10
nilai RC ratio maka usahatani tersebut semakin menguntungkan Gray et al, 1992.
Ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan yang banyak dibudidayakan masyarakat di Kabupaten Simalungun khususnya di kecamatan Bandar. Tanaman
ini umumnya diusahakan di lahan yang cukup luas dan hasilnya umumnya untuk dijual. Petani menjual ubi kayunya kepada Agen pengumpul ubi kayu di
Kecamtan bandar dengan harga Rp 900kg.
2.2 Landasan Teori
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari
cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga
usaha tersebut memberikan pendapatan yang maksimal Suratiyah, 2009 Setiap petani dalam pengelolaan usahataninya mempunyai tujuan yang
berbeda-beda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani subsisten, dan ada yang bertujuan mencari keuntungan disebut usahatani
komersial. Petani umumnya bertujuan untuk mencari keuntungan dalam meningkatkan penghasilanpendapatannya bukan semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan keluarga Rismayani, 2007 Dalam usahatani biaya diklarifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap fixed
cost dan biaya tidak tetap variable cost. Biaya tetap ini umumnya didefinisikan
11
sebagai biaya yang relative tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak maupun sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak
tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Misalnya biaya pajak yang akan tetap dibayar walaupun usahatani itu besar atau gagal sekalipun. Disisi
lain biaya tidak tetap atau biaya variable biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Misalnya biaya
untuk sarana produksi. Kalau menginginkan produksi yang tinggi maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya, sehingga biaya
ini sifatnya berubah-ubah Soekartawi, 1995. Beberapa faktor produksi yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
produksi meliputi; luas lahan yang dimilki, jumlah benih yang digunakan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, banyaknya pupuk yang digunakan, banyaknya
pestisida yang digunakan, keadaan pengairan, tingkat pengetahuan dan keterampilan, tingkat kesuburan tanah, iklim atau musim, modal yang tersedia.
Hubungan antara faktor produksi input dan produksi output biasanya disebut dengan fungsi produksi Soekartawi, 2002.
Modal adalah syarat mutlak untuk berlansungnya suatu usaha. Modal dapat dikelompokkan berdasarkan sifat, kegunaan, waktu, juga fungsi. Pembagian
modal berdasarkan fungsi sangat penting dilakukan dalam memperhitungkan biya usahatani. Modal berdasarkan fungsinya dibagi atas modal tidak tetap dan modal
tetap. Modal tidak tetap adalah modal yang hanya dipakai sekali dalam produksi, sedangkan modal tetap perlu diperhitungkan terlebih dahulu karena tidak semua
12
modal tetap dibebankan pada produksi. Salah satu kosekuensi dari penggunaan modal tetap adalah penyusutan Suratiyah, 2009.
Penerimaan total total revenue adalah seluruh pendapatan yang diterima perusahaan atas penjualan barang hasil produksinya. Penerimaan rata-rata
average revenue adalah penerimaan dari hasil penjualan setiap unit barang. Penerimaan marginal marginal revenue adalah tambahan penerimaan dengan
menjual suatu unit lagi hasil produksinya Soekartawi, 1995. Pendapatan usahatani dapat dihitung dengan mengurangi nilai output total
penerimaan dengan nilai total input biaya. Selisih dinamakan pendapatan pengelola atau manajemen income. Jadi pendapatan adalah jumlah yang tersisa
setelah biaya yaitu semua nilai input untuk produksi, baik yang benar-benar dibayar maupun yang hanya diperhitungkan, telah dikurangkan dari penerimaan
Soekartawi, 1995. Menurut Nitiseminto dan Burhan, 2000 Studi kelayakan feabisility study
diartikan sebagai suatu metode penjajahan dari suatu gagasan usaha tentang suatu kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan. Hal ini
perlu dilakukan karena seorang peengusaha tanpa melakukan studi kelayakan sehingga mungkin akan memahami kegagalan dengan kerugian yang sangat besar.
Kelayakan artinya menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan
dikeluarkan. Dengan kata lain, kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai dengan
tujuan mereka yang diinginkan. Layak disini diartikan juga akan memberikan
13
keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat luas Kasmir dan Jakfar, 2007.
Dalam uji kelayakan, kriteria yang digunakan yaitu: 1.
RC Revenue – Cost Ratio RC merupakan kriteria uji kelayakan dengan membandingkan besar
penerimaan revenue dengan besar biaya yang dikeluarkan cost. Secara sederhana menggunakan rumus:
a = RC
Dimana: a = Kelayakan
R = Revenue penerimaan C = Cost biaya
Besarnya penerimaan merupakan total yang diterima perusahaan dari hasil penjualannya. Secara singkat, formula untuk menghitung besar penerimaan yaitu:
TR = P . Q
Dimana: TR = total revenue total penerimaan
P = priceharga jual Q = quantityjumlah yang terjual
Keuntungan merupakan pendapatan yang diperoleh produsen dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Oleh karena itu semakin besar keuntungan yang
diperoleh perusahaan, semakin besar pula pendapatannya Teguh, 2010. Secara singkat, formula untuk menghitung pendapatan yaitu:
14
I = TR – TC
Dimana: I = income pendapatan
TR = total revenue total penerimaan TC = total cost total biaya
Soekartawi, 1993.
2.3 Kerangka Pemikiran