Pengecualian Rahasia Bank PENERAPAN KETENTUAN RAHASIA BANK DALAM

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

B. Pengecualian Rahasia Bank

Secara umum kerahasiaan berkaitan dengan kepercayaan, karena itu pula rahasia bank diperlukan sebagai salah satu factor untuk menjaga kepercayaan nasabah penyimpan. Mengingat kerahasiaan bank tersebut utamanya untuk menjaga kepercayaan nasabah penyimpan, dengan demikian titik focus kerahasiaan bank tersebut hanya untuk nasabah penyimpan sehingga tidak berlebihan apabila Bank Indonesia dalam pengaturan rahasia bank, menentukan sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 ayat 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 219PBI2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank, bahwa keterangan mengenai nasabah selain nasabah penyimpan bukan merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan oleh bank 113 Selain itu di dalam Undang-Undang Perbankan Indonesia dalam pengaturan kerahasiaan bank tidak secara mutlak untuk menutup informasi dan data yang ada untuk kalangan pihak tertentu. Dari ketentuan larangan pembukaan rahasia bank menurut ketentuan Pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan tersebut dapat dikecualikan beberapa kondisi tertentu. Dengan demikian Indonesia menganut teori nisbi, yaitu bahwa pemberian data, dan informasi yang menyangkut kerahasiaan bank kepada pihak lain dimungkinkan dengan alasan 113 Muhamad Djumhana, Asas-asas Hukum Perbankan Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti 2008, Loc.cit, hal 202 Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009 tertentu. Tetapi mengenai pihak yang harus menyimpan rahasia karena profesi dan pekerjaannya hampir sama ketentuannya dengan di Swiss yaitu menyangkut semua pihak yang berhubungan dengan kegiatan bank pihak-pihak terafiliasi. 114 Kata “kecuali” dalam Pasal 40 ayat 1 ini merupakan pembatasan terhadap berlakunya rahasia bank. Mengenai keterangan yang yang disebutkan dalam pasal-pasal yang dikecualikan itu, bank boleh mengungkapkannya tidak merahasiakannya. 115

1. Untuk kepentingan Perpajakan Pasal 41

Mengenai kemungkinan penerobosan kerahasiaan bank dapat dilakukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah:

2. Untuk kepentingan piutang bank Pasal 41. A 3. Untuk kepentungan peradilan pidana Pasal 42

4. Untuk kepentingan pemeriksaan peradilan perdata Pasal 43 5. Untuk kepentingan tukar-menukar informasi antar bank Pasal 44 6. Untuk kepentingan pihak lain yan ditunjuk nasabah Pasal 44 A ayat 1 dan untuk kepentingan penyelesaian kewarisan Pasal 44 A ayat 2. Untuk kepentingan perpajakan, penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang NegaraPanitia Urusan Piutang 114 Muhamad Djumhana, Op.cit, hal 148. 115 Abdul Kadir Muhamad, Hukum Perusahan Indonesia, Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bhakti, 2002, hal. 420.