Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009 b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 45KMK.062003 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Know Your Customer Bagi Lembaga Keuangan Non Bank, tanggal 30 Januari 2003. c. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor : Kep.2833LK2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Know Your Customer pada Lembaga Keuangan Non Bank, tanggal 12 Mei 2003.

C. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah

Know Your Customer Principle Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Know Your Customer bagi sebagian bank adalah suatu hal yang baru, oleh karena itu kiranya dibutuhkan suatu pedoman dalam rangka pelaksanaanya. Menyadari adanya kebutuhan tersebut, Bank Indonesia berasama wakil-wakil dari bank telah menyusun task force dalam rangka menyusun pedoman standar. Dalam menyusun pedoman standar ini task force banyak mengacu pada international best practices. Dengan adanya pedoman ini diharapkan bank dapat menyusun pedoman pelaksanaan yang memenuhi persyaratan minimum yang ditetapkan dalam ketentuan tentang penerapan Prinsip Mengenal Nasabah. 99 Penerapan kebijakan dan prosedur ini bertujuan agar bank dapat mengenali profil nasabah maupun karakteristik setiap transaksi nasabah sehingga pada 99 Bismar Nasution Op.cit, hal.60 Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009 gilirannya bank dapat mengidentifikasikan transaksi yang mencurigakan suspicious transactions dan selanjutnya melaporkan kepada Bank Indonesia. Dengan menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah berarti bank juga dapat meminimalkan kemungkinan risiko yang mungkin timbul yaitu operational risk, legal risk, concentration risk, dan reputational risk. 100 Adapun pokok-pokok yang diatur dalam konsep Peraturan Bank Indonesia ini sebagian besar mengakomodir butir-butir rekomendasi Financial Action Task Forces Sebelum lahirnya Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang dan juga mengantisipasi terjadinya kejahatan terhadap perbankan Bank Indonesia sebagai lembaga pengawasan dan pembina perbankan di Indonesia, maka Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia ini disusun dalam rangka mengisi kekosongan peraturan selama Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang belum lahir, atau masih dalam pembahasan di Dewan Perwakilan Rakyat DPR. Peraturan Bank Indonesia ini juga dimaksudkan untuk memenuhi dan rekomendasi dari The Financial Action Task Force on Money Laundering FATF. Bagi sektor perbankan nasional khususnya, PBI ini dimaksudkan sebagai pedoman agar bank dapat mengenal dan mengetahui kebenaran identitas nasabahnya sehingga dapat mencegah penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang melakukan kejahatan dan menjaga reputasi dan integritas sistem perbankan secara keseluruhan. 100 Loc.cit, hal.60. Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009 on Money Laundering FATF khususnya yang berkaitan dengan Prinsip Mengenal Nasabah Know Your Customer, antara lain: a. Kewajiban bank untuk memiliki kebijakan dan prosedur: 1. Penerimaan dan penolakan nasabah customer acceptance policy 2. Identifikasi masalah 3. Pemantauan terhadap rekening dan transaksi nasabah 4. Manajemen risiko yang berkaitan dengan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Ketentuan ini juga mewajibkan bank untuk mengetahui sumber dana dari nasabah yang membuka rekening di bank. Dalam melaksanakan ketentuan ini bank cukup meminta nasabah untuk mengisi formulir yang tersedia, atau bank cukup melakukan wawancara kemudian menyimpulkan sendiri sumber dana yang dipakai oleh nasabah. Bank sama sekali tidak perlu meneliti atau melakukan investigasi asal-usul uang nasabah tersebut. b. Kewajiban untuk membentuk unit khusus dan atau menunjuk pejabat bank yang bertanggung jawab atas penerapan Prinsip Mengenal Nasabah, yang bertanggung jawab kepada Direktur kepatuhan. c. Pelaporan, berkaitan dengan kewajiban bank untuk menyampaikan copy kebijakan dan prosedur sebagaimana tersebut pada huruf a kepada Bank Indonesia sebagai bagian dari laporan kebijakan dan prosedur yang diatur dalam Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009 Peraturan Bank Indonesia Nomor. 227PBI2000 tanggal 15 Desember 2000 tentang Bank Umum. d. Sebelum melakukan hubungan usaha dengan nasabah, bank wajib meminta informasi dan meneliti kebenaran dokumen nasabah. Apabila diperlukan bank dapat melakukan wawancara dengan nasabah untuk meneliti dan meyakini keabsahan dan kebenaran dokumen tersebut. Bank dilarang melakukan hubungan usaha dengan nasabah yang tidak memenuhi ketentuan kebijakan penerimaan dan identifikasi nasabah. e. Bank wajib menata usahakan dan melakukan pengkinian dokumen mengenai identifikasi nasabah. Penatausahaan dokumen nasabah dilakukan sekurang- kurangnya sampai jangka waktu lima tahun sejak nasabah menutup rekening pada bank. Jangka waktu lima tahun ini adalah standar internasional seperti yang direkomendasikan Financial Action Task Force on Money Laundering. Sementara itu untuk dokumen keuangan, seperti neraca tahunan, warkat pembukuan dan data pendukung administrasi keuangan berlaku ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan, yaitu sepuluh tahun. Sepuluh tahun. Bank diminta memiliki sistem informasi yang dapat mengindentifikasi, dan menganalisis, memantau dan menyediakan laporan secara karakteristik transaksi yang dilakukan nasabah. Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009 f. Bank wajib memelihara profil nasabah, antara lain meliputi pekerjaan, bidang usaha, jumlah penghasilan, rekening lain yang memiliki aktivitas transaksi normal, tujuan pembukaan rekening. g. Kebijakan dan prosedur manajemen risiko sekurang-kurangnya mencakup pengawasan oleh pengurus bank, pendelegasian wewenang, pemisahan tugas dan sistem pengawasan intern termasuk audit intern, program pelatihan karyawan mengenai penerapan Prinsip Mengenal Nasabah. h. Bank wajib menunjuk petugas khusus yang bertanggung jawab untuk menangani untuk menangani nasabah yang dianggap memiliki risiko termasuk penyelengaraan negara, dan transaksi-transaksi yang mencurigakan. i. Bank wajib melaporkan transaksi yang mencurigakan kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya tujuh hari kerja setelah diketahui oleh bank. Transaksi mencurigakan adalah transaksi yang tidak sesuai dengan profil atau karakteristik atau kelaziman usaha. Pelaporan ini sama sekali tidak melanggar ketentuan rahasia bank, karena laporan disampaikan ke Bank Indonesia dalam rangka pembinaan dan pengawasan bank. Sampai sekarang belum jelas tindak lanjut apa yang akan dilakukan Bank Indonesia setelah menerima laporan transaksi yang mencurigakan tersebut. j. Peraturan Bank Indonesia ini berlaku bagi Bank Perkreditan Rakyat dan nasabah bank umum yang tidak mempunyai rekening di bank, sepanjang nilai transaksi Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009 yang dilakukan tidak melebihi Rp 100.000.000,- seratus juta rupiah atau nilai yang setara dengan itu. k. Pelanggaran terhadap ketentuan ini dikenakan sanksi administrasif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat 2 Undang-Undang Nomor 76 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan. Selain peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia mengenai penerapan prinsip mengenal nasabah ini bagi bank juga terdapat rekomendasi Internasional yang digunakan bank dalam menerapkan prinsip mengenal nasabah ini, yaitu: 1. The Basel Comitte on Banking Supervision. The Basel Comitte on Banking Supervision ini merupakan salah satu acuan yang digunakan oleh perbankan dalam membentuk sistem dan prosedur pengawasan. Dewasa ini otoritas pengawasan perbankan di seluruh dunia semakin menyadari pentingnya upaya-upaya untuk menetapkan landasan pedoman bagi bank-bank agar memiliki sistem dan prosedur pengawasan yang memadai untuk mencegah agar bank tidak digunakan sebagai sarana kejahatan. Dalam hal ini due diligence terhadap calon nasabah maupun nasabah yang telah ada merupakan kunci dari sistem yang dimaksud. Pedoman yang dikeluarkan Basel Comitte mengenai Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009 customer due diligence and anti money laundering efforts yang terbagi dalam 3 tiga makalah. Makalah pertama adalah the Prevention of Criminal Use of the Banking System for the Purpose of Money Laundering 1988, menetapkan beberapa prinsip dasar bagi perbankan yang intinya menganjurkan bank-bank melakukan identifikasi terhadap para nasabahnya, menolak setiap transaksi yang mencurigakan dan menjalin kerja sama dengan pihak yang berwajib untuk menanggulangi kegiatan pencucian uang. Makalah kedua adalah the 1997 Core Principle for Effective Banking Supervision, menetapkan antara lain bahwa sebagai bagian dari pengawasan internal, bank- bank harus menerapkan kebijakan, praktik dan prosedur yang dapat mendorong terbentuknya standar etika dan profesional yang cukup tinggi bagi sektor perbankan serta mencegah pemanfaatan bank sebagai sarana kejahatan. Diperlukannya pengawasan internal adalah untuk memastikan bank telah menjalan kegiatannya sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan sejalan dengan kebijakan yang ditetapkan dewan direksi bank, transaksi dilakukan oleh pihak- pihak yang berkompeten, selalu melakukan pemantauan terhadap asset dan kewajiban, sistem akuntansi dan pencatatan dilakukan secara lengkap, akurat, dan tepat waktu serta memiliki kemampuan untuk melakukan identifikasi dan mengatasi setiap resiko bisnis. Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009 Makalah kedua ini juga menganjurkan bank agar mengikuti rekomendasi Financial Action Task Force on Money Laundering FATF khususnya yang berkaitan dengan identifikasi nasabah, pemeliharaan catatan dokumen, pelaporan transaksi yang mencurigakan dan upaya-upaya terhadap negara-negara yang belum memiliki ketentuan anti money laundering yang memadai. Makalah ketiga yaitu the 1999 core Principles Methodology menjadi elaborasi lebih lanjut dari the core principles dengan menetapkan kriteria-kriteria tertentu. 2. Rekomendasi FATF Financial Action Task Force on Money Laundering FATF dibentuk pada tahun1989 oleh negara-negara yang tergabung dalam the Group of Seven G7 sebagai upaya melawan terhadap kegiatan pencucian uang. FATF kini beranggotakan sebanyak 29 negara dan terus berupaya agar negara-negara lainnya yang belum bergabung sebagai anggota turut berpartisipasi menjadikan rekomendasi FATF sebagai pedoman untuk memerangi kejahatan pencucian uang. Adapun rekomendasi yang ditetapkan FATF terdiri atas 40 empat puluh prinsip yang meliputi penegakan hukum, pengaturan sistem keuangan perbankan, dan kerja sama internasional. Keempat puluh rekomendasi tersebut dikenal dengan “the Forty Recommendations”. Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009 Rekomendasi FATF ini pada intinya menganjurkan lembaga-lembaga keuangan baik bank maupun non bank agar berupaya mengenal nasabahnya dan mengetahui sumber dana yang disimpan atau yang digunakan oleh nasabah. Rekomendasi inilah yang menjadi landasan bagi prinsip mengenal nasabah, dimana dari beberapa butir rekomendasi ini ternyata Indonesia belum dapat diterapkan sepenuhnya di Indonesia. Dalam menerapkan prinsip mengenal nasabah ada hal yang perlu diperhatikan saat melakukan hubungan usaha dengan nasabah calon nasabah yaitu: 101 a. Pembukaan rekening Calon nasabah dapat digolongkan mencurigakan apabila pada saat pembukaan rekening, yang bersangkutan melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Tidak bersedia memberikan informasi yang diminta . 2. Memberikan informasi yang tidak lengkap atau memberikan informasi yang kurang memuaskan 3. Memberikan informasi palsu atau menyesatkan. 4. Menyulitkan petugas bank pada saat dilakukan verifikasi terhadap informasi yang sudah diberikan 5. Membatalkan hubungan bisnis dengan baik b. Nasabah bank yang tidak memiliki rekening walk-in customer 101 M. Ali Said Kasim, Op,cit, hal.33 Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009 Bank wajib menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah bagi walk-in customer yang melakukan transaksi dengan nilai lebih besar Rp 100.000.000,- seratus juta rupiah per transaksi atau nilai yang setara. c. Penitipan custodian dan safe deposit box Bank perlu melakukan tindakan pengamanan khusus terhadap nasabah yang menggunakan jasa penitipan custodian dan safe deposit box. Bank juga harus menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah terhadap walk-in customer yang menggunakan safe deposit box. d. Penyetoran dan penarikan Transaksi penyetoran dan penarikan adalah metode yang lazim dilakukan oleh pelaku tindak pidana untuk mencuci hasil tindak pidananya melalui sistem perbankan. Oleh karena itu untuk menjamin kebenaran transaksi, sejak awal petugas bank harus memastikan semua informasi yang diperlukan berkenaan dengan identitas nasabah. Informasi nasabah yang lengkap akan mempermudah bank untuk mengidentifikasi transaksi keuangan mencurigakan. e. Kredit pembiayaan Kredit pembiayaan dalam bentuk kartu kredit perlu mendapat perhatian karena instrument ini dapat digunakan oleh pelaku tindak pidana untuk mencuci hasil tindak pidananya melalui proses layering atau integration.

D. Hubungan Prinsip Mengenal Nasabah