pencernaan bagian atas temuan endoskopi dan radiologis, yang memusatkan perhatian kita pada kuadran kanan bawah dan didukung juga oleh penjelasan gejala
pasien. Pada pemeriksaan upper endoscopy akan menemukan duodenitis, jika kerongkongan dan lambung tidak normal. Sering kali, pasien yang menderita
penyakit Crohn atau kolitis ulseratif akan memiliki peningkatan resiko lesi di perut, meskipun temuan ini tidak spesifik. Sekitar 60 dari remaja dengan penyakit Crohn
akan memiliki penyakit ileokolon. radang horisontal lebih khas dari tuberkulosis bila dibandingkan dengan penyakit crohn Danese, 2011.
2.1.4. Angiodisplasia
Pelebaran pembuluh darah mukosa dan submukosa yang berkelok-kelok paling sering ditemukan di sekum atau kolon kanan biasanya setelah usia 60–an.
pembuluh darah ini mudah ruptur dan mengeluarkan darah ke lumen. Kelainan ini merupakan penyebab perdarahan sebanyak 20 pada saluran cerna bagian bawah.
Dan angiodisplasia merupakan kelainan diperkirakan terbentuk selama bertahun- tahun akibat faktor mekanis yang bekerja pada dinding kolon. Karena lapisan otot,
vena penetrans mengalami oklusi saat kontraksi peristaltik tetapi arteri berdinding tebal tetap paten Cotran, 2004.
2.1.5. Hemoroid
Hemoroid adalah dilatasi pembuluh darah vena pleksus submukosa anus dan perianus. Dilatasi pembuluh ini sering terjadi setelah usia 50 tahun yang berkaitan
dengan peningkatan tekanan vena didalam pleksus hemorroidhalis. Varises vena hemorroidalis superior dan media yang muncul diatas garis anorektum dan ditutupi
oleh mukosa rektum disebut hemoroid interna. Varises yang muncul dibawah garis anorektum mencerminkan pelebaran pleksus hemoroidalis inferior dan ditutupi
mukosa anus disebut hemoroid eksterna. Keduanya merupakan pembuluh darah vena yang melebar, berdinding tipis dan mudah berdarah kadang-kadang menutupi
perdarahan dari lesi proksimal yang lebih serius Cotran, 2004.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6. Diare
Kebanyakan kasus dari diare adalah akut, sembuh tanpa diobati dan disebabkan oleh infeksi atau obat-obatan. Diare kronis berlangsung hingga 6 minggu
atau lebih lebih sering disebabkan oleh primary inflammatory atau gangguan absorpsi. Secara umum, diare jenis ini perlu penilaian langsung untuk menegakkan
diagnosis. Pasien yang menderita diare kronis atau diare akut yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya pada umumnya menjalani pemeriksaan endoskopi apabila
tidak ditemukan mikroorganisme pada feses. Pemilihan endoskopi tergantung gejala klinis yang ditemukan Topazian, 2004.
Pasien dengan gejala dan temuan pada kolon seperti diare berdarah, tenemus, demam, atau leukosit di feses pada umumnya akan menjalani pemeriksaan
sigmoidoskopi atau kolonoskopi untuk melihat ada atau tidaknya kolitis. Sigmoidoskopi biasanya sudah cukup untuk menegakkan diagnosis pada kebanyakan
pasien seperti itu. Dilain pihak, pasien dengan gejala atau temuan seperti kelainan dari usus halus seperti feses yang berair banyak, berat badan menurun, malabsorpsi
besi, kalsium, atau lemak dapat menjalankan pemeriksaan upper endoscopy dengan biopsi duodeni Topazian, 2004.
Kebanyakan pasien dengan diare kronis tidak merasa segar ataupun bugar. Jika ada riwayat konstipasi dan diare yang berkepanjangan yang terjadi pada dewasa
muda, tanpa di sertai darah di feses ataupun anemia diagnosis irritable bowel síndrome dapat ditegakkan. Steatorrea dan nyeri pada abdomen bagian atas mungkin
saja disebabkan penyakit pada pankreas daripada saluran cerna. Pasien yang memiliki diare kronis yang sulit dikategorikan sering dianjurkan pemeriksaan kolonoskopi
untuk memeriksa usus secara keseluruhan dan ileum terminal untuk menemukan tanda-tanda inflamasi ataupun neoplastik Topazian, 2004.
2.1.8. Adenoma