Untuk Kepentingan Penyelesian Piutang Bank

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009 tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan Nasabah Penyimpan tertentu kepada pejabat pajak. 118 Di dalam Pasal 41. A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 mengatakan bahwa untuk penyelesian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang NegaraPanitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang NegaraPanitia urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah debitur. Izin tersebut diberikan:

2. Untuk Kepentingan Penyelesian Piutang Bank

119 b. Atas permintaan tertulis dari Kepala BUPLNKetua PUPN dengan menyebutkan: 1. Nama dan jabatan pejabat BUPLNPUPN yang meminta keterangan; 2. Nama nasabah debitor yang bersangkutan yang diperlukan keterangan; dan 3. Alasan diperlukannya keterangan dari nasabah debitor tersebut. c. Izin tersebut dengan sendirinya: 1. Diberikan secara tertulis; 118 Bismar Nasution, Permasalahan Hukum Dalam Kebijakan Perpajakan di Indonesia, Makalah, Disampaikan pada Seminar Nasional “Reposisi Keuangan Negara dan Kebijakan Perpajakan di Indonesia: Telaah Kritis RUU Perpajakan”, yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Hukum dan Kepemerintahan Yang Baik Center for Law and Good Governance Studies Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Medan, tanggal 8 Desember 2005. 119 Rachmadi Usman, Op.cit, hal 157-158. Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009 2. Menyebutkan nama dan jabatan pejabat BUPLNPUPN yang meminta keterangan; 3. Menyebutkan nama nasabah debitor yang akan dimintai keterangan berkaitan dengan utang bank yang diserahkan kepada BPUPLNPUPN; 4. Mencantumkan keperluan keterangan tersebut dikaitkan dengan urusan penyelesaian piutang bank. 3. Untuk kepentingan peradilan pidana Di dalam Pasal 42 ayat 1 disebutkan bahwa untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin kepada Polisi, Jaksa atau Hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada bank. Izin tersebut diperoleh dengan cara seperti diatur pada ayat 2 dan 3 dari Pasal 42 a. Atas permintaan tertulis dari: 1. Kepala Kepolisian Republik Indonesia dalam tahap penyidikan; 2. Jaksa Agung dalam tahap penuntutan; 3. Ketua Mahkamah Agung dalam tahap pemeriksaan dimuka Pengadilan. b. Pemberian izin Pimpinan Bank Indonesia tersebut: 1. Dibuat secara tertulis 2. Menyebutkan namadan jabatan polisi, jaksa, atau hakim yang meminta; 3. Nama tersangka atau terdakwa ; Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009 4. Alasan diperlukannya keterangan; dan 5. Hubungan perkara pidana yang bersangkutan dengan keterangan yang diperlukan tersebut. Dalam penjelasan Pasal 42 menyebutkan kata “dapat” memberikan izin dimaksudkan untuk memberikan penegasan bahwa izin oleh Pimpinan Bank Indonesia akan diberikan sepanjang permintaan tersebut telah memenuhi syarat dan tatacara seperti yang disebutkan dalam Pasal 42 ayat 2 dan 3. 120 Di dalam Pasal 43 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan di sebutkan bahwa dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, direksi bank yang bersangkutan dapat menginformasikan kepada pengadilan tentang keadaan keuangan nasabah yang bersangkutan yang relevan dengan perkara tersebut. Undang- Undang menentukan bahwa bank dapat mengungkap keadaan keuangan dalam hal bersengketa dalam perkara perdata dengan nasabah. Tetapi dalam kasus tersebut bank bukan menghadapi nasabah sebagai lawan, tetapi menghadapi pihak ketiga yang bukan nasabah. Undang-Undang Perbankan tidak mengatur sama sekali mengenai

4. Untuk kepentingan pemeriksaan peradilan perkara perdata