Kepemilikan Tunggal Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009. Sumber : Gunawan Widjaja dalam buku Hak Individu Kolektif Para Pemegang saham, terbitan Forum Sahabat Jakarta, tahun 2008, halaman 50. Gambar-5 Contoh Skema Kepemilikan Silang Dalam Konteks Persaingan Usaha Dengan demikian yang dinamakan dengan larangan kepemilikan silang dalam hukum persaingan usaha adalah berbeda dari makna pemilikan silang menurut hukum perseroan. Karena dalam hukum persaingan usaha harus ditetapkan terlebih dahulu apakah produk yang dihasilkan oleh anak perusahaan PT.A, yaitu PT.X dan PT.Y berada pada pasar yang bersangkutan yang sama. Dalam hal Merek K dan Merek M tidak berada dalam pasar yang bersangkutan yang sama, maka kepemilikan PT.A pada PT.X dan PT.Y secara bersamaan tidaklah dilarang.

6. Kepemilikan Tunggal

Sebagaimana Pasal 7 ayat 1 UUPT berbunyi ” Perseroan didirikan oleh 2 dua orang atau lebih...”, maka diketahui bahwa pada dasarnya perseroan terbatas didirikan berdasarkan perjanjian yang diperjelas pula oleh Pasal 1 butir 1 UUPT, dimana didalam perjanjian tersebut minimal terdapat 2 dua orangpihak yang eksistensinya harus tetap dipertahankan oleh perseroan tersebut selama perseroan terbatas berdiri. 90 90 Pasar yang bersangkutan PT.X MEREK K PT.A PT.Y MEREK M Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009. Terhadap kemungkinan terjadinya pemilikan perseroan oleh hanya 1 satu orangpihak atau terjadinya pemilikan tunggal setelah perseroan berdiri, jika perseroan yang berdiri belum memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM maka selama pendiri belum memperoleh pihak lain sebagai pasangan perjanjiannya maka ia tidak akan pernah memperoleh pengesahan sebagai badan hukum dan otomatis ia juga tetap dianggap sebagai usaha perseorangan dengan tanggung jawab pribadi dari satu-satunya pendiri dan atau pihak lain yang mengambil alih seluruh penyertaan pendiri. Dalam hal perseroan telah berstatus badan hukum dan pihak pemegang sahamnya menjadi 1 satu orang saja, maka Pasal 7 ayat 5 UUPT mengharapkan pemegang saham tersebut dalam waktu paling lama 6 enam bulan terhitung sejak keadaan ia menjadi pemegang saham tunggal, ia wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain. Jadi UUPT memungkinkan suatu perseroan yang berbadan hukum dengan 1 satu pemegang saham, untuk masa waktu maksimal 6 enam bulan saja. Tetapi ketika keadaan ini terjadi otomatis tanggung jawab terbatas akan digantikan oleh tanggung jawab pribadi pemegang saham terhadap berbagai bentuk kerugian perseroan dan prinsip piercing the corporate veil bagi pemegang saham perseroan berlaku dalam hal ini tetapi terhitung sejak lewat masa 6 enam bulan yang diizinkan oleh UUPT. Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009. Konsekwensi lain dari pemilikan tunggal adalah dapat menyebabkan dibubarkannya perseroan tersebut oleh Pengadilan Negeri atas permohonan pihak yang berkepentingan, termasuk kejaksaan untuk kepentingan umum, pemegang saham, direksi, dewan komisaris, karyawan perseroan, kreditur danatau pemangku kepentingan shareholder lainnya. Pengecualian terhadap pemilikan tunggal terdapat dalam ketentuan Pasal 7 ayat 7 yang mengizinkan perseroan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara dan perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, lembaga lain sebagaimana diatur dalam undang- undang tentang pasar modal untuk didirikan oleh 1 satu orang saja, dan tentu saja prinsip piercing the corporate veil tidak berlaku disini. Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

BAB III PROSES TERJADINYA KEPEMILIKAN SILANG SAHAM

A. Proses Terjadinya Kepemilikan Silang Saham Dalam Perseroan Terbatas

Berbicara tentang bagaimana terjadinya kepemilikan silang saham, pertama- tama perlu diketahui bagaimana hak milik atas saham berpindah dari satu orang kepada orang lain dan dari perseroan yang satu berpindah kepada perseroan yang lain. Pada dasarnya ketentuan yang mengatur tentang saham adalah sejalan dengan ketentuan Pasal 511 angka 4 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa yang dianggap sebagai kebendaan bergerak karena ditentukan undang-undang adalah juga termasuk didalamnya sero-sero atau andil-andil dalam persekutuan perdagangan uang, persekutuan dagang atau persekutuan perusahaan, sekalipun benda-benda persekutuan yang bersangkutan dan perusahaan itu merupakan kebendaan tidak bergerak. Ini berarti saham-saham atau sero-sero atau andil-andil adalah merupakan kebendaan bergerak, dan karenanya secara umum tunduk pada hal- hal yang mengatur tentang kebendaan bergerak. Sebagaimana terjadinya peralihan hak milik atas benda pada umumnya demikian pula peralihan hak atas saham yakni dapat melalui: 110 1. Perjanjian, misalnya jual beli, tukar menukar, hibah; 2. Undang-undang, misalnya dalam hal terjadi pewarisan; 110 Gunawan Widjaja, II, Op.Cit., h.43 Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009. 3. Karena putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap atau yang dipersamakan dengan itu, seperti halnya melalui pelelangan. Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya tentang asas hak kebendaan saham, maka saham merupakan benda bergerak yang dapat beralih dan dialihkan serta dapat dijadikan jaminan utang. Namun karena saham adalah bukti penyertaan pemegang saham dalam perseroan dan sekaligus bukti pemilikan harta bersama yang terikat dalam perseroan terbatas, yang keberadaannya melalui mekanisme pendaftaran di Menteri Hukum dan HAM. Maka peralihan hak milik atas saham tentunya harus dibuat dalam bentuk akta otentik atau dibawah tangan 111 , akta pemindahan hak atas saham tersebut wajib dicatatkan kedalam daftar pemegang saham atau daftar khusus 112 , dan wajib melakukan pemberitahuan terhadap perubahan susunan pemegang saham pada Menteri Hukum dan HAM. 113 Kepemilikan silang menurut UUPT adalah keadaan dimana perseroan yang satu memiliki saham yang dikeluarkan oleh perseroan lain, yang sahamnya baik secara langsung atau tidak telah dimiliki oleh perseroan. Ketentuan ini diatur oleh Penjelasan Pasal 36 UUPT. Pasal 36 UUPT sendiri mengatur mengenai masalah pengeluaran saham dengan tujuan pengumpulan modal, karenanya penjelasan tentang kepemilikan silang secara secara langsung bersangkutan dengan upaya perusahaan Sedangkan untuk pemindahan hak atas saham yang diperdagangkan di Pasar Modal disesuaikan dengan Undang- undang yang mengatur tentang Pasar Modal. 111 Pasal 51 ayat 1 Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007. 112 Pasal 51 ayat 2 Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007. 113 Pasal 51 ayat 4 Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007. Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009. mengumpulkan modal. Jadi, sehubungan dengan perusahaan mengupayakan adanya pengeluaran saham untuk mengumpulkan modal, maka pihak pembeli haruslah pihak luar perusahaan, karena perusahaan tidak boleh mengeluarkan saham untuk dimiliki sendiri. Dan kepemilikan silang sendiri terjadi jika perusahaan yang sudah memiliki saham yang dikeluarkan oleh perusahaan lain, jika perusahaan lain tersebut kemudian mengeluarkan saham untuk pengumuman modal lagi, maka tidak boleh dibeli, jika dibeli maka terjadilah kepemilikan silang.

1. Perseroan Tertutup