Kepemilikan Sendiri oleh Perseroan

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009. Karenanya hak suara yang digunakan untuk mengendalikan kelompok perusahaan tetap didistribusikan keseluruh anggota grup bukan terkonsentrasi di tangan satu perusahaan atau pemegang saham. 94

3. Kepemilikan Sendiri oleh Perseroan

UUPT melarang perseroan untuk mengeluarkan saham untuk dimiliki sendiri atau dimiliki oleh perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh perseroan. Karena pada prinsinya pengeluaran saham adalah suatu upaya pengumuman modal karenanya kewajiban penyetoran saham sudah seharusnya dibebankan kepada pihak lain. Disamping itu kepemilikan langsung atau penguasaan langsung oleh perseroan atas saham-saham miliknya sendiri dapat menciptakan kesewenang- wenangan dalam perseroan terbatas, oleh karena perseroan terbatas tersebut menjadi tidak dapat lagi dikontrol dan diawasi. 95 Disamping itu menyatunya pemilikan dan pengurusan perseroan di bawah satu kendali, yaitu direksi sebagai wakil perseroan sebagai pemilik dan direksi sekaligus sebagai organ yang melaksanakan fungsi pengurusan dan perwakilan jelas sangat bertentangan dengan prinsip Good Corporate Governance 96 sehingga kepemilikan jenis ini pada umumnya dilarang. 97 94 Admin, 2008, Kepemilikan Silang Cross Ownership Cross Holding , online, http:pihilawyers.com, diakses terakhir tanggal 15 Januari 2009. 95 Gunawan Widjaja, I, Op.Cit., h.44. 96 Salah satu tujuan pokok dilaksanakannya Good Corporate Governance adalah untuk menghindari terjadinya kepemilikan dan pengurusanperwakilan perseroan dibawah satu kendalitangan. 97 Ibid. Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009. Kepemilikan sendiri secara langsung ini dapat terjadi karena: 1. Perseroan mengeluarkan sahamnya untuk diambil bagian dan dimiliki sendiri 98 Jika PT.A adalah suatu perseroan terbatas, maka PT.A tidak diperbolehkan untuk mengeluarkan saham kepada atau untuk dimiliki oleh PT.A sendiri. Pasal 36 UUPT melarang pengeluaran saham baru untuk dimiliki sendiri. Larangan ini bersifat mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar. ; 2. Perseroan membeli saham dari pemegang saham yang hendak menjual sahamnya 99 Dalam hal ini jika PT.A adalah suatu perseroan terbatas, PT.X dan PT.Y adalah pemegang saham dalam PT.A maka PT.A tidak diperbolehkan untuk membeli saham PT.A sendiri dari atau menguasai ; 100 3. Suatu peristiwa atau perbuatan hukum, misalnya merger antara anak perusahaan dengan cucu perusahaan. saham PT.A sendiri yang dimiliki oleh PT.X atau PT.Y. Dalam hal ini digunakan contoh sebagai berikut : 98 Pasal 36 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 99 Pasal 37 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 100 Dalam hukum perseroan, termasuk juga didalamnya penguasaan dalam bentuk gadai saham. Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009. Sumber : Gunawan Widjaja dalam buku Hak Individu Kolektif Para Pemegang saham, terbitan Forum Sahabat Jakarta, tahun 2008, halaman 45. Gambar-3 Contoh Skema Kepemilikan Sendiri oleh Perseroan Akibat Merger Keterangan : ”Secara teoritis penggabungan yang terjadi antara PT.XV dan PT.XVA menjadi PT.XV menyebabkan PT.XV demi hukum menjadi pemilik dari sahamnya sendiri yang semula berasal dari kepemilikan PT.XV di dalam PT.XVA.” Terhadap keadaan ini ketentuan Pasal 36 ayat 2 UUPT menentukan bahwa dalam jangka waktu 1 satu tahun setelah tanggal perolehan, maka saham yang menjadi miliknya sendiri tersebut harus dialihkan kepada pihak lain yang tidak dilarang memiliki saham dalam perseroan. Berkaitan dengan konteks pembelian saham, terutama pembelian kembali saham perseroan, Pasal 37 UUPT menegaskan bahwa hal tersebut masih diperbolehkan dengan ketentuan bahwa: 90 90 90 90 90 95 95 90 PT.X PT.XY PT.XZ PT.XV PT.XVA PT.XVB PT.XYA PT.XZA PT.XZB 5 Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009. 1. Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan; 2. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan berikut gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh perseroan sendiri danatau perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh perseroan, tidak melebihi 10 sepuluh persen dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal; dan 3. Hanya boleh dikuasai perseroan paling lama 3 tiga tahun. Pembelian kembali saham oleh perseroan tersebut di atas dan atau pengalihannya lebih lanjut hanya boleh dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, dengan ketentuan bahwa keputusan RUPS yang memuat persetujuan tersebut hanya sah apabila dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai panggilan rapat, kuorum, dan persetujuan jumlah suara untuk perubahan anggaran dasar sebagaimana diatur dalam UUPT danatau anggaran dasar. RUPS dapat menyerahkan kewenangan persetujuan pembelian kembali saham oleh perseroan kepada dewan komisaris untuk jangka waktu paling lama 1 satu tahun, dan setiap kali dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama, namun demikian penyerahan kewenangan tersebut dapat ditarik kembali sewaktu-waktu oleh RUPS. Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009. Saham yang dikuasai Perseroan karena pembelian kembali, peralihan karena hukum, hibah atau hibah wasiat, tidak dapat digunakan untuk mengeluarkan suara dalam RUPS dan tidak diperhitungkan dalam menentukan jumlah kuorum yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan UUPT danatau anggaran dasar serta tidak berhak mendapat pembagian dividen.

4. Kepemilikan oleh Anak Perusahaan