2.1.6. Diare
Kebanyakan kasus dari diare adalah akut, sembuh tanpa diobati dan disebabkan oleh infeksi atau obat-obatan. Diare kronis berlangsung hingga 6 minggu
atau lebih lebih sering disebabkan oleh primary inflammatory atau gangguan absorpsi. Secara umum, diare jenis ini perlu penilaian langsung untuk menegakkan
diagnosis. Pasien yang menderita diare kronis atau diare akut yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya pada umumnya menjalani pemeriksaan endoskopi apabila
tidak ditemukan mikroorganisme pada feses. Pemilihan endoskopi tergantung gejala klinis yang ditemukan Topazian, 2004.
Pasien dengan gejala dan temuan pada kolon seperti diare berdarah, tenemus, demam, atau leukosit di feses pada umumnya akan menjalani pemeriksaan
sigmoidoskopi atau kolonoskopi untuk melihat ada atau tidaknya kolitis. Sigmoidoskopi biasanya sudah cukup untuk menegakkan diagnosis pada kebanyakan
pasien seperti itu. Dilain pihak, pasien dengan gejala atau temuan seperti kelainan dari usus halus seperti feses yang berair banyak, berat badan menurun, malabsorpsi
besi, kalsium, atau lemak dapat menjalankan pemeriksaan upper endoscopy dengan biopsi duodeni Topazian, 2004.
Kebanyakan pasien dengan diare kronis tidak merasa segar ataupun bugar. Jika ada riwayat konstipasi dan diare yang berkepanjangan yang terjadi pada dewasa
muda, tanpa di sertai darah di feses ataupun anemia diagnosis irritable bowel síndrome dapat ditegakkan. Steatorrea dan nyeri pada abdomen bagian atas mungkin
saja disebabkan penyakit pada pankreas daripada saluran cerna. Pasien yang memiliki diare kronis yang sulit dikategorikan sering dianjurkan pemeriksaan kolonoskopi
untuk memeriksa usus secara keseluruhan dan ileum terminal untuk menemukan tanda-tanda inflamasi ataupun neoplastik Topazian, 2004.
2.1.8. Adenoma
Adenoma adalah polip neoplastik yang berkisar dari tumor kecil yang sering bertangkai hingga lesi besar. Prevalensi adenoma kolon adalah 20-30 sebelum
Universitas Sumatera Utara
usia 40 tahun, dan meningkat menjadi 40 hingga 50 setelah usia 60 tahun. Polip adenomatosa memiliki tiga subtipe yaitu : Adenoma tubular, adenoma vilosa,
adenoma tubulovilosa Cotran, 2004. Adenoma tubular berukuran kecil dengan ukuran 0,3 cm dan ada juga yang
berukuran 2,5 cm sebagian besar memiliki tangkai ramping dengan panjang 1 sama 2 cm dan kepala mirip buah frambus. Secara histologis tangkai terbungkus oleh mukosa
kolon normal tetapi kepala terdiri dari epital neoplastik yang membentuk kelenjar yang bercabang dilapisi oleh sel jangkung , hiperkromatik sedikit acak dan mungkin
mengeluarkan musin Cotran, 2004. Adenoma vilosa adalah polip epitel yang lebih besar dan lebih merugikan.
Polip ini cenderung timbul pada usia lanjut. Terutama di rektum dan rektosigmoid. Lesi pada umumnya terdapat dimana saja. Lesinya berupa massa yang tidak
bertangkai bergaris tengah hingga 10 cm dan seperti beledu atau kembang kol yang menonjol 1 sampai 3 cm diatas mukosa normal Cotran, 2004.
Adenoma tubulovilosa memperlihatkan campuran daerah tubular dan vilosa. Adenoma ini merupakan bentuk intermediet antara lesi tubulkat dan vilosa dalam hal
frekuensi memiliki tangkai atau tidak bertangkai. Ukuran, derajat displasia dan risiko mengandung karsinoma intramukosa atau invasif Cotran, 2004.
2.1.9. Karsinoma kolorektal
Pada dasarnya karsinoma kolorektal dibagi menjadi 2 bagian, yakni polip kolon dan kanker kolon. Polip adalah tonjolan diatas permukaan mukosa. Polip kolon
dapat dibagi dalam 3 tipe yakni neoplasma epitelium, non-neoplasma dan submukosa. Secara epidemiologis kanker kolorektal didunia menempati urutan ke-4, dengan
jumlah pasien laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan perbandingan 19,4 dan 15,9 per 100.000 Di AS. Pada umumnya rata-rata pasien kanker kolorektal
adalah berusia 67 tahun dan lebih dari 50 kematian terjadi pada mereka yang berumur 55 tahun. Di Indonesia seperti yang terdapat pada laporan registrasi kanker
nasional yang dikeluarkan oleh Direktorat Pelayanan Medik Departemen Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
bekerja sama dengan Perhimpunan Patologi Anatomi Indonesia, didapati angka yang berbeda. Hal yang menarik disini adalah umur yang lebih muda cenderung lebih
banyak dibandingkan dengan laporan dari negara Eropa dan AS. Untuk usia dibawah 40 tahun data dari Bagian Patologi Anatomi FKUI didapati angka 35,26 Abdullah,
2009. Sekitar 25 karsinoma kolorektal terletak di sekum atau kolon asendens
dengan proporsi setara direktum dan sigmoid distal. Sebanyak 25 lainnya terletak dikolon asendens dan sigmoid proksimal dan sisanya tersebar dikolon bagian lainnya.
Dan walaupun karsinoma kolorektal awalnya hanya karsinoma in situ tetapi dapat memiliki morfologi yang berbeda-beda. Tumor di kolon proksimal cenderung tumbuh
sebagai massa polipoid eksofitik yang meluas disepanjang salah satu dinding sekum dan kolon asendens, akan tetapi jarang menyebabkan obstruksi. Bila terletak di distal
karsinoma cenderung berbentuk lesi anular melingkar yang menimbulkan apa yang disebut sebagai napkin-ring usus Cotran, 2004.
2.2. Definisi kolonoskopi