Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hubungan hukum antara bank dengan para nasabahnya adalah hubungan kontraktual, begitu seorang nasabah menjalin hubungan dengan bank maka
pada dasarnya terciptalah hubungan kontraktual antara mereka, dimana hubungan hukum antara nasabah dengan bank terjadi setelah kedua belah
pihak menandatangani penjanjian sesuai dengan Pasal 1320, Pasal 1332, 1333 dan Pasal 1334 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan berkaitan dengan
suatu yang halal dalam Pasal 1335, 1334, dan 1337 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Selain itu Penerapan Peraturan Bank Indonesia Nomor
76PBI2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah ditujukan untuk melindungi nasabah dari
penyimpangan-penyimpangan yang ditimbulkan akibat kesalahan operasional bank. Penerapan kerahasiaan bank dilakukan untuk menjaga, meyakinkan dan
menenangkan nasabah ketika ia menyerahkan keterangan pribadinya yang bersifat rahasia kepada bank yang mempunyai hubungan kontraktual tersebut.
Sehingga nasabah bersedia menyimpan uangnya di bank, maka rahasia pribadi
Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009
tentang penyimpan dan simpanannya harus dirahasiakan. Dengan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. Untuk melindungi nasabah pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia sebagai bank pengawas menerbitkan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan
prinsip mengenal nasabah know your customer principle ini, guna melindungi nasabah dan juga bank dari tindak kejahatan perbankan dan
mengantisipasi terjadinya transaksi mencurigakan yang berhubungan dengan tindak pidana pencucian uang Money Laundering.
Bahwa terdapat hubungan antara prinsip mengenal nasabah know your customer principle dengan prinsip rahasia bank.
3. Penyebab yang dominan mengenai munculnya kasus rahasia bank adalah karena pengaturan rahasia yang masih kurang lengkap, sehingga kurang
memberikan kepastian hukum bagi pihak-pihak yang terkait. Ketidak pastian ini dapat menimbulkan berbagai macam masalah, apabila tidak diatasi dapat
menimbulkan inefisiensi terhadap ketentuan rahasia bank. Dari aspek sanksi hukum terhadap pelanggaran prinsip rahasia bank sangat berat, hal ini dapat
dilihat dari Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 khususnya dari Pasal 41, 41 A, 42, 43, 44 A 1, 44 A 2, dimana hukuman bagi pelanggar prinsip
rahasia bank ini bersifat Kumulatif penjara dan denda dan bukan hukuman denda.
Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009
Kerahasiaan bank yang dianut di Indonesia adalah menganut teori relatif relative theory, dimana teori ini membolehkan bahwa kerahasiaan bank dapat
dibuka diungkap untuk kepentingan umum dan pribadi seperti: Untuk kepentingan perpajakan, untuk kepentingan piutang bank, untuk kepentingan
pemeriksaan pidana, untuk kepentingan pemeriksaan perdata, untuk kepentingan tukar-menukar informasi antar bank serta untuk kepentingan
kewarisan.
B. Saran