dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1835. Teh jenis Assam mulai masuk ke Indonesia Jawa dari Sri Lanka Ceylon pada tahun 1877, dan
ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat. Dengan masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman
teh China diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas. Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh di daerah
Simalungun, Sumatera Utara http:www.pn8.co.id
.
2.2 Manfaat Teh bagi Kesehatan
Minum teh ternyata tak hanya menyegarkan. Para ahli terus melakukan penelitian tentang manfaat teh, khususnya terhadap kesehatan.
Teh hijau, misalnya diketahui memiliki antioksidan alami yang disebut polyphenol, yang dapat membantu menghalangi pertumbuhan sel kanker kulit. Selain itu,
pengaruh antioksidan tersebut membantu liver berfungsi lebih efektif, sehingga teh hijau juga dapat membantu mempercepat tingkat metabalisme.
Manfaat lain yang terus diteliti adalah kaitannya dengan mencegah penyakit jantung. Seperti diketahui, pengaruh ontioksidan juga dapat membantu mencegah
oksidasi kolesterol LDL dalam arteri sehingga membantu menurunkan kadar kolesterol LDL.
Bagi penderita diabetes, kandungan polyphenol juga bermanfat untuk membantu menurunkan tingkat gula darah. Seperti diketahui, tingginya glukosa dan
insulin dalam darah memungkinkan orang terkena diabetes.
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
Bahkan teh hijau juga diduga memiliki manfaat terhadap kanker. Sebuah percobaan sekitar 20 tahun yang lalu membuka wacana tentang hal ini dan meski
masih banyak perdebatan namun konsumsi teh hijau kerap diasosiasikan dengan pengurangan risiko berbagai penyakit kanker
http:www.depkes.go.id .
2.3 Sejarah Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848, saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari
Mauritius dan Amsterdam lalu ditanam di kebun Raya Bogor. Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara
komersial. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet orang Belgia. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai
lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera Deli dan Aceh. Luas areal
perkebunan mencapai 5.123 Ha. Pada tahun 1919 mengekspor minyak sawit sebesar 576 ton dan pada tahun
1923 mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bisa menggeser dominasi
ekspor Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami penyusutan
sebesar 16 dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawitpun di
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 1949, pada hal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.
Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik dan keamanan. Untuk
mengamankan jalannya produksi, pemerintah meletakkan perwira militer di setiap jenjang manejemen perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL Buruh
Militer yang merupakan kerja sama antara buruh perkebunan dan militer. Perubahan manejemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta keamanan dalam negeri
yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan keja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan sektor penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan mencapai 294.560 Ha
dengan produksi CPO Crude Palm Oil sebesar 721.172 ton. Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat.
Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang melaksanakan program Perusahaan.
http:id.wikipedia.org .
2.3.1 Keunggulan Kelapa Sawit
Kelapa sawit mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya seperti kacang kedele, kacang tanah dan lain-lain,
sehingga harga produksi menjadi lebih ringan.
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
Masa produksi kelapa sawit yang cukup panjang 25 tahun juga akan turut mempengaruhi ringannya biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha kelapa
sawit. Kelapa sawit juga merupakan tanaman yang paling tahan hama dan penyakit dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Jika dilihat dari konsumsi
per kapita minyak nabati dunia mencapai angka rata-rata 25 kgtahun setiap orangnya, kebutuhan ini akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk
dan meningkatnya konsumsi per kapita. Supply sawit di dunia saat ini sangat terbatas, karena kelapa sawit hanya dapat
dibudidayakan di daerah katuilistiwa dan diperkirakan hanya 2 dari belahan lahan di dunia. Daerah ideal bagi perkebunan kelapa sawit adalah Malaysia dan Indonesia,
akibatnya, proses produksi kelapa sawit belum mencukupi konsumsi dunia. http:www.depperin.go.id
.
2.3.2 Peranan Kelapa Sawit Dalam Perekonomian Indonesia
Dalam perekonomian Indonesia, kelapa sawit dalam hal ini minyaknya mempunyai peran yang cukup strategis, karena :
1. Minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng, sehingga pasokan yang kontiniu ikut menjaga kestabilan harga dari minyak goreng tersebut. Ini
penting sebab minyak goreng merupakan salah satu dari 9 bahan pokok kebutuhan masyarakat sehinga harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat.
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
2. Sebagai salah satu komoditas pertanian andalan ekspor non migas, komoditi ini mempunyai prospek yang baik sebagai sumber dalam perolehan devisa maupun
pajak. 3. Dalam proses produksi maupun pengolahan juga mampu menciptakan
kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sampai pertengahan tahun 1970 an minyak kelapa merupakan pemasok utama
dalam kebutuhan minyak nabati dalam negeri. Baik minyak goreng maupun industri pangan lainnya lebih banyak menggunakan minyak kelapa dari pada minyak sawit.
Produksi kelapa yang cenderung menurun selam 20 tahun terakhir ini menyebabkan pasokannya tidak terjamin, sehingga timbul krisis minyak kelapa pada awal tahun
1970. Di sisi lain, produksi minyak kelapa sawit cenderung meningkat sehingga kedudukan minyak kelapa digantikan oleh kelapa sawit, terutama dalam industri
minyak goreng. Dari segi perolehan devisa, selama beberapa tahun terkhir ini kondisinya kurang baik. Volume ekspor selama dekade terakhir ini memang selalu
meningkat, akan tetapi peningkatannya tidak selalu diikuti oleh peningkatan dalam nilainya. Hal ini terjdi karena adanya fluktuasi harga di pasaran Internasional.
http:www.depperin.go.id .
2.3.3 Perkembangan Industri Kelapa Sawit
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber
penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit.
Berkembangnya subsektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif, terutama
kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIRBun dan dalam pembukaan
wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta. http:www.depperin.go.id
.
2.3.4 Industri Minyak Kelapa Sawit
Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak,
kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian produk. Kelapa sawit bermutu prima SQ, Special
Quality mengandung asam lemak FFA, Free Fatty Acid tidak lebih dari 2 pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5
FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1 - 22,2 tertinggi dan kadar asam lemak bebas 1,7 - 2,1
terendah. http:www.depperin.go.id
.
2.3.5 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit
Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti: pertama, benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu
minyak kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya,
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu
diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.
Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu
keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih Diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak
faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemprosesan dan pengangkutan. Dari
beberapa faktor yang berkaitan dengan standar mutu minyak sawit tersebut, didapat hasil dari pengolahan kelapa sawit, seperti di bawah ini :
a Crude Palm Oil b Crude Palm Stearin
c RBD Palm Oil d RBD Olein
e RBD Stearin f Palm Kernel Oil
g Palm Kernel Fatty Acid h Palm Kernel
i Palm Kernel Expeller PKE j Palm Cooking Oil
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
k Refined Palm Oil RPO l Refined Bleached Deodorised Olein ROL
m Refined Bleached Deodorised Stearin RPS n Palm Kernel Pellet
o Palm Kernel Shell Charcoal http:www.depperin.go.id
. 2.4
Harga
2.4.1
Pengertian harga Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran
suatu produk Dalam menjalankan suatu perusahaan, pimpinan perusahaan harus jeli untuk membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berkaitan dengan jalannya
kegiatan operasional perusahaan. Kesalahan dalam peengambilan keputusan dalam suatu perusahaan akan sangat berpengaruh terhadap perusahaan itu sendiri.
Mengenai istilah harga banyak sekali pendapat para ahli yang saling berbeda, diantaranya pengertian harga menurut :
1. Swastha. B dan Irawan 2000 : “Harga adalah jumlah uang ditambah beberapa produk kalau mungkin yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi
dari produk dan pelayanannya”. 2. Lamb, Hair, Mc. Daniel 2001 : “Harga merupakan sesuatu yang diserahkan
dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang maupun jasa”.
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
3. Kotler dan Amstrong 1997 : harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang ditukarkan konsumen untuk mamfaat
memiliki atau menggunakan produk atau jasa”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga adalah suatu jumlah uang
yang oleh konsumen dijadikan alat untuk memperoleh produk yang dijual perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka. Harga juga menyatakan ukuran uang
dalam jumlah tertentu yang dibayar oleh konsumen atau pelanggan dalam rangka mendapatkan produk tertentu yang mereka inginkan. Harga ditetapkan oleh suatu
perusahaan setelah produk dihasilkan dan memiliki nilai untuk dijual kepada konsumen. Dengan adanya harga maka konsumen dapat memberikan sejumlah nilai
dari uang agar mereka dapat memperoleh produk yang dihasilkan perusahaan untuk kemudian dikonsumsi oleh mereka.
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Harga
Kebijakasanan harga tidak dapat didasarkan hanya oleh adanya faktor didalam perusahaan atau kebijaksanaan pimpinan semata, tetapi banyak dipengaruhi berbagai
factor untuk menetapkan tingkat harga jual kepada pasar. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga antara lain seperti Kotler dan Amstrong
2000, menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi harga didasarkan pada faktor intern perusahaan dan faktor eksternal perusahaan. Adapun faktor-faktor diatas yaitu :
1. Faktor internal perusahaan :
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
a Sasaran pemasaran
b Strategi bauran pemasaran c Biaya
d Pertimbangan organisasi 2. Faktor
eksternal a Elastisitas
permintaan b Kondisi perekonomian
c Persaingan d Permintaan dan Penawaran
e Pengawasan pemerintah
Dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan harga jual maka dapat disimpulkan secara singkat mengenai situasi yang mempengaruhi harga jual.
Situasi tersebut terdiri dari tiga 3 faktor yang merupakan ringkasan dari faktor- faktor yang mempengaruhi kebijaksanaan harga Mas ud , 1998, yaitu :
1. Laba dan tujuan-tujuan lain Faktor-faktor lain selain pasar dan biaya bisa dimasukkan dalam faktor ketiga ini.
2. Situasi pasar Disini meliputi konsumen. sifat produk, sifat pasar dan sebagainya.
3. Biaya produksi dan operasi Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membuat barang atau produk dan
biaya produk bisa sampai ketangan konsumen.
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
2.4.3 Tujuan Penentuan Harga
Untuk memudahkan suatu perusahaan dalam memasarkan produk yang dihasilkan maka terlebih dahulu harus ditetapkan harga jual dari produk tersebut. Ada
beberapa tujuan dilakukannya penetapan harga jual terhadap suatu produk. Hal ini seperti dikemukan oleh lamb, Hair, Mc. Daniel 2001 menyatakan
tujuan-tujuan dari penetapan harga jual terhadap suatu produk : 1.
Penetapan harga mark-up Menurut Basu Swasta dan Irawan 2000 mendefenisikan penetapan harga mark-
up sebagai berikut : “ Mark-Up merupakan jumlah rupiah yang ditambahkan pada biaya dari suatu
produk untuk menghasilkan harga jual”. Keuntungan terbesar dari harga mark-up ini adalah kesederhanaannya.
Kelemahan utamanya adalah mengakibatkan permintaan dan mungkin menghasilkan harga barang dagangan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
2. Profit Maximization
Metode profit maximization ini dilakukan ketika pendapatan marjinal sama dengan biaya marjinal. Lamb, Hair, Mc. Daniel 2001 mendefenisikan pendapatan
marjinal yaitu: “Pendapatan ekstra yang berhubungan dengan penjualan suatu unit ekstra dari out
put”.
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
3. Penetapan harga titik impas
Perusahaan akan berusaha menetapkan harga yang mencapai titik impas menghasilkan laba sasaran yang dicarinya. Metode penetapan ini biasanya digunakan
oleh penggelola sarana umum, yang tidak boleh melakukan pengembalian yang wajar atas investasi mereka.
Mc Carthy dan Perreault 1995 menjelaskan tujuan penetapan harga dalam gambar berikut :
Berorientasi laba
Target laba
Memaksimumkan laba
Pertumbuhan penjualan
Pertumbuhan pangsa pasar
Menghadapi persaingan
Berorientasi penjualan
Status Quo
Persaingan bukan harga
Tujuan Penjualan
Target laba
Gambar 2.1. Tujuan Penetapan Harga
Sumber : Mc Carthy dan Perreault 1995
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
Berdasarkan kutipan diatas maka dapat dikemukan bahwa ada tiga tujuan penetapan haga jual yaitu :
1. Tujuan berorientasi laba
2. Tujuan berorientasi penjualan
3. Tujuan penetapan harga status quo
2.5 Produktivitas
Produktivitas merupakan rasio dari output yang diproduksi per unit sumberdaya input yang digunakan. Tingkat produktivitas berarti sejumlah output
dari sumberdaya yang digunakan, dengan pilihan sejumah tenaga kerja, material dan beberapa kombinasi sumberdaya yang mungkin. Produktivitas mengukur
kemungkinan variasi yang menyangkut kedua aspek baik output maupun input yang digunakan, sehingga dimungkinkan adanya produktivitas tenaga kerja, produktivitas
kapital dan lain-lain Sudarsono, 1995. Menurut Nicholson 1994, produktivitas dinyatakan sebagai sebuah ukuran
efisiensi, yakni konsep teknis yang mengacu pada perbandingan output terhadap input. Semakin besar nilai perbandingan tersebut menunjukkan semakin tingginya
tingkat produktivitas, misalnya produktivitas lahan. Produktivitas mengacu pada kemampuan satu unit input untuk menghasilkan tingkat output tertentu pada periode
waktu tertentu.
Jan Ericson Chandra Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Simalungun, 2009
2.6 Landasan Teori dan Konsep Ekonomi