Kepemilikan Silang Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009. disebabkan peralihan karena hukum, seperti dalam hal terjadinya merger diperbolehkan, dengan ketentuan bahwa pemilikan tersebut harus dalam jangka waktu 1 satu tahun setelah tanggal perolehannya, dialihkan kepada pihak lain yang tidak dilarang memiliki saham dalam perseroan. Selanjutnya, terkait dengan pembelian kembali saham perseroan; 3. Menurut ketentuan Pasal 37 UUPT pembelian saham induk perusahaan oleh anak perusahaan dan atau cucu perusahaan dan seterusnya diperbolehkan dengan ketentuan bahwa: a. Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan; b. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan berikut gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh perseroan sendiri danatau perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh perseroan, tidak melebihi 10 sepuluh persen dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal; dan c. Hanya boleh dikuasai Perseroan paling lama 3 tiga tahun.

5. Kepemilikan Silang

Didalam UUPT yang lahir sebelum lahirnya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 yakni Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tidak ada pengaturan mengenai larangan kepemilikan silang. Larangan yang terdapat dalam Pasal 29 Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 adalah larangan kepada perseroan terbatas untuk mengeluarkan saham dengan tujuan untuk dimiliki sendiri. Dan larangan kepemilikan saham tersebut juga berlaku bagi anak perusahaan terhadap saham yang dikeluarkan oleh induk perusahaan. Alasan larangan tersebut berpegang pada prinsip bahwa pengeluaran saham bertujuan untuk mengumpulkan modal, karenanya kewajiban penyetoran saham seharusnya dibebankan kepada pihak lain. 104 Dan alasan mengapa anak perusahaan dilarang memiliki saham yang dikeluarkan oleh induk perusahaan adalah karena anak dan induk perusahaan dianggap merupakan satu kesatuan bisnis yang tidak dapat dipisahkan kepemilikan diantara mereka, baik oleh induk perusahaan maupun anak perusahaan. 105 104 Penjelasan Pasal 29 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. 105 “Anak perusahaan” adalah perseroan yang mempunyai hubungan khusus dengan perseroan lain yang terjadi karena : Didalam UUPT yang sekarang, istilah kepemilikan silang hanya dapat ditemui pada bagian Penjelasan Pasal 36 UUPT dimana dinyatakan bahwa ”...larangan tersebut termasuk juga larangan kepemilikan silang cross holding yang terjadi apabila Perseroan memiliki saham yang dikeluarkan oleh Perseroan lain yang memiliki saham Perseroan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung...”. Kepemilikan silang secara langsung adalah apabila Perseroan A memiliki saham pada Perseroan B secara langsung tanpa melalui kepemilikan pada suatu perseroan antara dan sebaliknya perseroan B memiliki saham pada Perseroan A. d. Lebih dari 50 lima puluh persen sahamnya dimiliki oleh induk perusahaannya; e. Lebih dari 50 lima puluh persen suara dalam RUPS dikuasai oleh induk perusahaannya; dan atau f. Kontrol atas jalannya perseroan, pengangkatan, dan pemberhentian direksi dan komisaris sangat dipengaruhi oleh induk perusahaannya. Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009. Menurut UUPT larangan kepemilikan silang adalah larangan kepemilikan yang timbul sebagai akibat pengeluaran saham baru untuk dimiliki anak perusahaan dan atau cucu perusahaan dan seterusnya. Dengan demikian berarti dari tiga jenis kepemilikan saham perseroan terbatas oleh anak perusahaan hanya kepemilikan saham yang timbul sebagai akibat pengeluaran saham baru saja yang dilarang dengan tegas. Sehubungan dengan penjelasan pasal berkenaan, kepemilikan saham perseroan oleh anak perusahaan dan atau cucu perusahaan dan seterusnya yang timbul sebagai akibat peralihan karena hukum dan atau jual beli, hibah dan wasiat tidak secara eksplisit dikatakan dilarang, namun dengan konsekwensi hukum bahwa terjadinya kepemilikan silang tidak boleh dibiarkan permanen. 106 Ada beberapa alasan yang merupakan penyebab tidak disukainya bentuk kepemilikan silang: 107 1. Dari sisi permodalan, khusus dalam konteks pengeluaran saham baru, maka jelas tidak ada setoran modal secara riil yang masuk ke dalam perseroan; 2. Dari sisi manajemen, kepemilikan silang cenderung menyebabkan terjadinya percampuran antara pemilikan dan pengurusan perseroan, sehingga dalam hal ini manajemen menjadi tidak lagi independen satu terhadap yang lainnya. Makna kepemilikan silang dalam hukum perseroan ini agak berbeda dari pengertian kepemilikan silang dalam hukum persaingan usaha. Dalam hukum persaingan usaha, kepemilikan silang diatur dalam Pasal 27 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak 106 Gunawan Widjaja, I, Op.Cit., h.49. 107 Ibid., h.50. Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009. Sehat. 108 Dalam konteks hukum persaingan usaha, suatu kelompok usaha baru dapat dikatakan memiliki cross ownership jika: Larangan yang diatur dalam Pasal 27 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ini seringkali disebut dengan nama cross ownership. 109 1. Kelompok usaha tersebut memiliki lebih dari satu perusahaan sejenis a. Melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama; b. Pada pasar bersangkutan yang sama, atau 2. Kelompok usaha tersebut mendirikan lebih dari satu perusahaan yang : a. Memiliki kegiatan usaha yang sama; b. Pada pasar bersangkutan yang sama 108 Pasal 27 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang . Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menyatakan sebagai berikut: Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan yang sama, atau mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan yang sama, apabila kepemilikan tersebut mengakibatkan : a. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50 lima puluh persen pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu; b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75 tujuh puluh lima persen pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu. 109 Gunawan Widjaja, I, Op.Cit., h.50. Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009. Sumber : Gunawan Widjaja dalam buku Hak Individu Kolektif Para Pemegang saham, terbitan Forum Sahabat Jakarta, tahun 2008, halaman 50. Gambar-5 Contoh Skema Kepemilikan Silang Dalam Konteks Persaingan Usaha Dengan demikian yang dinamakan dengan larangan kepemilikan silang dalam hukum persaingan usaha adalah berbeda dari makna pemilikan silang menurut hukum perseroan. Karena dalam hukum persaingan usaha harus ditetapkan terlebih dahulu apakah produk yang dihasilkan oleh anak perusahaan PT.A, yaitu PT.X dan PT.Y berada pada pasar yang bersangkutan yang sama. Dalam hal Merek K dan Merek M tidak berada dalam pasar yang bersangkutan yang sama, maka kepemilikan PT.A pada PT.X dan PT.Y secara bersamaan tidaklah dilarang.

6. Kepemilikan Tunggal