21
b. Pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagiannya,
baik dengan variasi fonem maupun tidak. c.
Peristiwa pembentukkan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik
berkombinasi dengan afiks maupun tidak. Hasil pengulangan disebut dengan kata ulang, sedangkan satuan
yang diulang merupakan bentuk dasar.
2. Bentuk-bentuk Reduplikasi
a. Dwipurwa, adalah pengulangan suku pertama pada leksem dengan
pelemahan vokal. Contoh: tetangga, lelaki, tetamu, dan sesama. b.
Dwilingga, adalah pengulangan leksem. Contoh: rumah-rumah, pagi-pagi, dan barang-barang.
c. Dwilinga salin suara, adalah pengulangan leksem dengan variasi fonem.
Contoh: mondar-mandir, bolak-balik, compang-camping, dan corat-coret. d.
Dwiwasana adalah pengulangan bagian belakang dari leksem. Contoh: pertama-tama, perlahan-lahan.
33
C. Semantik 1. Pengertian Semantik
Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani „sema’ kata benda yang berarti „tanda’ atau „lambang’.
34
Kata kerjanya
33
Harimurti Kridalaksana, Pembentukkan Kata Dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996, h. 89
34
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 2
22
adalah „semaino’ yang berarti „menandai’ atau „melambangkan’. Yang
dimaksud tanda atau lambang disini adalah tanda-tanda linguistik. Istilah semantik baru muncul pada tahun 1984 yang dikenal
melalui American Philological Association „Organisasi Filologi Amerika’
dalam sebuah artikel yang berjudul Reflected Meanings; A Point in Semantics
.
35
Menurut Ferdinan de Saussure, tanda lingustik terdiri dari: 1 Komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk bunyi-bunyi bahasa
dan 2 Komponen yang diartikan atau makna dari komponen pertama.
36
Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa
yang lazim disebut sebagai referen atau hal yang ditunjuk.
37
Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu semantik ialah ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda
linguistik dengan hal-hal yang ditandainya dan ilmu tentang makna atau
arti. 2. Jenis Semantik
Berdasarkan jenis semantiknya, dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal.
35
Prof. Dr. T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 1 Pengantar ke Arah Ilmu Makna, Bandung: PT. Refika Aditama, 1999, h. 1
36
Abdul Chaer, op.cit.
37
Ibid.
23
a. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna kata yang berdiri sendiri baik sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra,
maupun makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.
38
Umpamanya kata tikus makna leksikalnya ialah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus.
b. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang timbul sebagai akibat dari proses gramatika seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
39
Jadi, makna gramatikal ialah makna yang muncul sebagai akibat
digabungkannya sebuah kata dalam suatu kalimat. 3
Manfaat Semantik
Bagi seorang wartawan, reporter, ataupun orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan mereka akan
memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai semantik yaitu dapat memudahkan dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat
dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.
40
Bagi peneliti bahasa dan bagi pelajar sastra, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal teoritis yaitu untuk menganalisis bahasa yang
sedang dipelajari.
38
Ibid, h. 60
39
Ibid, h. 62
40
www.google.com
24
Sedangkan bagi pengajar sastra, pengetahuan semantik akan memberi manfaat teoritis, maupun praktis. Secara teoritis, teori-teori semantik
akan membantu dalam memahami dengan lebih baik bahasa yang akan diajarkannya. Manfaat praktisnya adalah kemudahan untuk mengajarkannya.
Bagi orang awam pemakaian dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan untuk dapat memahami dunia yang penuh dengan informasi dan
lalu-lintas kebahasaan yang terus berkembang.
D. Pembentukkan Jamak