Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Persawahan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai

(1)

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN

PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

Oleh :

RUSYDI IRAWAN 090304069 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN

PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

Oleh :

RUSYDI IRAWAN 090304069 AGRIBISNIS

Skripsisebagai Salah SatuSyaratUntukMemperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program StudiAgribisnisFakultasPertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujuioleh: KomisiPembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Yusak Maryunianta, M.Si.) (Ir. AT. Hutajulu, MS) NIP :196206241986031001 NIP : 194606181980032001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Rusydi Irawan (090304069/Agribisnis-PKP). Dengan judul penelitian Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Persawahan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian pada Agustus – Desember 2014 dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, Msi dan Ibu Ir AT Hutajulu MS.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis alih fungsi lahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.

Metode penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yakni data yang dikumpulkan dari instasi terkait dan data primer berupa data langsung yang dikumpulkan melalui wawancara dengan responden dan menggunakan alat yaitu kuisioner atau daftar pertanyaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2009 hingga tahun 2011 luas panen padi sawah mengalami penurunan sebesar 1.651 ha sedangkan luas perkebunan kelapa sawit rakyat dari tahun 2010 sampai tahun 2013 meningkatsebesar 181,5 ha dan faktor pengeluaran keluarga petani, produktifitas padi sawah, dan luas kepemilikkan lahan berpengaruh signifikan terhadap alih fungsi lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan.

Kata Kunci: Alih Fungsi Lahan, Pengeluaran Keluarga Petani, Produktifitas, dan Luas Kepemilikkan Lahan.


(4)

RUSYDI IRAWAN, lahir di Kota Pekanbaru pada tanggal 8 Oktober 1990, anak pertama dari lima bersaudara dari ayahanda H. Bustari dan ibunda Hj. Ratna Willis.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis sebagai berikut :

1. Tahun 1996 masuk Taman Kanak-kanak Islam Agung Al-Annur tamat tahun 1997.

2. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar 013 Kecamatan Tampan Pekanbaru tamat tahun 2003.

3. Tahun 2003 masuk Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru tamat tahun 2006.

4. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Plus Provinsi Riau tamat tahun 2009

5. Tahun 2009 diterima di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

6. Bulan Juli – 2013 melaksanakn praktek kerja lapangan di Desa Binjai Kecamatan Tebing Syahbandar, Kabupaten Serdang Bedagai.


(5)

Kata Pengantar Abstrak

Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.2 Landasan Teori ... 8

2.3 Kerangka Pemikiran ... 13

2.4 Hipotesis Penelitian ... 14

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 15

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 16

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 16

3.4 Metode Analisis Data ... 17

3.5 Defenisi dan Batasan Penelitian ... 18

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH 4.1 Wilayah Kecamatan Pegajahan ... 20

4.2 Keadaan Kependudukan Kecamatan Pegajahan ... 22

4.3 Sarana dan Prasarana Kecamatan Pegajahan ... 25

4.4 Karakteristik Sampel ... 26

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan Alih Fungsi Lahan di Kecamatan Pegajahan ... 29

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Persawahan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Kecamatan Pegajahan... 32

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 50

6.2 Saran ... 51 LAMPIRAN


(6)

Tabel 1.1 Perkembangan Luas Sawah dan Sawit Rakyat Kabupaten Serdang

Bedagai Menurut Tahun 2009-2013 ... 4 Tabel 3.1 Perkembangan Luas Lahan Sawah Kabupaten Serdang Bedagai dari

tahun 2009-2013 Menurut Kecamatan ... 15 Tabel 4.1 Luas Kecamatan Pegajahan Menurut Desa/Kelurahan ... 21 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajaha Tahun 2013 Menurut

Desa/Kelurahan... 22 Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajaha Tahun 2013 Menurut Umur ... 23 Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajaha Tahun 2013 Menurut Pekerjaan ... 24 Tabel 4.5Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajaha Tahun 2013 Menurut

Pendidikan ... 24 Tabel 4.6 Sarana dan Prasarana Kecamatan Pegajahan Tahun 2013 ... 25 Tabel 4.7 Karakteristik Petani Sampel ... 26 Tabel 5.1 Perkembangan Produksi, Luas Panen, Produktifitas, dan Pertumbuhan

Luas Panen Padi Sawah Kecamatan Pegajahan Menurut Tahun

2009-2013 ... 29 Tabel 5.2 Perkembangan Produksi, Luas Lahan, Produktifitas, dan Pertumbuhan

Luas Lahan Kelapa Sawit Rakyat Kecamatan Pegajahan Menurut

Tahun 2009-2013 ... 30 Tabel 5.3 Perbandingan Perkembangan Luas Panen Padi Sawah dengan Luas

Lahan Kelapa Sawit Rakyat Kecamatan Pegajahan Menurut Tahun

2009-2013 ... 31 Tabel 5.4Karakteristik Variabel Penelitian ... 33 Tabel 5.5 Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi

Lahan Persawahan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat ... 38 Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinieritas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih

Fungsi Lahan Persawahan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat ... 46 Tabel 5.7Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov ... 48 Tabel 5.8Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 49


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 13 Gambar 4.1 Peta Kecamatan Pegajahan ... 21 Gambar 5.1Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual ... 47


(8)

Rusydi Irawan (090304069/Agribisnis-PKP). Dengan judul penelitian Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Persawahan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian pada Agustus – Desember 2014 dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, Msi dan Ibu Ir AT Hutajulu MS.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis alih fungsi lahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.

Metode penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yakni data yang dikumpulkan dari instasi terkait dan data primer berupa data langsung yang dikumpulkan melalui wawancara dengan responden dan menggunakan alat yaitu kuisioner atau daftar pertanyaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2009 hingga tahun 2011 luas panen padi sawah mengalami penurunan sebesar 1.651 ha sedangkan luas perkebunan kelapa sawit rakyat dari tahun 2010 sampai tahun 2013 meningkatsebesar 181,5 ha dan faktor pengeluaran keluarga petani, produktifitas padi sawah, dan luas kepemilikkan lahan berpengaruh signifikan terhadap alih fungsi lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan.

Kata Kunci: Alih Fungsi Lahan, Pengeluaran Keluarga Petani, Produktifitas, dan Luas Kepemilikkan Lahan.


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah krusial. Fenomena alih fungsi lahan pertanian merupakan ancaman ketahanan pangan. Alih fungsi lahan pertanian terus terjadi sampai tingkat mencemaskan dan mengganggu. Secara umum, faktor eksternal dan internal mendorong konversi lahan pertanian. (Lubis,A,E, 2005).

Padi merupakan bahan makanan pokok sebagian besar rakyat Indonesia karena 95% penduduk Indonesia mengkonsumsi beras. Tingginya kebutuhan konsumsi beras disebabkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia beranggapan bahwa beras merupakan bahan makanan pokok yang belum dapat digantikan keberadaannya. Apabila kegiatan usahatani dikelola dengan baik dan benar seharusnya petani akan memiliki pendapatan yang cukup tinggi (Ashari, 1994).

Alih fungsi lahan juga dapat terjadi oleh karena kurangnya insentif pada usahatani lahan sawah yang diduga akan menyebabkan terjadi alih fungsi lahan ke tanaman pertanian lainnya.Permasalahan tersebut diperkirakan akan mengancam kesinambungan produksi beras nasional. Isu alih fungsi lahan sawah perlu mendapat perhatian karena beras merupakan bahan pangan utama. Ketergantungan pada impor beras akan semakin meningkat apabila isu alih fungsi lahan sawah diabaikan. Pasar beras internasional bersifat thin market, artinya ketergantungan terhadap impor sifatnya tidak stabil dan akan menimbulkan kerawanan pangan yang pada gilirannya akan mengancam kestabilan nasional (Ilham, dkk, 2003).


(10)

manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensi. Aktivitas yang pertama kali dilakukan adalah pemanfaatan lahan untuk bercocok tanam (Iqbal dan Sumaryanto, 2007). Lahan juga dapat dikelola untuk pertanian padi sawah. Untuk keberhasilan produksi pertanian seperti tanaman padi-padian, ketersediaan air sangat penting. Tanpa penyediaan air secara terus-menerus produktivitas sulit ditingkatkan. Secara alamiah ketersediaan air adalah terikat keadaan ruang dan waktu seperti pada musim hujan air dapat melimpah dan bahkan menimbulkan banjir, sedangkan sewaktu musim kemarau sebahagian daerah sangat kekurangan air sehingga tidak dapat ditanami. Oleh karena itu pemerintah membangun berbagai proyek irigasi yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan pengairan pertanian juga sekaligus sebagai sarana untuk mencegah adanya banjir. Sebelum adanya irigasi, sistem pertanian yang dikerjakan masyarakat adalah sistem tadah hujan sehingga penanaman padi hanya dapat dilakukan satu kali dalam setahun dan jika banjir datang kegiatan masyarakat maupun ekonomi wilayah itu menjadi terganggu.

Sawah digunakan para petani untuk menanam padi yang merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia Akan tetapi sawah di Indonesia terus mengalami penurunan luas lahan yang berdampak pada penurunan produksi padi. Pengalih fungsian lahan pertanian terutama sawah akan menimbulkan dampak yang buruk bagi perekonomian Indonesia. Dimana akibat luas lahan sawah yang semakin sempit yang berdampak pada produksi padi dapat mengancam tingkat ketahanan pangan di Indonesia (Anonimus,2006).

Penurunan kapasitas produksi beras telah menyebabkan kemampuan negara di dalam penyediaan pangan menurun diakibatkan dari pengalihan fungsi lahan sawah yang berdampak buruk bagi tingkat konsumsi di Indonesia yang makin tinggi. Hal ini di sebabkan menurunnya produktifitas dari lahan di karenakan pengalih fungsian. Hal ini berdampak pada penyediaan pangan. Apa bila proses pengalifungsian lahan sawah tidak


(11)

di cegah di ramalkan indonesia dapat mengalami krisis pangan yang berkepanjangan. Peramalan ini dapat menjadi nyata apa bila pemerintah tidak mencegah dengan membuat lahan sawah baru untuk mengganti lahan sawah yang telah beralih fungsi (Maulana, 2008).

Lahan sawah dapat dianggap sebagai barang publik, karena selain memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan manfaat yang bersifat sosial. Lahan sawah memiliki fungsi yang sangat luas yang terkait dengan manfaat langsung, manfaat tidak langsung, dan manfaat bawaan. Manfaat langsung berhubungan dengan perihal penyediaan pangan, penyediaan kesempatan kerja, penyediaan sumber pendapatan bagi masyarakat dan daerah, sarana penumbuhan rasa kebersamaan (gotong royong), sarana pelestarian kebudayaan tradisional, sarana pencegahan urbanisasi, serta sarana pariwisata. Manfaat tidak langsung terkait dengan fungsinya sebagai salah satu wahana pelestari lingkungan. Manfaat bawaan terkait dengan fungsinya sebagai sarana pendidikan, dan sarana untuk mempertahankan keragaman hayati (Rahmanto, dkk, 2002).

Kabupaten serdang bedagai merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi tanaman pangan khususnya padi dan palawija di Sumatera Utara. Daerah ini sangat subur dan banyak penduduknya menggantungkan pekerjaannya dari hasil pertanian, sehingga peran sektor ini sangat penting. Sektor pertanian dengan segala kelebihan dan kekurangannya masih menjadi tumpuan masyarakat sebagai mata pencaharian utama dan masih sebagai sektor andalan. Hasil pertanian tanaman pangan merupakan komoditi yang sangat strategis karena menyangkut kebutuhan pokok masyarakat (BPS, 2011).


(12)

Tabel 1.1 Perkembangan Luas Sawah dan Sawit Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Tahun2009 - 2013

Tahun

Padi Sawah Sawit Rakyat

Luas (ha) Produksi

(ton) Luas (ha) Produksi (ton)

2009 72.044 347.473 11.865,86 148.815,38

2010 73.534 364.876 12.075,49 149.260,00

2011 63.584 328.344 12.281,74 146.620,00

2012 68.355 369.190 12.485,47 156.720,96

2013 71.748 394.793 12.573,93 160.333,74

Sumber : Serdang Bedagai Dalam Angka, 2014

Dilihat dari Tabel 1.1, luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai pada periode 2009 – 2013 mengalami perkembangan yang fluktatif, dimana pada tahun 2009 luas lahan sawah yakni 72.044 hakemudian turun secara signifikan pada tahun 2011 menjadi 63.584 ha sedangkan luas perkebunan kelapa sawit rakyat semakin bertambah dari tahun 2009 luas kelapa sawit rakyat seluas 11.865,86 ha menjadi 12.573,93 ha Berkurangnya luas panen padi sawah di Kabupaten Serdang Bedagai disebabkan terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian pangan ke penggunaan lainnya seperti pemukiman, atau pertanian lainya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat diidentifikasikan beberapa masalah dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana alih fungsi lahan yang terjadi di daerah penelitian ?

2. Apa faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit di daerah penelitian ?


(13)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis alih fungsi lahan yang terjadi di daerah penelitian.

2. Untuk Menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawitdi daerah penelitian

1.4 Kegunaan penelitian

1. Sebagai bahan referensi dan studi untuk pengembangan ilmu untuk pihak – pihak yang membutuhkan.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dan kebijakan dalam rangka peningkatan produksi usaha padi sawah, pendapatan petani, dan kinerja kelembagaan pertanian.

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dalam pengembangan wawasan untuk menjadi seorang peneliti.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Utomo dkk (1992) mendefinisikan alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri.

Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

Dampak negatif dari alih fungsi lahan adalah hilangnya peluang memproduksi hasil pertanian di lahan sawah yang terkonversi, yang besarnya berbanding lurus dengan luas lahannya. Jenis kerugian tersebut mencakup pertanian dan nilainya, pendapatan usaha tani, dan kesempatan kerja pada usahatani. Selain itu juga hilangnya pendapatan dan kesempatan kerja pada kegiatan ekonomi yang tercipta secara langsung maupun tidak langsung dari kaitan ke depan (forward linkage)


(15)

maupun ke belakang (backward linkage) dari kegiatan usaha tani tersebut, misalnya usaha traktor dan penggilingan padi. (Sumaryanto,dkk,1994).

Konversi lahan pertanian menjadi bentuk penggunaan lainnya tidak terlepas dari situasi ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan beberapa sektor ekonomi tumbuh dengan cepat. Pertumbuhan sektor tersebut akan membutuhkan lahan yang lebih luas. Apabila lahan tersebut letaknya dekat dengan sumber pertumbuhan ekonomi maka akan bergeser penggunaannya ke bentuk lain. Hal ini terjadi karena land rent persatuan luas yang diperoleh dari aktifitas baru lebih tinggi dari pada yang dihasilkan pertanian (Anwar. Effendi, 1993).

Selama 1999 – 2003, sebanyak 423.000 petani mengkonversikan lahan sawahnya ke dalam berbagai bentuk. Dalam masa itu 64.718 ha lahan sawah hilang dan berubah fungsinya sebagai pemasok produk pangan. Daya tarik dari pertanian persawahan menurun dan kemiskinan yang menjerat petani mendorong mereka mengalih fungsikan lahan padi sawahny.(Anonimus 2006)

Upaya revitalisasi dan perlindungan lahan dilakukan dengan melindungi dan menjamin ketersediaan lahan dengan menindaklanjuti UU 41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Peraturan Pemerintah pendukungnya. Sekarang sudah terbit PP No. 1/2011 tentang Penetapan dan alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan, PP No 12/2012 tentang Insentif Perlindngan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, PP No. 25/2012 tentang Sistem Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan PP No. 30/2012 tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan


(16)

Peraturan Menteri Pertanian No 07/Permentan/OT.140/2/2012 tentang Pedoman Teknis Kriteria dan Persyaratan Kawasan, Lahan dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Selanjutnya Kementerian Pertanian ikut secara aktif dalam pelaksanaan Rencana Tata Ruang dan Wilayah baik Nasional, Propinsi maupun Kabupaten/Kota (Deptan, 2014).

Pada Permentan no 81 tahun 2013 dijelaskan alih fungsi lahan harus memperhatikan luas lahan yang akan dialihkan, potensi kehilangan hasil pangan akibat konversi, nilai resiko akibat konversi, dampak pada penurunan penyerapan tenaga kerja pertanian, dan perkiraan perubahan pada sosio kultural masyarakat (kekerabatan, pemukiman dll).

2.3 Landasan Teori

Ada beberapa penyebab tingginya alih fungsi lahan diantaranya rendahnya tingkat keuntungan bertani padi sawah, tidak dipatuhinya peraturan tata ruang (lemahnya penegakkan hukum tentang tata ruang), keinginan mendapatkan keuntungan jangka pendek dari pengalihfungsian lahan sawah, dan rendahnya koordinasi antara lembaga dan departemen terkait dengan perencanaan penggunaan lahan (Nasoetion dan Winoto. 1996).

Pada berbagai daerah yang selama ini merupakan sentra produksi beras, lahan sawah para petani telah banyak dialih fungsikan dikarenakan areal persawahan sudah sulit mendapatkan air. Hal ini disebabkan oleh telah banyaknya saluran-saluran air irigasi yang rusak dan telah berkurangnya perhatian pemerintah terhadap sector pertanian khususnya penanganan sarana irigasi dan partisipasi masyarakat dalam menjaga saluran irigasi yang telah ada sudah berkurang. Pada areal yang berpotensi di cetak menjadi lahan sawah ataupun lahan sawah yang ada


(17)

jauh dari saluran pintu-pintu utama saluran irigasi sehingga akibat pemakaian dan pengaturan air yang sembarangan menyebabkan pada sawah-sawah hilir tidak mendapatkan pasokan air yang memadai.(Kurdianto. 2011)

Pada usaha tani tanaman padi pendapatan yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan usaha tani kelapa sawit. Produktifitas tanaman padi hanya 3.74 ton/Ha (BPS, 2007), sedangkan biaya yang dibutuhkan dalam pengelolaan tananman tersebut dibutuhkan biaya yang sangat tinggi sehingga pendapat yang diperoleh sangat rendah. Juga dipengaruhi oleh harga yang sangat rendah dan berfluktuatif. Berbeda dengan kelapa sawit, produktifitas kelapa sawit cukup tinggi yaitu 24 ton/Ha/tahun (Yan Fauzi,2005). Sedangkan biaya yang dibutuhkan cukup rendah.

Penelitian Pewista (2012) di Kabupaten Bantul, pada luas lahan pertanian < 1.000 m2, dimana sebelum terjadi alih fungsi berjumlah 10 orang atau 14,29%, tetapi kini meningkat menjadi 42 orang atau 60%. Untuk kepemilikan lahan 1.000 – 2.000 m2 sebelum alih fungsi lahan ada 45 orang atau 64,29% tetapi setelah alih fungsi mengalami penurunan menjadi 22 orang atau 31,43%. Sedangkan pemilik lahan > 2.000 m2 juga mengalami penurunan kepemilikan lahan dari 15 orang atau 21,42% menjadi 6 orang atau 8,57%. Penurunan kepemilikan lahan pertanian yang cukup drastis terjadi pada luasan 1.000 – 2.000 m2, dimana sebagian besar telah menyusut menjadi < 1.000 m2. Oleh sebab itulah kepemilikan lahan dengan luas < 1.000 m2 mengalami peningkatan yang drastis pula.

Rahmanto dkk, (2008), menyatakan karakteristik rumahtangga memiliki hubungan kuat terhadap keragaman persepsi multi fungsi lahan sawah di


(18)

antaranya mencakup peubah-peubah berikut: (1) usia responden; (2) tingkat pendidikan; (3) jumlah anggota keluarga tertanggung; (4) luas garapan sawah; (5) proporsi pendapatan rumahtangga dari lahan sawah. Peubah-peubah tersebut diasumsikan memiliki keterkaitan yang nyata terhadap kemampuan berfikir, tingkat pengetahuan serta wawasan petani terhadap multifungsi lahan, dan kepeduliannya terhadap kelestarian lahan sawah.

Karakteristik penduduk dengan jumlah tanggungan keluarga 4-6 orang mendominasi keluarga pemilik lahan pada ketiga desa. Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk dengan jumlah tanggungan keluarga 4-6 orang yang paling banyak melakukan alih fungsi lahan pertaniannya. Telah kita ketahui bahwa semakin banyaknya tanggungan keluarga tentunya pengeluaran keluarga juga semakin besar. Untuk mendapatkan penghasilan rumah tangga yang besar tentunya akan dilakukan berbagai upaya, tidak sedikit orang yang memiliki lahan pertanian akan mengalihfungsikan lahan pertaniannya untuk menghasilkan tambahan agar dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.(Harini, dan Pewista. 2011)

Irawan (2005), mengemukakan bahwa konversi yang lebih besar terjadi pada lahan sawah dibandingkan dengan lahan kering karena dipengaruhi akibat pembangunan masa lalu yang terfokus pada upaya peningkatan produk padi maka infrastruktur ekonomi lebih tersedia di daerah persawahan daripada daerah tanah kering

Keluarga hidup defisit/tekor artinya pengeluaran keluarga selalu lebih besar dari pada pendapatan keluarga. Keluarga yang defisit biasanya ditutup dengan


(19)

mencari hutang dan akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan. Dalam keadaan yang parah, pembayaran utang ditutup dengan mencari sumber hutang baru. Pola seperti ini disebut "gali lobang tutup lobang", akhirnya dililit hutang. Keluarga yang telah hidup defisit, biasanya tidak akan dapat memenuhi kewajiban untuk pembayaran hutang dan biasanya terpaksa minta bantuan orang lain.(Deptan. 2012)

Hasil temuan Rusastra et al. (1997) di Kalimantan Selatan, alasan utama petani melakukan alih fungsi lahan adalah karena kebutuhan dan harga lahan yang tinggi, skala usaha yang kurang efisien untuk diusahakan akibat rendahnya harga padi sawah, rendahnya produktivitas tanaman padi sawah. Akibat rendahnya harga padi sawah di pasaran maka petani lebih memilih untuk mengalihkan lahan padi sawahnya menjadi lahan pertanian non padi sawah.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ilham, dkk (2003) diketahui faktor penyebab alih fungsi dari sisi eksternal dan internal petani, yakni tekanan ekonomi pada saat krisis ekonomi. Hal tersebut menyebabkan banyak petani menjual asetnya berupa sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup yang berdampak meningkatkan alih fungsi lahan sawah dan makin meningkatkan penguasaan lahan pada pihak-pihak pemilik modal. Sawah tadah hujan paling banyak mengalami alih fungsi (319 ribu Ha) secara nasional. Lahan sawah di Jawa dengan berbagai jenis irigasi mengalami alih fungsi, masing-masing sawah tadah hujan 310 ribu Ha, sawah irigasi teknis 234 ribu Ha, sawah irigasi semi teknis 194 ribu Ha dan sawah irigasi sederhana 167 ribu Ha. Sementara itu di Luar Jawa alih fungsi hanya terjadi pada sawah beririgasi sederhana dan tadah hujan. Tingginya alih


(20)

fungsi lahan sawah beririgasi di Jawa makin menguatkan indikasi bahwa kebijakan pengendalian alih fungsi lahan sawah yang ada tidak efektif.

Panen di perkebunan sawit berbeda dengan panen di sawah yang bisa dirasakan tiap 4 bulan sekali. Panen di perkebunan sawit itu dilakukan setiap 2 minggu sekali sehingga penjualan panen dapat diakumulasi tiap bulannya. Karena itu petani di sawah kerap merasa rugi sebab sekali panen bisa jadi profitnya dapat dirasakan pada bulan itu saja. (Rijalul. 2013)

Usaha tani tanaman padi sangat rentan terhadap kegagalan panen atau fuso hal ini dapat disebabkan olehhama dan penyakit juga faktor alam. Pada beberapa tempat serangan yang paling berat diantaranya seranganhamatikus, seranganhamawereng dan penyakit tunggro dimana serangan tersebut kadang kala tidak bisa dikendalikan lagi sehingga bukan mendapat keuntungan malah kerugian yang diterima. Sedangkan pada tanaman kelapa sawit resiko kegagalan panen dan harga relatip stabil sehingga resiko yang dihadapi petani kelapa sawit tersebut sangat kecil.(Kurdianto. 2011)

Banyak faktor – faktor yang dapat mempengaruhi alih fungsi lahan persawahan menjadi lahan perkebunan sawit akan tetapi yang menjadi faktor – faktor yang diduga berpengaruh terhadap kegiatan pengalih fungsian lahan persawahan menjadi lahan perkebunan sawit di daerah penelitian yakni : jumlah tanggungan petani, biaya usahatani, pendapatan petani, pengeluaran keluarga petani, produktifitas, dan luas kepemilikkan lahan.


(21)

2.4 Kerangka Pemikiran

Luas lahan padi sawah yang pada awalnya cukup luas akhir-akhir ini makin menyusut. Lahan padi sawah yang luas sangat penting untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal. Namun seiring dengan alih fungsi lahan yang terjadi maka luas lahan padi sawah semakin menurun. Selain itu terdapat beberapa kerugian yang harus diperhitungkan sebagai dampak negatif Alih fungsi sawah, seperti hilangnya potensi produksi beras, hilangnya kesempatan kerja, dan semakin rusaknya lingkungan hidup. Muara dari semua itu adalah kesejahteraan masyarakat yang sulit meningkat.

Perubahan dari penggunaan lahan yang awalnya dipergunakan untuk pertanian padi sawah yang berubah menjadi lahan perkebunan kelapa sawit disebabkan oleh beberapa faktor – faktor yang dipertimbangkan oleh petani. Faktor – faktor yang mempengaruhi petani yang mengalih fungsikan lahan sawahnya menjadi lahan perkebunan sawit yakni : jumlah tanggungan petani, biaya usahatani, pendapatan petani, pengeluaran keluarga petani, produktifitas, dan luas kepemilikkan lahan. Secara sistematis dibuat dalam skema berikut:

Keterangan

: Pengaruh

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

Petani

Faktor – faktor yang

mempengaruhi

AlihFungsiLahanPersawahan Ke

Lahan Sawit


(22)

2.5 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dengan landasan teori ini, maka dapat diuraikan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Faktor – faktor yang mempengaruhi petani yang mengalih fungsikan lahan sawahnya ke perkebunan sawit yakni : jumlah tanggungan petani, biaya usahatani, pendapatan petani, pengeluaran keluarga petani, produktifitas, dan luas kepemilikkan lahan.


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu secara sengaja, dengan memilih Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai dipilih dengan alasan bahwa Kabupaten Serdang ini adalah merupakan salah satu Kabupaten yang menjadi sentra produksi padi sawah di Sumatera Utara.

Tabel 3.1 Perkembangan Luas Lahan Sawah Kabupaten Serdang Bedagai dari Tahun 2009 - 2013 Menurut Kecamatan

No Kecamatan Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1 Kotarih 166 358 328 17 159

2 Silinda 432 627 591 397 220

3 Bintang Bayu 221 211 67 86 173

4 Dlk Masihul 4,331 2,380 2,975 2,631 2,471

5 Serba Jadi 2,121 2,295 2,103 1,184 2,141

6 Sipispis 852 531 531 550 531

7 Dlk Merawan 0 0 0 0 0

8 Teb. Tinggi 2,979 4,661 3,556 4,773 4,544 9 Tebing Syahbandar 2,280 1,363 1,526 408 1,255 10 Bandar Khalipah 7,107 6,564 5,334 6,853 5,233 11 Tjg Beringin 8,480 8,446 6,553 6,219 7,768 12 Sei Rampah 5,936 5,878 8,149 4,700 5,648 13 Sei Bamban 12,475 13,089 12,429 11,142 12,836 14 Teluk Mengkudu 5,638 5,924 5,179 5,796 6,086 15 Perbaungan 9,670 12,152 6,571 12,616 11,341 16 Pegajahan 2,835 1,960 1,184 1,655 1,814 17 Pantai Cermin 6,521 7,094 6,509 7,709 7,714 Jumlah 72,044 73,533 63,585 66,736 69,934 Sumber : Serdang Bedagai Dalam Angka, 2014


(24)

Kecamatan Pegajahan termasuk kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai yang mengalami alih fungsi lahan padi sawah secara fluktatif dari tahun 2009 hingga tahun 2013 dan fenomena alih fungsi lahan di kecamatan sesuai dengan tujuan penelitian ini.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel penelitian dengan Metode Snowball sampling. Teknik snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel yang mana teknik pengambilan sampel paling bermanfaat ketika ada suatu kebutuhan untuk mengidentifikasi suatu populasi yang sebelumnya tidak dikenal . menghubungkan anggota dari suatu populasi dengan satu sama lain. Suatu prosedur yang layak

untuk mengidentifikasi semua anggota menyangkut populasi itu (Kenneth dan Ermman. 1977).

Pengambilan sampel penelitian melalui metode ini adalah dari petani padi sawah yang berada di Kecamatan Pegajahan yang mengalami alih fungsi lahan. Adapun jumlah petani yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 30 petani yang berada di Kecamatan Pegajahan.Penentuan ukuran sampel didasarkan atas pertimbangan Roscoe yang mengatakan: pertama, ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 sampai dengan 500 sampel; kedua, bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel tiap kategori minimal 30 (Sugiono, 2003).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari wawancara langsung kepada petani yang


(25)

mengalih fungsikan lahan persawahannya menjadi lahan perkebunan kelapa sawit dan data sekunder diperoleh dari instasi terkait seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Dinas Pertanian Serdang Bedagai, Kantor Badan Penyuluhan Pertanian Dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Kabupaten Serdang Bedagai, dan lain – lain serta buku yang mendukung penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Masalah 1 diuji dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan melihat keadaan yang terjadi di daerah penelitian khususnya mengenai kedaaan alih fungsi lahan.

Masalah 2 mengenai menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi petani mengalih fungsi lahannya diuji dengan metode analisis regresi linier berganda .

Dalam mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan lahan akibat alih fungsi lahan pertanian digunakan model analisis regresi linear berganda. Analisis regresi adalah sebuah alat analisis statistik yang memberikan penjelasan tentang pola hubungan (antara dua variabel atau lebih). Tujuan dari analisis regresi ini adalah meramalkan nilai rata-rata satu variabel. Metode ini sebenarnya menggambarkan hubungan antara peubah bebas atau independent (Y) dengan peubah tak bebas atau dependent (X).

Persamaan model regresi linear berganda untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan adalah sebagai berikut:


(26)

Dimana :

Y

= Penurunan Lahan Persawahan Menjadi Lahan Perkebunan Sawit (ha)

� = Konstanta

�� = Koefisien Regresi

X1 = Jumlah Tanggungan Petani sebelum alih fungsi (orang)

X2 = Biaya Usahatani Sebelum Alih Fungsi (Rp/bulan)

X3 = Pendapatan Total Petani Sebelum Alih Fungsi (Rp/bulan)

X4 = Pengeluaran Keluarga Petani Sebelum Alih Fungsi (Rp/bulan)

X5 = Produktifitas Padi Sawah sebelum Alih Fungsi (ton/ha)

X6 = Luas Kepemilikan Lahan (ha)

= Error

3.5 Definisi dan Batasan Operasional Defenisi

1. Alih fungsi lahan pertanian adalah peralihan fungsi lahan dari subsektor pertanian pangan (padi sawah) menjadi subsektor pertanian perkebunan (Kelapa sawit).

2. Pertanian adalah seluruh kegiatan manusia dalam pengelolaan sumberdaya alam hayati. Pada penelitian ini, lahan pertanian yang diteliti adalah lahan sawah

3. Jumlah tanggungan petani adalah jumlah anggota keluarga yang ditanggungjawabi kehidupannya oleh petani baik itu suami/istri, anak, saudara,dll.

4. Biaya usahatani yakni biaya yang dikeluarkan petani dalam usahatani yang diusahakan dilahannya, baik lahan kering maupun lahan basah.


(27)

5. Pendapatan total petani adalah sejumlah uang yang didapat petani dalam sebulan baik dari kegiatan pertanian maupun non pertanian diukur dalam bentuk rupiah (Rp).

6. Pengeluaran keluarga petani adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam sebulan untuk menghidupi keluarganya seperti biaya makan, sekolah anak, tranportasi, kebutuhan rumah tangga lainnya dan termasuk didalamnya biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar utang dan biaya rumah sakit.

Batasan Operasional

1. Responden adalah petani yang mengalih fungsikan lahan persawahannya menjadi lahan perkebunan kelapa sawit di daerah penelitian.

2. Daerah penelitian adalah Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara.


(28)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH

4.1 Wilayah Kecamatan Pegajaahan

Kecamatan pegajahan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki luas ± 93,12 Km2, sebagian besar merupakan daratan rendah. Kecamatan Pegajahan memiliki 12 Desa dan 1 kelurahan .

Kecamatan Pegajahan mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah utara : Kecamatan Perbaungan

Sebelah Selatan : Kecamatan Serba Jadi

Sebelah Timur : Kecamatan Sei Rampah

Sebelah Barat : Kecamatan Galang (Kabupaten Deli Serdang)

Jarak tempuh dari Kecamatan Pegajahan ke pusat Pemerintaha Kabupaten Serdang Bedagai adalah sekitar 30 Km, sedangkan jarak tempuh ke Propinsi sekitar 54 Km.

Kecamatan Pegajahan terdiri dari atas 12 desa/kelurahan dengan persebaran luas yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 :


(29)

Tabel 4.1 Luas Kecamatan Pegajahan Tahun 2013 Menurut Desa/Kelurahan

No Desa / Kelurahan Luas Desa (Km2)

Persentase Terhadap Kecamatan (%)

1 Tanjung Putus 18,22 19,57

2 Sennah 1,03 1,11

3 Pondok Tengah 9,48 10,18

4 Sukasari 5,85 6,28

5 Bingkat 5,4 5,80

6 Pegajahan 8,06 8,66

7 Melati Kebun 19,76 21,22

8 Petuaran Hulu 0,25 0,27

9 Petuaran Hilir 4,31 4,63

10 Lestari Dadi 2,33 2,50

11 Bengabing 13,41 14,40

12 Jatimulyo 3,18 3,41

13 Karang Anyar 1,84 1,98

Total 93,12 100

Sumber : Pegajahan Dalam Angka,2014

Dapat dilihat Desa Melati Kebun merupakan desa yang paling luas di Kecamatan Pegajahan dengan luas 19,76 km2 melingkupi 21,22 % luas Kecamatan Pegajahan sedangkan desa yang memiliki luas paling rendah yakni Desa Petuaran Hulu dengan luas 0,25 km. Berikut peta Kecamatan Pegajahan :


(30)

4.2 Keadaan Kependudukan Kecamatan Pegajahan

Jumlah penduduk Kecamatan Pegajahan pada tahun 2013 adalah sebanyak 29.299 jiwa dan 6.886 Kepala rumah tangga yang tersebar di seluruh wilayah Kecamatan Pegajahan.

a. Penduduk Kecamatan Pegajahan Menurut Jumlah Kepala Rumah Tangga

Keadaan penduduk kecamatan Pegajahan terbagi 13 desa / kelurahan, jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Pegajahan pada tahun 2013 yaitu di Desa Bingkat dengan jumlah penduduk 6.104 jiwa dan 1.375 Kepala keluarga yakni 20,8% dari jumlah seluruh penduduk di Kecamatan Pegajahan sedangkan jumlah penduduk terkecil yaitu Desa Sennah dengan jumlah penduduk 654 atau hanya 2,2 % dari jumlah penduduk Kecamatan Pegajahan. Selanjutnya untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajahan Tahun 2013 Menurut Desa/ Kelurahan

No Desa /

Kelurahan Luas Desa (Km2) Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah KK

1 Tanjung Putus 18,22 764 193

2 Sennah 1,03 654 167

3 Pondok Tengah 9,48 1.091 243

4 Sukasari 5,85 4.168 1.055

5 Bingkat 5,4 6.104 1.375

6 Pegajahan 8,06 3.996 941

7 Melati Kebun 19,76 1.115 272

8 Petuaran Hulu 0,25 821 141

9 Petuaran Hilir 4,31 2.417 625

10 Lestari Dadi 2,33 1.485 350

11 Bengabing 13,41 951 231

12 Jatimulyo 3,18 2.814 696

13 Karang Anyar 1,84 2.919 597

Total 93,12 29.299 6.886


(31)

b. Penduduk Kecamatan Pegajahan Menurut Umur

Keadaan penduduk Kecamatan Pegajahan terdiri 5 kelompok umur ,yaitu kelompok umur 17 – 59 yaitu 16.39 (55,08 %) sedangkan kelompok umur terkecil yaitu kelompok umur 0-5 proporsi 9,06%. Hal ini menandakan bahwa penduduk di Kecamatan Pegajahan sebagian besar adalah usia pekerja.

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajahan Tahun 2013 Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur

Jumlah

(Jiwa) Persentase (%)

1 0-5 2.654 9,06

2 06-Des 3.660 12,49

3 13-16 4.531 15,46

4 17-59 16.139 55,08

5 60+ 2.318 7,91

Total 29.299 100,01

Sumber : Pegajahan Dalam Angka,2014

c. Penduduk Kecamatan Pegajahan Menurut Pekerjaan

Pada paparan sebelumnya dapat dilihat bahwa penduduk Kecamatan Pegajahan 16.139 Jiwa atau 55,08% Penduduk Kecamatan Pegajahan merupakan usia angkatan kerja. Dapat dilihat tabel dibawah ini bahwa penduduk pegajahan paling banyak bermata pencaharian di pertanian yakni sebanyak 3.722 Jiwa (25,28%) kemudian penduduk yang bekerja sebagai buruh sebesar 23,20% dan penduduk Kecamatan Pegajahan sedikit yang bekerja sebagai ABRI/POLRI yakni sebesar 0,24%.


(32)

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajahan Tahun 2013 Menurut Pekerjaan

Sumber : Pegajahan Dalam Angka, 2014 (Diolah)

d. Penduduk Kecamatan Pegajahan Menurut Pendidikan

Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajahan menurut pendidikan dapat dibagi dengan 9 tingkatan pendidikan , berdasarkan tabel dibawah dapat dilihat bahwa penduduk dengan pendididkan SD yang paling banyak bila dibandingkan dengan kategori lainnya yakni sebanyak dengan jumlah 6.791 jiwa (44,05%) sedangkan dengan tingkat pendidikan S2 menempati jumlah terkecil yakni 2 Jiwa dengan persentase 0,01%.

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Kecamatan Pegajahan Menurut Pendidikan

S

umber : Pegajahan Dalam Angka, 2014 (Diolah)

No Pekerjaan (Jiwa) Jumlah

(Jiwa) Persentase (%)

1 PNS 174 1,18

2 ABRI / POLRI 35 0,24

3 Karyawan 1.125 7,64

4 Wiraswasta 2.657 18,05

5 Jasa 423 2,87

6 Petani 3.722 25,28

7 Nelayan 0 0,00

8 Buruh 3.416 23,20

9 Lainnya 3.170 21,53

Total 14.722 100

No Pendidikan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 TK 585 3,79

2 SD 6.791 44,05

3 SMP 3.831 24,85

4 SMA 3.823 24,80

5 D1 209 1,36

6 D2 47 0,30

7 D3 41 0,27

8 S1 88 0,57

9 S2 2 0,01


(33)

4.3 Sarana dan Prasarana di Kecamatan Pegajahan

Sarana dan prasarana merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Sarana yang merupakan segala sesuatu yang dipakai sebagai alat untuk mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana yang merupakan barang atau benda yang tidak bergerak yang menunjang pelaksanaan pembangunan. Sarana dan prasarana di Kecamatan Pegajahan dapat dilihat pada Tabel, dimana sarana dan prasarana di Kecamatan Pegajahan meliputi sarana dan prasarana bidang peribadatan, pendidikan dan kesehatan. Berdasarkan tabel jika dibandingkang dengan jumlah penduduk Kecamatan Pegajahan maka Sarana dan prasarana di Kecamatan Pegajahan masih belum memadai untuk seluruh penduduk di Kecamatan Pegajahan, sementara peran sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan masyarakat dalam melakukan kegiatannya.

Tabel 4.6 Sarana dan Prasarana di Kecamatan Pegajahan

Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Peribadatan

-Mesjid 23

-Mushola 38

-Gereja 9

2. Pendidikan

-SD 18

-SMP 5

-SMA 3

-SMK 2

3. Kesehatan

-Puskesmas 1

-Puskesmas Pembantu 4

-Puskesdes 5

-Posyandu 45


(34)

4.4Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani sawah yang mengalihfungsikan lahan sawahnya menjadi lahan perkebunan sawit pada tahun 2008 – 2010 atau dengan kata lain petani padi sawah pada 5 tahun yang lalu yang mana sekarang lahannya menjadi lahan sawit yang menghasilkan di Kecamatan Pegajahan. Karakteristik petani yang menjadi sampel pada penelitian ini meliputi luas lahan, luas lahan yang dialih fungsikan, umur, pengalaman bertani, dan jumlah tanggungan. Adapun karakteristik sampel dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7 Karakteristik Petani Sampel di Kecamatan Pegajahan

No Karakteristik Petani Range Rata - rata

1 Luas Lahan (m2) 1200 - 10000 4126,67

Lahan Basah 0 - 6600 1846,67

Lahan Kering 1200 - 10000 2280

2 Luas Lahan Konversi (m2) 1200 - 3200 1706,67

3 Umur (tahun) 28 - 67 45,07

4 Pengalaman Bertani (tahun) 5 – 30 14,5

Sawah 5 – 25 10,46

Sawit 0- 10 4,03

5 Jumlah Tanggungan (orang) 1 – 9 3,63

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2014

Luas Lahan

Luas lahan petani sampel yang saat ini yang sedang digunakan dalam usahataninya dalam penelitian ini luas lahan dibagi menjadi 2 kategori yakni lahan basah dan lahan kering. Dilihat dari Tabel 4.7luas lahan petani secara keseluruhan rata-rata 4.126,67 m2 dengan range 1.200-10.000 m2. Pada lahan basah rata-rata petani memiliki lahan basah 1.846,67 m2 dengan range 0-6.600 m2 sedangkan lahan kering rata-rata memiliki luas 2.280 m2 dengan range 1.200-10.000 m2 .


(35)

Luas Lahan Konversi

Luas lahan konversi adalah luas lahan padi sawah yang dialihfungsikan oleh petani sampel menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat range luas lahan yang dialihfungsikan 1.200-3.200 m2 dengan rata-rata lahan sawah yang dialihfungsikan 1706,67 m2.

Umur

Umur adalah usia petani yang dihitung dari tanggal lahirnya sampai saat dilakukan kuesioner (tahun). Berdasarkan Tabel 4.7 rata-rata petani sampel adalah 45,07 tahun dengan range 28-67 tahun. Dari data yang diolah dapat dilihat bahwa petani sampel tergolong masih usia produktif.

Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani adalah lama petani telah bekerja dan bermata pencaharian sebagai petani. Dalam penelitian ini pengalaman dibagi 2 yakni pengalaman bertani padi sawah dan pengalaman berkebun kelapa sawit.berdasarkan data yang diolah rata-rata pengalamanan petani sampel dalan bidang pertanian (sawah dan sawit) 14,5 tahun dengan range 5-30 tahun kemudian rata-rata pengalaman bertani sawah petani sampel 10,46 tahun dengan range 5-25 tahun sedangkan rata-rata pengalaman petani dalam berkebun kelapa sawit 4,03 tahun dengan range 0-10 tahun. Berdasarkan Tabel 4.7 dapat disimpulkan pengalaman sampel di bidang pertanian cukup lama terutama pengalaman bertani padi sawah.


(36)

Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan adalah banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggung jawab petani sampel secara ekonomi. Berdasarkan Tabel 4.7 , rata-rata jumlah tanggungan petani sampel yakni 3,63 orang dengan range 1-9 orang.


(37)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perkembangan Alih Fungsi Lahan di Kecamatan Pegajahan

5.1.1 Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Padi Sawah di Kecamatan Pegajahan

Perkembangan luas lahan dan produksi tanaman padi selama tahun 2008- 2013 di Kecamatan Pegajahan adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1 Perkembangan Produksi, Luas Panen, Produktifitas dan Pertumbuhan Luas Panen Padi Sawah Kecamatan Pegajahan Menurut Tahun 2009 – 2013

Tahun

Padi Sawah Produksi

(ton)

Luas Panen

(ha)

Produktifitas (ton/ha)

Pertumbuhan Luas Panen (%)

2008 11.868 2.485 4,78 0

2009 13.928 2.835 4,91 14,08

2010 9.752 1.960 4,98 -30,86

2011 6.394 1.184 5,4 -39,59

2012 9.184 1.655 5,55 39,78

2013 10.217 1.814 5,63 9,61

Sumber : Diolah dari BPS Serdang Bedagai, 2009-2014

Pada Tabel 5.1 terlihat di Kecamatan Pegajahan luas panen padi sawah mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2009 hingga tahun 2011, pada tahun 2009 luas panen padi sawah di Kecamatan Pegajahan penurunan yang signifikan yakni sebesar 58,23% atau sebesar 1.651 ha. Penurunan luas panen padi sawah ini berturut-turut dari tahun 2010 luas panen padi sawah berkurang sebesar 875 ha kemudian pada tahun 2011 berkurang sebanyak 776 ha hingga luas panen padi sawah menjadi 1.960 ha.


(38)

Penurunan luas panen padi sawah di Kecamatan Pegajahan sebagian besar disebabkan adanya terjadi alih fungsi lahan padi sawah, baik alih fungsi lahan sawah ke komoditi lain seperti menjadi lahan kelapa sawit dan alih fungsi lahan sawah menjadi permukiman, selain itu penurunan luas panen padi sawah ini ada disebabkan oleh gagal panen.

Penurunan luas panen padi sawah di Kecamatan Pegajahan berdampak langsung dengan penurunan produksi gabah basah yang terjadi pada tahun 2009 hingga tahun 2011 sebesar 54% dari produksi gabah basah 13.928 ton pada tahun 2009 berkurang drastis menjadi 6.394 ton pada tahun 2011. Penurunan produksi gabah basah ini terjadi secara bertahap yakni pada tahun 2010 produksi gabah basah turun sebesar 4.176 ton kemudian pada tahun 2011 produksi gabah basah sebesar 3.358 ton.

5.1.2 Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Kelapa Sawit di Kecamatan Pegajahan

Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Kelapa Sawit di Kecamatan Pegajahan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.2 Perkembangan Produksi, Luas Lahan, Produktifitas, dan Pertumbuhan Luas Kelapa Sawit Rakyat Kecamatan Pegajahan Menurut Tahun 2009 – 2013

Tahun

Kelapa Sawit Rakyat Produksi (ton) Luas Lahan (ha) Produktifitas (ton/ha) Pertumbuhan Luas (%)

2008 3.588,05 212 16,92 0

2009 3.606,00 227 15,89 7,08

2010 3.610,01 180,5 20 -20,48

2011 3.643,38 181,5 20,07 0,55

2012 3.679,33 247 14,9 36,09

2013 2.711,55 254 10,68 2,83


(39)

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat luas lahan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2013 yakni sebesar 40,72 % dari luas lahan kelapa sawit rakyat sebesar 181,5 ha meningkat pada tahun 2013 menjadi 254 ha, dengan kata lain luas lahan kelapa sawit rakyat bertambah sebesar 73,5 ha. Peningkatan luas lahan kelapa sawit rakyat terjadi secara bertahap yakni pada tahun 2011 luas lahan sawit rakyat meningkat sebesar 1 ha, pada tahun 2012 luas lahan kelapa sawit bertambah sebesar 65,5 ha, kemudian pada tahun 2013 bertambah sebesar 7 ha.

Pertumbuhan luas panen kelapa sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan dari tahun 2011 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan yang signifikan dengan rata – rata 13,6 %/tahun dengan peningkatan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2012 yakni sebesar 36,09%.

5.1.3 Perbandingan Antara Luas Panen Padi Sawah dengan Luas Panen Kelapa Sawit Rakyat di Kecamatan Pegajahan

Tabel 5.3 Perbandingan Perkembangan Luas Panen Padi Sawah dengan Luas Lahan Kelapa Sawit Rakyat di Kecamatan Pegajahan Menurut Tahun 2009 – 2013

Tahun

Padi Sawah Kelapa Sawit Rakyat Luas

Lahan (ha)

Pertumbuhan Luas Panen (%)

Luas Lahan

(ha)

Pertumbuhan Luas Lahan (%)

2008 2.485 0 212 0

2009 2.835 14,08 227 7,08

2010 1.960 -30,86 180,5 -20,48

2011 1.184 -39,59 181,5 0,55

2012 1.655 39,78 247 36,09

2013 1.814 9,61 254 2,83


(40)

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat pada tahun 2009 hingga tahun 2011 luas panen padi sawah mengalami penurunan akan tetapi luas lahan kelapa sawit rakyat mengalami peningkatan pada tahun 2010 hingga tahun 2013 sehingga ada kemungkinan penurunan luas panen sawah pada tahun 2009 hingga tahun 2011 disebabkan adanya alih fungsi lahan dari lahan persawahan menjadi lahan perkebunan sawit rakyat, untuk mengetahui jumlah luas yang beralih fungsi tersebut tidak dapat diketahui pasti karena tidak adanya data sekunder mengenai luas lahan persawahan yang beralih fungsi di Kecamatan Pegajahan.

5.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Persawahan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Kecamatan Pegajahan Alih Fungsi Lahan merupakan suatu kegiatan yang merubah secara permanen fungsi dan kegiatan dari lahan pertanian ke bidang lainnya . dalam penelitian ini yang ditelitili yakni alih fungsi lahan padi sawah menjadi lahan kelapa sawit rakyat yang terjadi antara tahun 2009 - 2011 pada di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai. Melalui metode snowball sampling ditemukan 30 petani sampel yang mengalihkan areal sawahnya menjadi perkebunan sawit rakyat yang tersebar di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai. Alih fungsi lahan padi sawah menjadi lahan perkebunan sawit rakyat dipengaruhi berbagai faktor yang akan dijelaskan pada subbab selajutnya.

5.2.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan dari padi sawah menjadi lahan sawit di Kecamatan Pegajahan dianalisis dengan metode regresi berganda . Luas lahan yang dialih fungsikan (Y) diduga dipengaruhi oleh jumlah tanggungan (X1), biaya usahatani sebelum alih fungsi lahan (X2), pendapatan total petani


(41)

sebelum alih fungsi lahan (X3), pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi

lahan (X4), produktifitas padi sawah sebelum alih fungsi lahan (X5) dan luas

kepemilikkan lahan (X6). Data yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor

yakni data primer yang didapat dengan cara mewawancara petani sampel. Tabel 5.4 Karakteristik Variabel Penelitian

No Karakteristik Variabel Range Rata - rata 1 Luas Alih Fungsi Lahan (ha) 0,12 - 0,32 0,170

2 Jumlah Tanggungan (orang) 1 – 9 3,63

3 Biaya Usahatani (Rp / bulan) 41.667 - 1.250.000 372.916 4 Pendapatan Total Sebelum Alih

Fungsi Lahan (Rp / bulan) 1.092.500 - 2.860.833 1.833.755 5 Pengeluaran Keluarga Petani

Sebelum Alih Fungsi (Rp / bulan) 1.500.000 - 3.000.000 2.116.666 6 Produktifitas Padi Sawah (ton/ha) 3,10 - 6,25 4,61

7 Luas Kepemilikan Lahan

Sebelum Alih Fungsi (ha) 0,12 - 1,0 0,4065

Sumber : Diolah dari Data Lampiran 2, 2014 Luas Alih Fungsi Lahan

Luas alih fungsi lahan adalah luas lahan padi sawah yang dialihfungsikan oleh petani sampel menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat range luas lahan yang dialihfungsikan 1.200-3.200 m2 dengan rata-rata lahan sawah yang dialihfungsikan 1.706,67 m2.

Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan adalah banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggung jawab petani sampel secara ekonomi seperti istri, anak dan saudara yang menjadi tanggungan petani. Berdasarkan Tabel 5.4, rata-rata jumlah tanggungan petani sampel yakni 3,63 orang dengan range 1-9 orang.


(42)

Biaya Usahatani Sebelum Alih Fungsi

Biaya Usahatani Sebelum Alih Fungsi adalah biaya yang harus dikeluarkan petani dalam menjalankan usahataninya baik dalam usahatani padi sawah maupun usahatani tanaman lainnya yang diusahan petani di lahannya seperti kedelai dalam satu bulan. Biaya usahatani ini melingkupi : bibit, pupuk, pestisida, upah mengolah lahan, upah penanaman,dan lain-lain. Berdasarkan Tabel 5.4 dilihat biaya usahatani rata-rata Rp 358.020 / bulan dengan range Rp 41.666 – Rp 1.250.000 / bulan.

Pendapatan Total Petani Sebelum Alih Fungsi Lahan

Pendapatan total petani sebelum alih fungsi lahan adalah keseluruhan pendapatan yang terima petani dalam sebulan termasuk didalamnya pendapatan dari hasil usahataninya maupun pendatan dari perkerjaan lainnya mengingat responden ada yang menjadikan petani merupakan pekerjan sampingannya. Pekerjaan responden selain bertani yakni : karyawan, buruh, pedagang, tukang dan PNS. Pendapatan dari bidang pertanian bukan hanya dari padi sawah saja karena dalam setahun lahan sawah juga digunakan untuk mengusahakan komoditi lain seperti kacang kedelai, kacang tanah, dan ubi. Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat rata-rata pendapat total petani responden yakni Rp 1.877.802 / bulan dengan range Rp 607.070 – Rp 2.989.899 / bulan.

Pengeluaran Kelurga Petani Sebelum Alih Fungsi

Pengeluaran kelurga petani sebelum alih fungsi adalah biaya yang dikeluarkan petani responden dalam sebulan untuk menghidupi keluarganya seperti biaya makan, sekolah anak, tranportasi, kebutuhan rumah tangga


(43)

lainnya dan termasuk didalamnya biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar utang dan biaya rumah sakit. Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat rata-rata pengeluaran petani responden yakni Rp 2.116.666 dengan range Rp 1.500.000 – Rp 3.000.000 / bulan.

Produktifitas Padi Sawah

Produktifitas padi sawah adalah kemampuan tanah untuk memproduksi sesuatu spesies tanam atau suatu sistem pertanaman pada suatu pengelolan tertentu. Produktifitas ini merupakan tingkat kemampuan produksi lahan petani responden dalam usahatani padi sawah. Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat rata-rata produktifitas lahan sawah petani responden yakni 5,94 ton/ha dengan range 4,50 – 8,75 ton/ha.

Luas Kepemilikkan Lahan

Luas Kepemilikkan adalah jumlah keseluruhan luas lahan yang dimiliki petani baik itu lahan basah maupun lahan kering pada saat sebelum petani mengalihfungsikan lahannya menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Lahan basah bukan hanya digunakan untuk padi sawah akan tetapi juga diusahakan komoditi lainnya seperti kacang kedelai, ubi, dan kacang tanah, sedangkan lahan kering ada juga yang sudah digunakan untuk perkebunan kelapa sawit rakyat. Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat rata-rata luas lahan milik petani yakni 0,406 ha dengan range 0,12 – 1,0 ha.


(44)

5.2.2 Pengaruh Variabel Penelitian Terhadap Alih Fungsi Lahan Pengaruh Jumlah Tanggungan Terhadap Alih Fungsi Lahan

Faktor ini dipilh sebagai faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan padi sawah menjadi lahan perkebunan sawit rakyat karena jumlah tanggungan menentukan biaya kebutuhan pribadi keluarga petani, sehingga semakin banyak jumlah tanggungan petani maka pengeluaran keluarga petani semakin tinggi dan membuat petani untuk meningkatkan pendapatannya, secara langsung dan tidak langsung mendorong petani untuk mengalih fungsikan lahan padi sawahnya menjadi lahan perkebunan kelapa sawit.

Pengaruh Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah Terhadap Alih Fungsi Lahan

Faktor ini dipilh sebagai faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan padi sawah menjadi lahan perkebunan kelapa rakyat karena biaya produksi meliputi biaya yang dikeluarkan petani untuk pemeliharaan, pemupukan bibit, pestisida, upah buruh tani dan lain-lain untuk menunjang usahataninya di lahannya sehingga dapat mempengaruhi keputusan petani untuk mengalihfungsikan lahan padi sawahnya menjadi lahan perkebunan sawit rakyat.

Pengaruh Pendapatan Total Petani Terhadap Alih Fungsi Lahan

Faktor ini dipilh sebagai faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan padi sawah menjadi lahan perkebunan kelapa rakyat karena pendapatan yang didapatkan petani baik dari usahatani padi sawahnya dan diluar itu untuk menghidupi petani dan keluarganya yang dapat menjadi alasan petani dalam


(45)

mengalihfungsikan lahan padi sawahnya menjadi lahan perkebunan sawit rakyat..

Pengaruh Pengeluaran Keluarga Terhadap Alih Fungsi Lahan

Faktor ini dipilh sebagai faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan padi sawah menjadi lahan perkebunan kelapa rakyat karena pengeluaran yang harus dibayar petani dalam menghidupi keluarganya termasuk didalamnya hutang petani, dll. Faktor pengeluaran petani dapat mempengaruhi keputusan petani dalam mengalihfungsikan lahannya.

Pengaruh Produktifitas Padi Sawah Terhadap Alih Fungsi Lahan

Faktor ini dipilih sebagai faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan padi sawah menjadi lahan perkebunan kelapa rakyat karena tingkat produktifitas padi sawah dilahannya menunjukkan tingkat kemampuan lahannya dalam mempengaruhi produksi padi sawah petani sehingga dapat mempengaruhi keputusan petani dalam mengalihfungsikan lahannya.

Pengaruh Luas Kepemilikan Lahan Terhadap Alih Fungsi Lahan

Faktor ini dipilih sebagai faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pegajahan karena besar luas lahan yang dimiliki petani dapat mempengaruhi keputusan petani untuk mengalihfungsikan lahannya.

5.2.3 Interpretasi Model Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk pemaparan mengenai analisis faktor – faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan akan dijelaskan menggunakan persamaan regresi linier berganda.


(46)

Data primer yang didapatkan melalui kuesioner ditabulasi kemudian dianalisis menggunakan SPSS 16 sehingga menghasilkan Lampiran dan dirangkum dalam Tabel 5.5 :

Tabel 5.5 Hasil Analisis Regresi Faktor - faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Padi Sawah Menjadi Pekebunan Kelapa Sawit Rakyat

Penduga Koefisien

Regresi Sig T Sig

Konstanta 0,213 7,758 0

Jumlah Tanggungan -0,001 -0,326 0,747

Biaya Usahatani Sebelum Alih Fungsi -0,000000032 -1,588 0,126 Pendapatan Total Petani Sebelum Alih

Fungsi -0,0000000003 -0,024 0,981

Pengeluaran Keluarga Petani Sebelum

Alih Fungsi 0,000000044 3,96 0,001

Produktifitas Padi Sawah -0,032 -5,346 0

Luas Kepemilikan Lahan 0,073 2,594 0,016

R2 0,685

Fhit 8,335

Sumber : Diolah dari Data Lampiran 3

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dibuat model persamaan sebagai berikut :

Dimana :

Y = Luas Alih Fungsi Lahan Persawahan Menjadi Lahan Perkebunan Sawit Rakyat (ha)

X1 = Jumlah Tanggungan Petani sebelum alih fungsi (orang)

X2 = Biaya Usahatani Sebelum Alih Fungsi (Rp/bulan)

X3 = Pendapatan Total Petani Sebelum Alih Fungsi (Rp/bulan)

X4 = Pengeluaran Keluarga Petani Sebelum Alih Fungsi (Rp/bulan)

X5 = Produktifitas Padi Sawah sebelum Alih Fungsi (ton/ha)


(47)

Model persamaan yang dilampirkan diatas menjelaskan faktor yang paling mempengaruhi alih fungsi lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pegajahan yakni luas kepemilikkan lahan selanjutnya produktifitas padi sawah, jumlah tanggungan petani, pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi, pendapatan total petani sebelum alih fungsi, dan biaya usahatani sebelum alih fungsi.

Kemudian hasil estimasi diatas dapat dilihat bahwa R2 = 0,685 yang bermakna bahwa variabel penelitian seperti jumlah tanggungan petani, biaya usahatani padi sawah sebelum alih fungsi, pendapatan total petani sebelum alih fungsi, pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi, produktifitas padi sawah dan luas kepemilikkan lahan mampu menjelaskan variasi variabel alih fungsi lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat sebesar 68,5% sisanya sebesar 31,5% dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.

Dari hasil uji simultan (serempak) yang dilakukan melihat signifikansi secara bersama-sama variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat (dependentvariable), dari estimasi tersebut diperoleh nilai Fhit sebesar 8,355 lebih

besar dari Ftabel 2,53. Dan nilai Signifikasi uji F pada Tabel 5.5 sebesar 0,000 lebih

kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir yaitu 5%. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima yangberarti oleh jumlah tanggungan petani

(X1), biaya usahatani sebelum alih fungsi (X2), pendapatan total petani sebelum

alih fungsi (X3), pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi (X4),


(48)

sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pegajahan secara signifikan dengan tingkat keyakinan 95%.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Fhit dengan Ftabel.Untuk

Degree of Freedom pada pengujian F adalah v1 = (k-1) = 7-1= 6) dan v2 = (n-k)= (30 - 7 = 23), dijumpai F-tabel; pada á = 0,05 sebesar 2,53.

Sebagaimana yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya, bahwa pengujian secara parsial dilakukan dengan membandingkan nilai thit dengan nilai ttabel. Selain

itu juga dilihat berdasarkan nilai signifikansi (sig) pada hasil estimasi.

Berdasarkan uji parsial (Uji t-statistik) dapat diketahui variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap luas alih fungsi lahan (Y). Pada jumlah sampel (n) = 30, variabel bebas (k) = 6. Koutsoyiannis, (1981) menjelaskan bahwa besarnya k adalah variabel bebas termasuk konstanta. Dengan demikian k = 7 dijumpai Degree of Freedom (df) = 30 - 7 = 23. Pada df dan jumlah parameter 7 dijumpai ttabelpada pengujian α = 0,05 sebesar 2,064.

Kemudian dari hasil estimasi diperoleh hasil uji parsial dan elastisitas setiapvariabel sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar 0,213, nilai ini menunjukkan bahwa luas alih fungsi lahan padi sawah di Kecamatan Pegajahan adalah sebesar 0,213 ha apabila tidak dipengaruhi oleh jumlah tanggungan petani (X1), biaya usahatani

sebelum alih fungsi (X2), pendapatan total petani sebelum alih fungsi (X3),

pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi (X4), produktifitas padi

sawah sebelum alih fungsi (X5) dan luas kepemilikkan lahan (X6).

2. Jumlah tanggungan petani (X1) memiliki thit sebesar -0,326 lebih kecil dari


(49)

0,05 (5%) dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini tidak

sesuai dengan hipotesis awal yakni variabel jumlah tanggungan petani sebelum alih fungsi tidak berpengaruh secara parsial terhadap luas alih fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pegajahan. Koefisien jumlah tanggungan petani sebelum alih fungsi bernilai 0,001, angka ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan jumlah tanggungan petani sebanyak 1 orang maka akan terjadi penurunan luas alih fungsi lahan sebanyak 0,001 ha ceteris paribus. Hal ini terjadi dikarenakan peningkatan jumlah tanggungan petani mempengaruhi biaya usahatani karena peningkatan jumlah tanggungan menambah tenaga kerja dalam keluarga di dalam usahataninya.

3. Biaya usahatani sebelum alih fungsi (X2) memiliki thit sebesar 1,588 lebih

kecil dari ttabel (2,064) dan nilai signifikan t (0,126) lebih besar dari nilai α

sebesar 0,05 (5%) dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini

tidak sesuai dengan hipotesis awal yakni variabel biaya usahatani sebelum alih fungsi tidak berpengaruh secara parsial terhadap luas alih fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pegajahan. Koefisien biaya usahatani sebelum alih fungsi bernilai 0,000000032, angka ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan biaya usahatani sebelum alih fungsi sebanyak Rp 1 maka akan terjadi penurunan luas alih fungsi lahan sebanyak 0,000000032 ha ceteris paribus. Hal ini terjadi dikarenakan biaya usahatani yang ditanggung petani di Kecamatan Pegajahan tidak besar sehingga biaya usahatani ini karena adanya tenaga


(50)

kerja dalam keluarga yang dicurahkan dalam usahatani dan adanya pupuk subsidi dari pemerintah.

4. Pendapatan Total Petani Sebelum Alih Fungsi (X3) memiliki thit sebesar

0,024 lebih kecil dari ttabel (2,064) dan nilai signifikan t (0,981) lebih besar

dari nilai α sebesar 0,05 (5%) dengan demikian H0 diterima dan H1

ditolak. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yakni variabel pendapatan total petani sebelum alih fungsi tidak berpengaruh secara parsial terhadap luas alih fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pegajahan. Koefisien pendapatan total petani sebelum alih fungsi bernilai 0,0000000003, angka ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan peningkatan total petani sebelum alih fungsi sebanyak Rp 1 maka akan terjadi penurunan luas alih fungsi lahan sebanyak 0,0000000003 ha ceteris paribus. Hal ini terjadi dikarenakan pendapatan yang diterima petani bukan hanya dari pekerjaan di bidang pertanian saja akan tetapi pekerjaan utama sebagian besar responden tidak sebagai petani padi sawah akan tetapi pekerjaan diluar bidang pertanian seperti buruh, karyawaan, PNS, pedagang, dan lain-lain.

5. Pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi (X4) memiliki thit sebesar

3,96 lebih besar dari ttabel (2,064) dan nilai signifikan t (0,001) lebih kecil

dari nilai α sebesar 0,05 (5%) dengan demikian H0 ditolak dan H1

diterima. Hal ini bermakna bahwa variabel pengeluaran keluarga petani

sebelum alih fungsi berpengaruh signifikan pada α sebesar 0,05 (5%)

terhadap alih fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan, sesuai dengan hipotesis awal yakni variabel


(51)

pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi berpengaruh secara parsial terhadap luas alih fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pegajahan. Koefisien pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi bernilai 0,0000000443, angka ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan biaya usahatani sebelum alih fungsi sebanyak Rp 1 maka akan terjadi peningkatan luas alih fungsi lahan sebanyak 0,0000000443 ha ceteris paribus. Hal ini terjadi dikarenakan biaya kehidupan yang semakin meningkat dengan jumlah keluarga cukup banyak yakni responden rata-rata 4 sesuai dengan hasil penelitian oleh Pewista (2011) di Kabupaten Bantul yakni penduduk dengan jumlah tanggungan keluarga 4-6 orang yang paling banyak melakukan alih fungsi lahan pertaniannya. Telah kita ketahui bahwa semakin banyaknya tanggungan keluarga tentunya pengeluaran keluarga juga semakin besar. Untuk mendapatkan penghasilan rumah tangga yang besar tentunya akan dilakukan berbagai upaya, tidak sedikit orang yang memiliki lahan pertanian akan mengalihfungsikan lahan pertaniannya untuk menghasilkan tambahan agar dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, dan juga mendukung pernyataan Rahmanto dkk (bahwa karakteristik rumahtangga memiliki hubungan kuat terhadap keragaman persepsi multi fungsi lahan sawah di antaranya mencakup peubah-peubah berikut: (1) usia responden; (2) tingkat pendidikan; (3) jumlah anggota keluarga tertanggung; (4) luas garapan sawah; (5) proporsi pendapatan rumahtangga dari lahan sawah. 6. Produktifitas padi sawah sebelum alih fungsi (X5) memiliki thit sebesar


(52)

dari nilai α sebesar 0,05 (5%) dengan demikian H0 ditolak dan H1

diterima. Hal ini bermakna bahwa variabel produktifitas padi sawah

sebelum alih fungsi berpengaruh signifikan pada α sebesar 0,05 (5%)

terhadap alih fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan, sesuai dengan hipotesis awal yakni variabel produktifitas padi sawah sebelum alih fungsi berpengaruh secara parsial terhadap luas alih fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pegajahan. Hasil ini mendukung hasil temuan Rusastra et al. (1997) di Kalimantan Selatan, alasan utama petani melakukan alih fungsi lahan adalah karena kebutuhan dan harga lahan yang tinggi, skala usaha yang kurang efisien untuk diusahakan akibat rendahnya harga padi sawah, rendahnya produktivitas tanaman padi sawah. Akibat rendahnya harga padi sawah di pasaran maka petani lebih memilih untuk mengalihkan lahan padi sawahnya menjadi lahan pertanian non padi sawah. Koefisien produktifitas padi sawah sebelum alih fungsi bernilai 0,032, angka ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan tingkat produktifitas pdi sawah sebelum alih fungsi sebanyak 1ton/ha maka akan terjadi penurunan luas alih fungsi lahan sebanyak 0,032 ha

ceteris paribus.

7. Luas kepemilikkan lahan petani (X6) memiliki thit sebesar 2,594 lebih

besar dari ttabel (2,064) dan nilai signifikan t (0,016) lebih kecil dari nilai α

sebesar 0,05 (5%) dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini

bermakna bahwa variabel Luas kepemilikkan lahan petani berpengaruh


(53)

menjadi perkebunan sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan, sesuai dengan hipotesis awal yakni variabel Luas kepemilikkan lahan petani berpengaruh secara parsial terhadap luas alih fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pegajahan. Hasil ini mendukung hasil penelitian Pewista (2012) di Kabupaten Bantul, pada luas lahan pertanian < 1.000 m2, dimana sebelum terjadi alih fungsi berjumlah 10 orang atau 14,29%, tetapi kini meningkat menjadi 42 orang atau 60%. Untuk kepemilikan lahan 1.000 – 2.000 m2 sebelum alih fungsi lahan ada 45 orang atau 64,29% tetapi setelah alih fungsi mengalami penurunan menjadi 22 orang atau 31,43%. Sedangkan pemilik lahan > 2.000 m2 juga mengalami penurunan kepemilikan lahan dari 15 orang atau 21,42% menjadi 6 orang atau 8,57%. Penurunan kepemilikan lahan pertanian yang cukup drastis terjadi pada luasan 1.000 – 2.000 m2, dimana sebagian besar telah menyusut menjadi < 1.000 m2. Oleh sebab itulah kepemilikan lahan dengan luas < 1.000 m2 mengalami peningkatan yang drastis pula. Koefisien luas kepemilikkan lahan sebelum alih fungsi bernilai 0,073, angka ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan luas kepemilikkan lhan sebelum alih fungsi sebanyak 1ha maka akan terjadi peningkatan luas alih fungsi lahan sebanyak 0,073 ha ceteris paribus. 5.2.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Dalam suatu model regresi berganda ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi yang secara statistik dapat mengganggu model yang ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang dibentuk. Untuk itu perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik.


(54)

Uji Multikolinearitas

Menurut Ragner Frish dalam Surapto (2005) untuk mendeteksi adanya multikolineritas dapat ditinjau dari beberapa hal berikut :

1. Nilai toleransi lebih besar dari 0,1 2. Nilai VIF lebih kecil dari 10 3. R2 = 1

Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinearitas Faktor - faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Padi Sawah Menjadi Pekebunan Kelapa Sawit Rakyat

Penduga Toleance VIF

Konstanta

Jumlah Tanggungan 0,716 1,397

Biaya Usahatani Sebelum Alih Fungsi 0,381 2,628 Pendapatan Total Petani Sebelum Alih Fungsi 0,776 1,288 Pengeluaran Keluarga Petani Sebelum Alih Fungsi 0,597 1,675

Produktifitas Padi Sawah 0,658 1,519

Luas Kepemilikan Lahan 0,346 2,893

Sumber : Diolah dari Data Lampiran 3

Berdasarkan Tabel 5.6dapat disimpulkan dari masing-masing variabel berada diatas 0,1. Nilai toleransi jumlah tanggungan petani yakni 0,716, biaya usahatani sebelum alih fungsi 0,381, pendapataan total petani sebelum alih fungsi 0,776, pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi 0,597, produktifitas padi sawah 0,658, dan luas kepemilikkan lahan 0,346. Nilai VIF semua variabel dibawah 10. Nilai VIF jumlah tanggungan petani yakni 1,397, biaya usahatani sebelum alih fungsi 2,628, pendapatan total petani sebelum alih fungsi 1,288, pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi 1,675, produktifitas padi sawah 1,519 dan luas kepemilikkan lahan 2,893 sehingga semua variabel di dalam model tidak mengandung multikolineritas.


(55)

Uji Normalitas

Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik tidak menjadi valid untuk sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal, yaitu dengan cara:

a.Analisis Grafik:

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan dengan cara:

Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.


(56)

Gambar 5.1 di atas menunjukkan bahwa sebaran data pada gambar di atas bisa dikatakan tersebar di sekeliling garis diagonal (tidak terpencar jauh dari garis diagonal). Hasil ini menunjukkan bahwa data yang akan diregresi dalam penelitian ini berdistribusi normal atau dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas data bisa dipenuhi.

b. Analisis Uji K-S

Untuk menguji normalitas ini digunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

Merumuskan hipotesis:

H0 : Data residual berdistribusi normal

H1 : Data residua l tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian:

Jika signifikan < 0,05, maka H0 ditolak

Jika signifikan > 0,05, maka H0 diterima

Tabel 5.7 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa Mean -0.00000000000000006

Std.

Deviation 0.025

Most Extreme Differences Absolute 0.127

Positive 0.093

Negative -0.127

Kolmogorov-Smirnov Z 0.697

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.716

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Diolah dari Lampiran 4

Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan pada Tabel 5.7 di atas dapat terlihat bahwa signifikan (nilai Asymp.Sig.) adalah 0,716. Karena: 0,716 > 0,05 maka H0 diterima, Jadi dapat disimpulkan bahwa data residual


(57)

Uji Heteroskedastisitas

Pada penelitian ini untuk pengujian heteroskedastisitas akan digunakan uji koefisien Spearman’s rho. Menurut Priyatno (2008) uji Spearman’s rho adalah mengorelasikan variabel independen dengan residualnya. Pengujian menggunakan tingkat signifikan 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika korelasi antara variabel independen dengan residual memberikan nilai:

a. tingkat sig. > 0,05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. b. tingkat sig. < 0,05, maka terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 5.8 di atas dapat dilihat bahwa korelasi antara variabel independen jumlah tanggungan, biaya usahatani, pendapatan total petani, produktifitas padi sawah, dan luas dengan Unstandardized Residual memiliki nilai tingkat sig. > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.


(58)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Pada tahun 2009 hingga tahun 2011 luas panen padi sawah mengalami penurunan akan tetapi luas lahan kelapa sawit rakyat mengalami peningkatan pada tahun 2010 hingga tahun 2013 sehingga ada kemungkinan penurunan luas panen sawah pada tahun 2009 hingga tahun 2011 disebabkan adanya alih fungsi lahan dari lahan persawahan menjadi lahan perkebunan sawit rakyat.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai yakni : jumlah tanggungan, biaya usahatani sebelum alih fungsi lahan, pendapatan total petani sebelum alih fungsi lahan, pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi lahan, produktifitas padi sawah sebelum alih fungsi lahan dan luas kepemilikkan lahan.

3. R2 = 0,685 yang bermakna bahwa variabel penelitian seperti jumlah tanggungan petani, biaya usahatani padi sawah sebelum alih fungsi, pendapatan total petani sebelum alih fungsi, pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi, produktifitas padi sawah dan luas kepemilikkan lahan mampu menjelaskan variasi variabel alih fungsi lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat sebesar 68,5% sisanya sebesar 31,5% dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.


(59)

4. Secara serempak variabel jumlah tanggungan, biaya usahatani sebelum alih fungsi lahan, pendapatan total petani sebelum alih fungsi lahan, pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi lahan, produktifitas padi sawah sebelum alih fungsi lahan dan luas kepemilikkan lahan berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat.

5. Secara parsial faktor yang mempengaruhi alih alih fungsi lahan padi sawah menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan yakni : pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi lahan, produktifitas padi sawah sebelum alih fungsi lahan dan luas kepemilikkan lahan berpengaruh signifikan terhadap alih fungsi lahan

6.2 Saran

1. Kepada Pemerintah Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Berdagai

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengeluaran keluarga petani sebelum alih fungsi lahan, produktifitas padi sawah sebelum alih fungsi lahan dan luas kepemilikkan lahan berpengaruh signifikan terhadap alih fungsi lahan padi sawah menjadi lahan perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Pegajahan. Oleh karena itu penulis menyarankan peran kontrol Pemerintah Kecamatan Pegajahan agar dapat memperkecil terjadinya alih fungsi lahan tanaman padi sawah menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat, yaitu dengan cara :


(60)

a. Peningkatan pengawasan dan penegasan penegakan undang-undang dalam pencegahan alih fungsi lahan padi sawah di Kecamatan Pegajahan.

b. Perlunya pengadaan bibit unggul subsidi agar petani mudah mendapatkan bibit unggul yang bersubsidi sehingga dapat meningkatkan produktifitas lahan padi sawahnya.

c. Perlunya pengadaan lumbung serta alsintan untuk kelompok tani sehingga pendapatan dari padi sawah meningkat.

2. Kepada Dinas PSDA dan Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Berdagai

a. Perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas air irigasi di Kecamatan Pegajahan.

b. Perlunya perbaikan saluran irigasi sekunder dan tersier untuk menunjang usahatani padi saawah di Kecamatan Pegajahan.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melihat pengaruh alih fungsi lahan disarankan dapat meneliti variabel-variabel seperti : debit air irigasi, harga pupuk, harga pestisida, harga bibit, serta partisipasi dalam kelompok tani.


(1)

(2)

Lampiran 3 Data Analisis Regresi Berganda

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .035 6 .006 8.355 .000a

Residual .016 23 .001

Total .051 29

a. Predictors: (Constant), Luas Sawah Petani, Pendapatan Total Petani Sebelum Alih Fungsi, Jumlah Tanggungan, Produktifitas Padi Sawah, Pengeluaran Keluarga Petani Sebelum Alih Fungsi, Biaya Usahatani Sebelum Alih Fungsi


(3)

Tabel Uji F

N1 N2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 161 199 216 225 230 234 237 239 241 242

2 18.5 19 19.2 19.3 19 19.3 19.4 19.4 19.4 19

3 10.1 9.6 9.28 9.12 9 8.94 8.89 8.85 8.81 8.8

4 7.71 6.9 6.59 6.39 6.3 6.16 6.09 6.04 6 6

5 6.61 5.8 5.41 5.19 5.1 4.95 4.88 4.82 4.77 4.7

6 5.99 5.1 4.76 4.53 4.4 4.28 4.21 4.15 4.1 4.1

7 5.59 4.7 4.35 4.12 4 3.87 3.79 3.73 3.68 3.6

8 5.32 4.5 4.07 3.84 3.7 3.58 3.5 3.44 3.39 3.4

9 5.12 4.3 3.86 3.63 3.5 3.37 3.29 3.23 3.18 3.1

10 4.96 4.1 3.71 3.48 3.3 3.22 3.14 3.07 3.02 3

11 4.84 4 3.59 3.36 3.2 3.09 3.01 2.95 2.9 2.9

12 4.75 3.9 3.49 3.26 3.1 3 2.91 2.85 2.8 2.8

13 4.67 3.8 3.41 3.18 3 2.92 2.83 2.77 2.71 2.7

14 4.6 3.7 3.34 3.11 3 2.85 2.76 2.7 2.65 2.6

15 4.54 3.7 3.29 3.06 2.9 2.79 2.71 2.64 2.59 2.5

16 4.49 3.6 3.24 3.01 2.9 2.74 2.66 2.59 2.54 2.5

17 4.45 3.6 3.2 2.96 2.8 2.7 2.61 2.55 2.49 2.5

18 4.41 3.6 3.16 2.93 2.8 2.66 2.58 2.51 2.46 2.4

19 4.38 3.5 3.13 2.9 2.7 2.63 2.54 2.48 2.42 2.4

20 4.35 3.5 3.1 2.87 2.7 2.6 2.51 2.45 2.39 2.4

21 4.32 3.5 3.07 2.84 2.7 2.57 2.49 2.42 2.37 2.3

22 4.3 3.4 3.05 2.82 2.7 2.55 2.46 2.4 2.34 2.3

23 4.28 3.4 3.03 2.8 2.6 2.53 2.44 2.37 2.32 2.3

24 4.26 3.4 3.01 2.78 2.6 2.51 2.42 2.36 2.3 2.3

25 4.24 3.4 2.99 2.76 2.6 2.49 2.4 2.34 2.28 2.2

26 4.23 3.4 2.98 2.74 2.6 2.47 2.39 2.32 2.27 2.2

27 4.21 3.4 2.96 2.73 2.6 2.46 2.37 2.31 2.25 2.2

28 4.2 3.3 2.95 2.71 2.6 2.45 2.36 2.29 2.24 2.2

29 4.18 3.3 2.93 2.7 2.6 2.43 2.35 2.28 2.22 2.2

30 4.17 3.3 2.92 2.69 2.5 2.42 2.33 2.27 2.21 2.2


(4)

Lampiran 3 Data Analisis Regresi Berganda

Tabel Uji T

d.f. TINGKAT SIGNIFIKANSI

dua sisi 20% 10% 5% 2% 1% 0.2% 0.1%

satu sisi 10% 5% 2.5% 1% 0.5% 0.1% 0.05%

1 3.078 6.314 12.706 31.821 63.657 318.309 636.619

2 1.886 2.920 4.303 6.965 9.925 22.327 31.599

3 1.638 2.353 3.182 4.541 5.841 10.215 12.924

4 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604 7.173 8.610

5 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032 5.893 6.869

6 1.440 1.943 2.447 3.143 3.707 5.208 5.959

7 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499 4.785 5.408

8 1.397 1.860 2.306 2.896 3.355 4.501 5.041

9 1.383 1.833 2.262 2.821 3.250 4.297 4.781

10 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169 4.144 4.587

11 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106 4.025 4.437

12 1.356 1.782 2.179 2.681 3.055 3.930 4.318

13 1.350 1.771 2.160 2.650 3.012 3.852 4.221

14 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977 3.787 4.140

15 1.341 1.753 2.131 2.602 2.947 3.733 4.073

16 1.337 1.746 2.120 2.583 2.921 3.686 4.015

17 1.333 1.740 2.110 2.567 2.898 3.646 3.965

18 1.330 1.734 2.101 2.552 2.878 3.610 3.922

19 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861 3.579 3.883

20 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845 3.552 3.850

21 1.323 1.721 2.080 2.518 2.831 3.527 3.819

22 1.321 1.717 2.074 2.508 2.819 3.505 3.792

23 1.319 1.714 2.069 2.500 2.807 3.485 3.768

24 1.318 1.711 2.064 2.492 2.797 3.467 3.745

25 1.316 1.708 2.060 2.485 2.787 3.450 3.725

26 1.315 1.706 2.056 2.479 2.779 3.435 3.707

27 1.314 1.703 2.052 2.473 2.771 3.421 3.690

28 1.313 1.701 2.048 2.467 2.763 3.408 3.674

29 1.311 1.699 2.045 2.462 2.756 3.396 3.659


(5)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .02534310

Most Extreme Differences Absolute .127

Positive .093

Negative -.127

Kolmogorov-Smirnov Z .697

Asymp. Sig. (2-tailed) .716

a. Test distribution is Normal.


(6)

Lampiran 5 Correlations Jumlah Tanggungan Biaya Usahatani Sebelum Alih Fungsi Pendapatan Total Petani Sebelum Alih Fungsi Pengeluaran Keluarga Petani Sebelum Alih Fungsi Produktifitas Padi Sawah Luas Sawah Petani Unstandardized Residual

Spearman's rho Jumlah Tanggungan Correlation Coefficient 1.000 .519** .106 .508** .297 .322 -.033

Sig. (2-tailed) . .003 .577 .004 .111 .083 .862

N 30 30 30 30 30 30 30

Biaya Usahatani Sebelum Alih Fungsi

Correlation Coefficient .519** 1.000 -.041 .594** .222 .665** -.012

Sig. (2-tailed) .003 . .832 .001 .238 .000 .951

N 30 30 30 30 30 30 30

Pendapatan Total Petani Sebelum Alih Fungsi

Correlation Coefficient .106 -.041 1.000 .263 .313 -.074 .036

Sig. (2-tailed) .577 .832 . .160 .092 .696 .848

N 30 30 30 30 30 30 30

Pengeluaran Keluarga Petani Sebelum Alih Fungsi

Correlation Coefficient .508** .594** .263 1.000 .468** .283 -.081

Sig. (2-tailed) .004 .001 .160 . .009 .130 .669

N 30 30 30 30 30 30 30

Produktifitas Padi Sawah Correlation Coefficient .297 .222 .313 .468** 1.000 .307 .022

Sig. (2-tailed) .111 .238 .092 .009 . .099 .909

N 30 30 30 30 30 30 30

Luas Sawah Petani Correlation Coefficient .322 .665** -.074 .283 .307 1.000 .087