Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009
tertentu. Tetapi mengenai pihak yang harus menyimpan rahasia karena profesi dan pekerjaannya hampir sama ketentuannya dengan di Swiss yaitu menyangkut semua
pihak yang berhubungan dengan kegiatan bank pihak-pihak terafiliasi.
114
Kata “kecuali” dalam Pasal 40 ayat 1 ini merupakan pembatasan terhadap berlakunya
rahasia bank. Mengenai keterangan yang yang disebutkan dalam pasal-pasal yang dikecualikan itu, bank boleh mengungkapkannya tidak merahasiakannya.
115
1. Untuk kepentingan Perpajakan Pasal 41
Mengenai kemungkinan penerobosan kerahasiaan bank dapat dilakukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perbankan adalah:
2. Untuk kepentingan piutang bank Pasal 41. A 3. Untuk kepentungan peradilan pidana Pasal 42
4. Untuk kepentingan pemeriksaan peradilan perdata Pasal 43 5. Untuk kepentingan tukar-menukar informasi antar bank Pasal 44
6. Untuk kepentingan pihak lain yan ditunjuk nasabah Pasal 44 A ayat 1 dan
untuk kepentingan penyelesaian kewarisan Pasal 44 A ayat 2.
Untuk kepentingan perpajakan, penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang NegaraPanitia Urusan Piutang
114
Muhamad Djumhana, Op.cit, hal 148.
115
Abdul Kadir Muhamad, Hukum Perusahan Indonesia, Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bhakti, 2002, hal. 420.
Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009
Negara, dan kepentingan peradilan dalam perkara pidana, wajib terlebih dahulu memperoleh perintah atau ijin tertulis untuk membuka rahasia bank dari Pimpinan
Bank Indonesia, sedangkan untuk kepentingan peradilan dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, tukar-menukar informasi antar bank, permintaan,
persetujuan atau kuasa dari Nasabah Penyimpan yang dibuat secara tertulis, permintaan ahli waris yang sah dari Nasabah Penyimpan yang telah meninggal dunia,
tidak memerlukan perintah atau ijin tertulis untuk membuka rahasia bank dari
Pimpinan Bank Indonesia 1. Untuk kepentingan perpajakan
Pasal 41 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan 1998 mengatakan bahwa untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank Indonesia atas
permintaan Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta
surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan tertentu kepada pejabat pajak.
Dalam pasal ini ditentukan unsur-unsur yang wajib dipenuhi agar rahasia bank dapat dibuka atau diungkapkan. Unsur-unsur tersebut adalah:
116
1. Untuk kepentingan perpajakan
116
Abdul Kadir Muhamad, Op.cit, hal. 421
Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009
2. Atas permintaan tertulis Menteri Keuangan. 3. Atas permintaan tertulis pemimpin Bank Indonesia.
4. Dilakukan oleh bank dengan menberikan keterangan dan memperlihatkan bukti- bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan
yang namanya disebutkan dalam permintaan tertulis Menteri Keuangan. 5. Kepada pejabat pajak yang namanya disebutkan dalam perintah tertulis
pemimpin Bank Indonesia. Pembukaan rahasia bank ini dilakukan untuk keperluaan pemerikasaan dan
penyidikan perpajakan, maka pembukaannya harus ada permintaan tertulis dari Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud Pasal 40 ayat 1. Adapun mengenai
keperluan untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan lainnya maka tidak diperlukan permintaan. Hal demikian didasarkan kepada
ketentuan Pasal 35 ayat 1 dan 2 berikut penjelasannya dari Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1994, yaitu untuk kepentingan menjalankan peraturan perundang-
undangan pajak, pihak pajak dapat langsung meminta keterangan atau bukti dari bank mengenai keadaan keuangan nasabahnya sepanjang mengenai perpajakannya.
117
117
Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Op.cit hal.169
Ketentuan tersebut memberikan landasan kepada pihak pajak untuk lebih bertindak
Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009
cepat, namun kemudian pihak pajak tetap harus lebih bijaksana karena menyangkut area yang sangat dekat dengan kerahasiaan bank.
Pengaturan rahasia bank sebagaimana dianut berbagai negara di dunia mirip dengan Indonesia, dimana pengaturan rahasia banknya tidak menganut konsep
rahasia bank bersifat mutlak, artinya keterangan tentang nasabah dan keadaan keuangannya harus dirahasiakan dalam segala situasi dan kondisi tanpa kecuali.
Tetapi yang dianut adalah sebaliknya, yaitu konsep rahasia bank bersifat relatif, dimana keterangan tentang nasabah dan keadaan keuangan harus dirahasiakan dalam
batas-batas tertentu dan terdapat kemungkinan untuk menerobosnya dengan alasan tertentu, misalnya untuk kepentingan umum. Artinya, konsep rahasia bank di
Indonesia kemungkinan dapat diterobos dengan alasan kepentingan umum, disini termasuk untuk kepentingan perpajakan. Undang-Undang Perbankan yang berlaku
sekarang ini memberikan fasilitas untuk terobosan rahasia bank tersebut, dimana untuk kepentingan perpajakan penorobosan rahasia bank dapat dilakukan dengan
surat tertulis dari pimpinan Bank Indonesia. Pasal 41 ayat 1 Undang-Undang Perbankan menyatakan bahwa untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank
Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti
Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009
tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan Nasabah Penyimpan tertentu kepada pejabat pajak.
118
Di dalam Pasal 41. A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 mengatakan bahwa untuk penyelesian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan
Piutang dan Lelang NegaraPanitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang NegaraPanitia
urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah debitur. Izin tersebut diberikan:
2. Untuk Kepentingan Penyelesian Piutang Bank