Latar Belakang Masalah Jamak taksir dan cara menerjemahkannya (studi kasus Ali Imran terjemahan tafsir al-Misbah)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menerjemah sering kali dianggap sebagai sesuatu yang mudah. Padahal, orang yang mengerti bahasa sumber Bsu dan bahasa sasaran Bsa yang merupakan komponen utama dalam penerjemahan belum tentu menjadi jaminan bahwa dia bisa menerjemahkan dengan baik dan handal. 1 Menerjemah merupakan seni yang rumit dan menuntut adanya bakat serta pengetahuan mendalam tentang bahasa Ibu dan bahasa sasaran yang akan diterjemahkan di samping menuntut penguasaan kosa kata bahasa sasaran, rasa bahasa, susunan, dan strukturnya. 2 Penerjemahan adalah upaya mengalihkan pesan dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Secara luas, terjemah dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pesan balik verbal maupun non-verbal, dari informasi asal atau informasi sumber ke dalam informasi sasaran. Sedangkan, secara keseharian dalam pengertian dan cakupan yang lebih sempit terjemah bisa diartikan sebagai suatu proses pengalihan pesan yang terdapat dalam teks bahasa pertama 1 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim al-An, Cara Mudah Menerjemahkan Arab Indonesia, Tangerang: Dikara, 2010, h. 7 2 Dr. Achmad Satori, Problematika Menterjemah Suatu Tinjauan Linguistik Kontrastif, h. 1 2 atau bahasa sumber dengan padanannya di dalam bahasa kedua atau bahasa sasaran. 3 Ada dua perangkat yang wajib digunakan dalam penerjemahan yaitu perangkat intelektual dan perangkat praktis. Perangkat intelektual mencakup kemampuan yang baik dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran. Pengetahuan mengenai pokok masalah yang diterjemahkan, penerapan pengetahuan yang dimiliki, serta ketrampilan. Perangkat praktis meliputi kemampuan menggunakan sumber-sumber rujukan dan pengetahuan mengenai konteks suatu teks. 4 Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dilakukan oleh alat ucap manusia. 5 Setiap bahasa memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan bahasa yang lain. Demikian pula dengan bahasa Arab yang memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dengan bahasa Indonesia. Bahasa terdiri dari dua lapisan bentuk dan lapisan arti yang dinyatakan oleh bentuk itu. Bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan yang 3 Suhendra Yusuf, Teori Terjemah, Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik, Bandung: Mandar Maju,1994, h. 8 4 Rochaya Machali, Pedoman bagi Penerjemah, Jakarta: Grasindo, 2000, h. 11 5 Prof. Dr. Gorys Keraf, Komposisi, Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi, 1994, h. 1 3 disebut dengan gramatikal. Satuan-satuannya itu ialah wacana, kalimat, klausa, frasa, kata, dan morfem. Bahasa Arab tergolong bahasa yang inflektif, artinya bahasa yang mempunyai sejumlah perubahan bentuk, baik bertalian dengan aturan pembentukkan kata maupun bertalian dengan fungsi sintaksis setiap kata. 6 Berdasarkan ciri makna linguistik, tata bahasawan Arab membagi perbendaharaan kata menjadi tiga kelas kata yaitu isim nomina, fi‘il verba, dan harf partikel. 7 Nomina berdasarkan jumlah terbagi menjadi tiga, yaitu mufrad singular, mutsanna dual, dan jamak plural. Dalam bahasa Indonesia, jamak ialah sesuatu yang memiliki arti lebih dari satu. Sedangkan, jamak dalam bahasa Arab ialah sesuatu yang memiliki arti lebih dari dua atau banyak. Jamak dalam bahasa Arab terbagi menjadi tiga, 1 Jamak Mudzakkar sâlim , ialah jamak yang menunjukkan makna laki-laki banyak yang di-rafa ‘-kan dengan wawu, di-nasab-kan dan di-jar-kan dengan ya yang di-katsrah-kan huruf sebelumnya dan di-fathah-kan huruf 6 Prof. Dr. Aziz Fahrurrozi, MA dan Dr. Muhajir, MA, Gramatika Bahasa Arab, Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. I 7 Ibid, h. x 4 sesudahnya. 8 Misalnya, ٌ ْ م muslimun menjadi نْو ْ م muslim ȗ na ketika rafa ‘, نْي ْ م muslim ȋ na ketika nasab dan jar, 2 Jamak Muannats sâlim, ialah jamak yang menunjukkan makna perempuan dengan ketambahan alif dan ta. 9 Misalnya, ٌنمْ م mukminun menjadi ٌ انمْ م mukmin ȃ tun. 3 Jamak Taksîr, ialah lafaẕ yang berubah dari bentuk mufradnya. 10 Misalnya, ٌد waladun menjadi ٌداْ أ aul ȃ dun. Cara merubah bentuk kata tunggalnya ialah 1 menambahkan huruf tambahan pada bentuk tunggalnya, 2 mengurangi huruf aslinya, 3 merubah harakat syakalnya. Banyak orang awam yang tidak mengetahui perubahan bentuk pola jamak taksîr, karena perubahan bentuk jamaknya itu bervariasi. Sehingga, sering salah dalam menerjemahkannya. Banyak penerjemah sering menerjemahkan pola jamak taksîr dengan bentuk reduplikasi pengulangan, sehingga banyak menimbulkan pemborosan kata redundansi. Hal ini tidak dibenarkan dalam bahasa Indonesia. Di samping itu, tidak semua bentuk reduplikasi bermakna jamak. 8 Hifni Bek Dayyad, dkk, Kaidah Tata Bahasa Arab Nahwu, Sharaf, Balaghah, Baya , Ma a i, da Bade , Jakarta: Darul Ulum Press, 1991, cet. Ke-3, h. 155 9 Ibid, h. 156 10 K. H. Moch. Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan al- Ajuru iyyah da I rithy Berikut Penjelasannya, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000, h. 19 5 Contoh kasus pola jamak yang diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi yang terdapat dalam terjemahan Tafsir al-Mishbah.                             Sesungguhnya orang-orang yang membeli janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bagian di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka, tidak akan melihat kepada mereka pada Hari Kiamat dan tidak akan menyucikan mereka dan bagi mereka siksa yang sangat pedih. Q.S. Ali Imran: 77 Pada ayat di atas, kata ْ هنا ّْأ diterjemahkan dengan sumpah- sumpah mereka. Kata ٌ ْيأ diiringi dengan damîr ه yang berarti mereka. Kata tersebut kurang tepat diterjemahkan dalam bentuk reduplikasi, karena terjadinya redundansi yakni pemborosan kata. Hal ini tidak dibenarkan dalam gramatika bahasa Indonesia. Jadi, kata ٌ ْيأ cukup diterjemahkan dengan bentuk mufradnya saja yakni sumpah.                            Jika kamu mendapat luka pada perang Uhud, maka sungguh kaum kafir itu pun mendapatkan luka yang serupa pada perang Badar. Dan hari-hari masa kemenangan dan kegagalan itu, Kami pergilirkan di antara manusia dan supaya Allah mengetahui orang-orang yang beriman dan supaya sebagian kamu 6 dijadikan-Nya syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim. Q.S. Ali Imran: 140 Kata ٌماَّا merupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas, kata ٌماَّا diterjemahkan dengan „hari-hari’. Kata tersebut kurang tepat diterjemahkan dalam bentuk reduplikasi. Jamak qillah merupakan bentuk jamak yang menunjukkan makna tiga hingga sepuluh. Di dalam bahasa Indonesia untuk menunjukkan bentuk jamak yang tidak terlalu banyak ialah menggunakan kata beberapa sebagai penanda jamaknya. Jadi, terjemahan yang tepat dari kata ٌماَّا ialah beberapa hari. Contoh kasus lainnya ialah sebagai berikut: ك ةثاث دْنع Saya mempunyai tiga buku. Jika bentuk jamak pada contoh di atas diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi, seperti saya mempunyai tiga buku-buku, maka terjemahan akan terasa aneh dan itu juga tidak dibenarkan dalam gramatika bahasa Indonesia. Pada contoh di atas terlihat sekali perbedaan struktur gramatikal antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia. Meskipun, dalam bahasa Arab nomina di tulis dengan bentuk jamak, tetapi di dalam bahasa Indonesia cukup diterjemahkan dengan bentuk mufradnya saja yakni buku, karena bilangan tiga sudah menandakan jamak. 7 Dalam menerjemahkan pola jamak taksîr harus sesuai dengan polanya dan konteks. Konteks sangat berperan penting dalam menentukan makna. Terjemahan juga harus sesuai dengan bahasa sasaran Bsa. Dengan perbedaan struktur gramatikal itulah, penulis akan membahas pola jamak taksîr berdasarkan analisis semantik secara gramatikal. Maka, skripsi ini Penulis beri judul “Jamak taksîr dan Cara Menerjemahkannya” Studi Kasus: Surah Ali Imran Terjemahan Tafsir al-Mishbah. B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah Dalam pembatasan skripsi ini, Penulis akan membatasi penelitian ini agar pembahasannya tidak terlalu melebar. Penulis hanya membahas jamak taksîr yang berupa jamak qillah, jamak katsrah, dan shigat muntahal jumu‘ yang terdapat dalam Tafsir al-Mishbah. Adapun perumusan masalahnya ialah sebagai berikut: 1. Pola jamak taksir apa saja yang terdapat dalam surah Ali Imran? 2. Apa sajakah makna pola jamak taksîr yang terdapat dalam surah Ali Imran? 3. Bagaimana cara menerjemahkannya? 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian