tidak lancar dari rekan kerjanya. Walaupun kepulangannya akan sia-sia, dia tetap memutuskan untuk pulang. Matsukata sempat berfikir untuk turun dari pesawat, karena tidak sabar untuk menyelesaikan masalah pekerjaannya. Sikap dan perilaku hatarakisugi pada cuplikan di atas adalah walaupun sedang liburan, ia tetap mengurusi pekerjaannya. Selain itu, walaupun kepulangannya ke Tokyo akan sia-sia, dia tetap memutuskan untuk pulang sebelum cutinya berakhir. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel “Her Sunny Side” Karya Osamu Koshigaya Osamu Koshigaya No Sakuhin No “Her Sunny Side” To Iu Shousetsu No Shujinkou No Shinriteki No Bunseki

5 124 71

Analisis Psikologis Tokoh Utama Suguro Dalam Novel Skandal karya Shusaku Endo Endo Shusaku No Sakuhin No “Sukyandaru” No Shousetsu Ni Okeru Shujinkou No Shinrinteki No Bunseki

2 79 64

Shakaigakuteki Ni Yoru Inggrid J. Parker No Sakuhin No Rashomon Gate No Shousetsu Ni Okeru Shujinkou No Seikatsu No Bunseki

1 47 65

Otsu Ichi No “Goth” To Iu Manga Ni Okeru Shujinkou No Shinriteki Na Bunseki

1 56 62

Aktualisasi Diri Tokoh Utama Suguro Dalam Novel “Skandal” Karya Shusaku Endo Shusaku Endo No Sakuhin No “Skandal” No Shousetsu Ni Okeru Suguro No Shujinkou No Jibun No Jitsugen

6 91 79

Analisis Kesetiaan Tokoh Kaze Dalam Novel “Pembunuhan Sang Shogun” Karya Dale Furutani Dale Furutani No Sakuhin No Shougun No Satsugai No Shousetsu Ni Okeru Kaze To Iu Shujinko No Chujitsu No Bunseki

5 50 66

Analisis Ijime Dalam Komik Life Karya Keiko Suenobu.Keiko Suenobu No Sakuhin No “Life” Manga No Ijime No Bunseki Ni Tsuite

4 75 76

Analisis Konsep Kazoku Dalam Novel “Kitchen” Karya Banana Yoshimoto (Banana Yoshimoto No Sakuhin Daidokoro No To Iu Shosetsu Ni Okeru Kazoku Ni Gainen No Bunseki)

7 71 54

Analisis Aspek Sosiologis Tokoh Gals Dalam Komik “Gals!” Karya Mihona Fuji = Mihona Fuji No Sakuhin No “Gals!” To Iu Manga Ni Okeru Gyaru No Shujinkou No Shakaigakuteki No Bunseki Ni Tsuite

0 59 62

Analisis Peran Tokoh Ninja Dalam Komik Naruto Karya, Masashi Kishimoto Masashi Kishimoto No Sakuhin No “Naruto No Manga” Ni Okeru Ninja No Shujinkou No Yakusha No Bunseki Ni Tsuite

3 59 89