2. Sebagai salah satu komoditas pertanian andalan ekspor non migas, komoditi ini mempunyai prospek yang baik sebagai sumber dalam perolehan devisa maupun
pajak. 3. Dalam proses produksi maupun pengolahan juga mampu menciptakan
kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sampai pertengahan tahun 1970 an minyak kelapa merupakan pemasok utama
dalam kebutuhan minyak nabati dalam negeri. Baik minyak goreng maupun industri pangan lainnya lebih banyak menggunakan minyak kelapa dari pada minyak sawit.
Produksi kelapa yang cenderung menurun selam 20 tahun terakhir ini menyebabkan pasokannya tidak terjamin, sehingga timbul krisis minyak kelapa pada awal tahun
1970. Di sisi lain, produksi minyak kelapa sawit cenderung meningkat sehingga kedudukan minyak kelapa digantikan oleh kelapa sawit, terutama dalam industri
minyak goreng. Dari segi perolehan devisa, selama beberapa tahun terkhir ini kondisinya kurang baik. Volume ekspor selama dekade terakhir ini memang selalu
meningkat, akan tetapi peningkatannya tidak selalu diikuti oleh peningkatan dalam nilainya. Hal ini terjdi karena adanya fluktuasi harga di pasaran Internasional.
http:www.depperin.go.id .
2.3.3 Perkembangan Industri Kelapa Sawit
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber
penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit.
Berkembangnya subsektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif, terutama
kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIRBun dan dalam pembukaan
wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta. http:www.depperin.go.id
.
2.3.4 Industri Minyak Kelapa Sawit
Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak,
kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian produk. Kelapa sawit bermutu prima SQ, Special
Quality mengandung asam lemak FFA, Free Fatty Acid tidak lebih dari 2 pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5
FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1 - 22,2 tertinggi dan kadar asam lemak bebas 1,7 - 2,1
terendah. http:www.depperin.go.id
.
2.3.5 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit
Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti: pertama, benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu
minyak kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya,
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu
diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.
Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu
keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih Diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak
faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemprosesan dan pengangkutan. Dari
beberapa faktor yang berkaitan dengan standar mutu minyak sawit tersebut, didapat hasil dari pengolahan kelapa sawit, seperti di bawah ini :
a Crude Palm Oil b Crude Palm Stearin
c RBD Palm Oil d RBD Olein
e RBD Stearin f Palm Kernel Oil
g Palm Kernel Fatty Acid h Palm Kernel
i Palm Kernel Expeller PKE j Palm Cooking Oil
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
k Refined Palm Oil RPO l Refined Bleached Deodorised Olein ROL
m Refined Bleached Deodorised Stearin RPS n Palm Kernel Pellet
o Palm Kernel Shell Charcoal http:www.depperin.go.id
. 2.4
Harga
2.4.1
Pengertian harga Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran
suatu produk Dalam menjalankan suatu perusahaan, pimpinan perusahaan harus jeli untuk membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berkaitan dengan jalannya
kegiatan operasional perusahaan. Kesalahan dalam peengambilan keputusan dalam suatu perusahaan akan sangat berpengaruh terhadap perusahaan itu sendiri.
Mengenai istilah harga banyak sekali pendapat para ahli yang saling berbeda, diantaranya pengertian harga menurut :
1. Swastha. B dan Irawan 2000 : “Harga adalah jumlah uang ditambah beberapa produk kalau mungkin yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi
dari produk dan pelayanannya”. 2. Lamb, Hair, Mc. Daniel 2001 : “Harga merupakan sesuatu yang diserahkan
dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang maupun jasa”.
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
3. Kotler dan Amstrong 1997 : harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang ditukarkan konsumen untuk mamfaat
memiliki atau menggunakan produk atau jasa”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga adalah suatu jumlah uang
yang oleh konsumen dijadikan alat untuk memperoleh produk yang dijual perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka. Harga juga menyatakan ukuran uang
dalam jumlah tertentu yang dibayar oleh konsumen atau pelanggan dalam rangka mendapatkan produk tertentu yang mereka inginkan. Harga ditetapkan oleh suatu
perusahaan setelah produk dihasilkan dan memiliki nilai untuk dijual kepada konsumen. Dengan adanya harga maka konsumen dapat memberikan sejumlah nilai
dari uang agar mereka dapat memperoleh produk yang dihasilkan perusahaan untuk kemudian dikonsumsi oleh mereka.
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Harga
Kebijakasanan harga tidak dapat didasarkan hanya oleh adanya faktor didalam perusahaan atau kebijaksanaan pimpinan semata, tetapi banyak dipengaruhi berbagai
factor untuk menetapkan tingkat harga jual kepada pasar. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga antara lain seperti Kotler dan Amstrong
2000, menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi harga didasarkan pada faktor intern perusahaan dan faktor eksternal perusahaan. Adapun faktor-faktor diatas yaitu :
1. Faktor internal perusahaan :
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
a Sasaran pemasaran
b Strategi bauran pemasaran c Biaya
d Pertimbangan organisasi 2. Faktor
eksternal a Elastisitas
permintaan b Kondisi perekonomian
c Persaingan d Permintaan dan Penawaran
e Pengawasan pemerintah
Dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan harga jual maka dapat disimpulkan secara singkat mengenai situasi yang mempengaruhi harga jual.
Situasi tersebut terdiri dari tiga 3 faktor yang merupakan ringkasan dari faktor- faktor yang mempengaruhi kebijaksanaan harga Mas ud , 1998, yaitu :
1. Laba dan tujuan-tujuan lain Faktor-faktor lain selain pasar dan biaya bisa dimasukkan dalam faktor ketiga ini.
2. Situasi pasar Disini meliputi konsumen. sifat produk, sifat pasar dan sebagainya.
3. Biaya produksi dan operasi Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membuat barang atau produk dan
biaya produk bisa sampai ketangan konsumen.
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
2.4.3 Tujuan Penentuan Harga