Jamak taksir dan cara menerjemahkannya (studi kasus Ali Imran terjemahan tafsir al-Misbah)

(1)

JAMAK TAKSÎR

DAN CARA MENERJEMAHKANNYA

(Studi Kasus: Surah Ali Imran Terjemahan

Tafsir al-Mishbah

)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh

Farida

NIM: 107024001451

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 08 Desember 2011

Farida


(3)

ii

JAMAK TAKSÎR

DAN CARA MENERJEMAHKANNYA

(Studi Kasus: Surah Ali Imran Terjemahan

Tafsir al-Mishbah

)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh : Farida NIM: 107024001451

Pembimbing

Prof. Dr. Achmad Satori Ismail NIP. 195512061992031001

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Penulis, sehingga skripsi yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini dapat Penulis selesaikan.

Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya, dan para sahabatnya. Semoga kita semua mendapat syafa‟atnya di hari akhir. Amin

Dalam sekapur sirih ini, izinkanlah Penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Tarjamah, Dr. H. Ahmad Saehuddin, M.Ag dan Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum.

3. Prof. Dr. Ahmad Satori Ismail, selaku pembimbing skripsi yang telah mengorbankan waktu di tengah kesibukannya untuk membimbing dan memberikan pengarahan kepada Penulis.

4. Seluruh dosen Jurusan Tarjamah yang telah mendidik dan mengajarkan Penulis beraneka ragam ilmu pengetahuan bahasa, budaya, sastra, dan terjemah. Di antaranya ialah, Prof.

Dr. Rofi‟i, Dr. Zubair, M.Ag, Dr. Muhammad Yusuf, Ma, Dr. Abdul Chaer, MA, Dr. Ismakun Ilyas, MA, Drs. Ikhwan Azizi, MA, Ibu Karlina Helmanita, MA, Drs. Ahmad Syatibi , M.Ag, dan lain-lain.

5. Ayahanda dan Ibunda tercinta, H. Margani (alm) dan Hj. Daroni yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan moral dan motivasi motivasi kepada saya.


(6)

v

6. Teman-teman seperjuangan Jurusan Tarjamah angkatan 2007, Hani, Sa‟adah, Ismi, Sifa,

Aisyah, Ani, Wati, Syukron, Hilman, Rido, Reza, Anas, Arif, Rozak, Ibnu, Khoas, dan yang lainnya.

7. Terima kasih juga kepada kedua keponakkanku tersayang, Taufan Aditya dan Reza Saputra yang telah memberikan doa kepada saya. Terima kasih juga kepada semua saudaraku yang telah banyak membantu dan memberi dukungan kepada saya terutama iis.

8. Untuk kakak-kakak Hijau Daun yang selalu memberikan doa dan semangat kepada saya.

Aa Izal juga, dengan nasehatnya yang selalu saya ingat “jangan ngeluh kalau ingin sukses”.

9. Penulis juga banyak mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang kenal dengan Penulis, termasuk teman-teman KKS di Bogor dari Fakultas Syari‟ah dan Hukum,

Fakultas Fisip, Fakultas Adab dan Humaniora, dan Fakultas Dakwah.

Semoga karya ilmiah yang sangat sederhana ini bisa bermanfaat bagi para penerjemah. Kritik dan saran dari semua khalayak pembaca sangat dinantikan demi menyempurnakan skripsi ini.

Jakarta, 29 November 2011 Penulis,


(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Pernyataan ... i

Persetujuan Pembimbing ... ii

Pengesahan ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Pedoman Transliterasi ... ix

Abstrak ...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... . 8

E. Metodologi Penelitian ... 9


(8)

vii

BAB II KERANGKA TEORI

A. Penerjemahan

1) Pengertian Penerjemahan...13 2) Metode Penerjemahan ... 15 B. Reduplikasi

1) Pengertian Reduplikasi ...20 2) Bentuk-bentuk Reduplikasi ... 21

C. Semantik

1) Pengertian Semantik ... 21 2) Jenis Semantik ... 22 3) Manfaat Semantik ... 23

D. Pembentukkan Jamak

1) Jamak dalam Bahasa Indonesia ... 24 2) Jamak dalam Bahasa Arab ... 25

E. Jamak Taksir

1) Pengertian Jamak Taksir ... 25 2) Pola Jamak Taksir ... 26


(9)

viii

a. Jamak Qillah ... 26 b. Jamak Katsrah ... 27

c. Shigat Muntahal Jumu‟ ... 33

BAB III Penerjemahan Al-qur’an

A. Pengertian Al-qur’an ... 34 B. Terjemahan Al-qur’an ...36 C. Biografi

1) Riwayat Hidup Quraish Shihab... 36 2) Karya-karya ...41

BAB IV ANALISIS

A. Analisis Pola Jamak Taksir Surah Ali-Imran ...44

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 72 B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA


(10)

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin dalam Buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2007.

1. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

ا A T

B ظ Z

T ع „

ث Ts Gh

ج J ف F

H ق Q

خ Kh K

د D ل L

Dz م M

ر R ن N


(11)

x

س S ة H

ش Sy ء `

ص S ي Y

ض D

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

A. Vokal tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

---- A Fathah

---- I Kasrah

--- U Dammah

B. Vokal rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

---ي Ai a dan i


(12)

xi C. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan

dengan harakat dan huruf, yaitu :

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي/ا---- Â a dengan topi di atas

----ي Î i dengan topi di atas

---و Û u dengan topi di atas

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا , dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh : al-rijâl bukan ar- rijâl, al-dîwân bukan ad- dîwân.

4. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah

tanda--- dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku

jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang

diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ةرو لا tidak ditulis ad-darûrah

melainkan al- darûrah, demikian seterusnya.

5. Ta Marbûtah

Jika huruf Ta Marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut


(13)

xii

Marbûtah tersebut diikuti oleh (na‟t) atau kata sifat (contoh no.2). namun jika huruf Ta Marbûtah tersebut diikuti kata benda, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf

/t/ (contoh no.3)

No. Kata Arab Alih Aksara

1

ي ط

Tarîqah

2

يماسإا م لا

al-jâmi’ah al-islâmiyah

3

دوجولا ة حو

wihdat al-wujûd

6. Huruf kapital

Mengikuti EYD bahasa Indonesia. Untuk proper name (nama diri, nama tempat, dan


(14)

xiii

ABSTRAK

Farida.

NIM: 107024001451

Jamak Taksîr dan Cara Menerjemahkannya

(studi kasus: Surah Ali Imran Terjemahan Tafsir al-Mishbah)

Di bawah bimbingan Prof. Dr. Syatori, M.Ag.

Dalam meneliti kajian ini, Penulis menggunakan jenis atau metode riset kualitatif dengan analisis deskriptif dengan studi kepustakaan. Dalam menghimpun sumber data, Penulis merujuk sumber primer dan bahan sekunder yang dianggap penting demi pengayaan penelitian ini. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi teks/document research.

Observasi teks dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu teks berupa data primer berupa

"Tafsir al-Mishbah " dan data sekunder seperti, buku-buku teori penerjemahan, wawasan

mengenai pola jamak taksir, buku yang berkaitan dengan semantik, dan kamus yang terkait dengan pembahasan, sampai data-data yang terdapat di internet. Data primer merupakan sasaran utama dalam analisis, sedangkan data sekunder diperlukan guna mempertajam analisis data primer sekaligus dapat dijadikan bahan pelengkap ataupun pembanding.

Dalam penelitian yang Penulis lakukan ini, terdapat beberapa point yang dapat dirumuskan; 1) bentuk pola jamak taksir 2) makna dari pola jamak taksir.

Banyak orang awam yang tidak mengetahui perubahan bentuk pola jamak taksir, karena perubahan bentuk jamak taksir itu bervariasi. Sehingga, sering salah dalam menerjemahkannya. Penerjemah sering menerjemahkan pola jamak taksir dengan bentuk reduplikasi (pengulangan), sehingga banyak menimbulkan pemborosan kata (redundansi). Hal ini tidak dibenarkan dalam bahasa Indonesia. Di samping itu pula, tidak semua bentuk reduplikasi bermakna jamak.

Dalam menerjemahkan pola jamak taksir harus disesuaikan dengan bentuk pola dan berdasarkan dengan konteks. Konteks sangat mempengaruhi perubahan makna.

Penulis menarik kesimpulan bahwa hasil terjemahan Tafsir al-Mishbah terkait masalah

pola jamak taksir sudah cukup baik. Namun, masih ada beberapa kata yang diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi, sehingga terjadinya redundansi (pemborosan kata).


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menerjemah sering kali dianggap sebagai sesuatu yang mudah. Padahal, orang yang mengerti bahasa sumber (Bsu) dan bahasa sasaran (Bsa) yang merupakan komponen utama dalam penerjemahan belum tentu menjadi jaminan bahwa dia bisa menerjemahkan dengan baik dan handal.1 Menerjemah merupakan seni yang rumit dan menuntut adanya bakat serta pengetahuan mendalam tentang bahasa Ibu dan bahasa sasaran yang akan diterjemahkan di samping menuntut penguasaan kosa kata bahasa sasaran, rasa bahasa, susunan, dan strukturnya.2

Penerjemahan adalah upaya mengalihkan pesan dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Secara luas, terjemah dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pesan balik verbal maupun non-verbal, dari informasi asal atau informasi sumber

ke dalam informasi sasaran. Sedangkan, secara keseharian dalam pengertian dan cakupan yang lebih sempit terjemah bisa diartikan sebagai suatu proses pengalihan pesan yang terdapat dalam teks bahasa pertama

1

Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim al-An, Cara Mudah Menerjemahkan Arab Indonesia,

(Tangerang: Dikara, 2010), h. 7

2


(16)

2

atau bahasa sumber dengan padanannya di dalam bahasa kedua atau bahasa sasaran.3

Ada dua perangkat yang wajib digunakan dalam penerjemahan yaitu perangkat intelektual dan perangkat praktis. Perangkat intelektual mencakup kemampuan yang baik dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran. Pengetahuan mengenai pokok masalah yang diterjemahkan, penerapan pengetahuan yang dimiliki, serta ketrampilan. Perangkat praktis meliputi kemampuan menggunakan sumber-sumber rujukan dan pengetahuan mengenai konteks suatu teks.4

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dilakukan oleh alat ucap manusia.5

Setiap bahasa memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan bahasa yang lain. Demikian pula dengan bahasa Arab yang memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dengan bahasa Indonesia.

Bahasa terdiri dari dua lapisan bentuk dan lapisan arti yang dinyatakan oleh bentuk itu. Bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan yang

3

Suhendra Yusuf, Teori Terjemah, Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik, (Bandung: Mandar Maju,1994), h. 8

4

Rochaya Machali, Pedoman bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 11

5


(17)

3

disebut dengan gramatikal. Satuan-satuannya itu ialah wacana, kalimat, klausa, frasa, kata, dan morfem.

Bahasa Arab tergolong bahasa yang inflektif, artinya bahasa yang

mempunyai sejumlah perubahan bentuk, baik bertalian dengan aturan pembentukkan kata maupun bertalian dengan fungsi sintaksis setiap kata.6 Berdasarkan ciri makna linguistik, tata bahasawan Arab membagi perbendaharaan kata menjadi tiga kelas kata yaitu isim (nomina), fi‘il

(verba), dan harf (partikel).7

Nomina berdasarkan jumlah terbagi menjadi tiga, yaitu mufrad

(singular), mutsanna (dual), dan jamak (plural). Dalam bahasa Indonesia,

jamak ialah sesuatu yang memiliki arti lebih dari satu. Sedangkan, jamak dalam bahasa Arab ialah sesuatu yang memiliki arti lebih dari dua atau banyak.

Jamak dalam bahasa Arab terbagi menjadi tiga, (1) Jamak Mudzakkar sâlim, ialah jamak yang menunjukkan makna laki-laki banyak

yang di-rafa‘-kan dengan wawu, di-nasab-kan dan di-jar-kan dengan ya

yang di-katsrah-kan huruf sebelumnya dan di-fathah-kan huruf

6

Prof. Dr. Aziz Fahrurrozi, MA dan Dr. Muhajir, MA, Gramatika Bahasa Arab, (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), h. I

7


(18)

4

sesudahnya.8 Misalnya,

ٌ ْ م

(muslimun) menjadi

نْو ْ م

(muslimȗna)

ketika rafa‘,

نْي ْ م

(muslimȋ na) ketika nasab dan jar, (2) Jamak Muannats sâlim, ialah jamak yang menunjukkan makna perempuan

dengan ketambahan alif dan ta.9 Misalnya,

ٌنمْ م

(mukminun) menjadi

ٌ انمْ م

(mukminȃtun). (3) Jamak Taksîr, ialah lafaẕ yang berubah dari

bentuk mufradnya.10 Misalnya,

ٌد

(waladun) menjadi

ٌداْ أ

(aulȃdun).

Cara merubah bentuk kata tunggalnya ialah (1) menambahkan huruf tambahan pada bentuk tunggalnya, (2) mengurangi huruf aslinya, (3) merubah harakat syakalnya.

Banyak orang awam yang tidak mengetahui perubahan bentuk pola jamak taksîr, karena perubahan bentuk jamaknya itu bervariasi.

Sehingga, sering salah dalam menerjemahkannya. Banyak penerjemah sering menerjemahkan pola jamak taksîr dengan bentuk reduplikasi

(pengulangan), sehingga banyak menimbulkan pemborosan kata (redundansi). Hal ini tidak dibenarkan dalam bahasa Indonesia. Di

samping itu, tidak semua bentuk reduplikasi bermakna jamak.

8

Hifni Bek Dayyad, dkk, Kaidah Tata Bahasa Arab (Nahwu, Sharaf, Balaghah, Baya , Ma a i, da Bade), (Jakarta: Darul Ulum Press, 1991), cet. Ke-3, h. 155

9

Ibid, h. 156

10

K. H. Moch. Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan al-Ajuru iyyah da I rithy Berikut Penjelasannya, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 19


(19)

5

Contoh kasus pola jamak yang diterjemahkan dengan bentuk

reduplikasi yang terdapat dalam terjemahan Tafsir al-Mishbah.

























Sesungguhnya orang-orang yang membeli janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bagian di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka, tidak akan melihat kepada mereka pada Hari Kiamat dan tidak akan menyucikan mereka dan bagi mereka siksa yang sangat pedih. (Q.S. Ali Imran: 77)

Pada ayat di atas, kata

ْ هنا ّْأ

diterjemahkan dengan sumpah-sumpah mereka. Kata

ٌ ْيأ

diiringi dengan damîr

ه

yang berarti mereka.

Kata tersebut kurang tepat diterjemahkan dalam bentuk reduplikasi, karena

terjadinya redundansi yakni pemborosan kata. Hal ini tidak dibenarkan

dalam gramatika bahasa Indonesia. Jadi, kata

ٌ ْيأ

cukup diterjemahkan dengan bentuk mufradnya saja yakni sumpah.

















Jika kamu mendapat luka (pada perang Uhud), maka sungguh kaum (kafir) itu pun mendapatkan luka yang serupa (pada perang Badar). Dan hari-hari (masa kemenangan dan kegagalan) itu, Kami pergilirkan di antara manusia dan supaya Allah mengetahui orang-orang yang beriman dan supaya sebagian kamu


(20)

6

dijadikan-Nya syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim. (Q.S. Ali Imran: 140)

Kata

ٌماَّا

merupakan bentuk jamak qillah. Pada ayat di atas, kata

ٌماَّا

diterjemahkan dengan „hari-hari’. Kata tersebut kurang tepat diterjemahkan dalam bentuk reduplikasi. Jamak qillah merupakan bentuk

jamak yang menunjukkan makna tiga hingga sepuluh. Di dalam bahasa Indonesia untuk menunjukkan bentuk jamak yang tidak terlalu banyak ialah menggunakan kata beberapa sebagai penanda jamaknya. Jadi, terjemahan yang tepat dari kata

ٌماَّا

ialah beberapa hari.

Contoh kasus lainnya ialah sebagai berikut:

ك ةثاث دْنع

Saya mempunyai tiga buku.

Jika bentuk jamak pada contoh di atas diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi, seperti saya mempunyai tiga buku-buku, maka

terjemahan akan terasa aneh dan itu juga tidak dibenarkan dalam gramatika bahasa Indonesia.

Pada contoh di atas terlihat sekali perbedaan struktur gramatikal antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia. Meskipun, dalam bahasa Arab nomina di tulis dengan bentuk jamak, tetapi di dalam bahasa Indonesia cukup diterjemahkan dengan bentuk mufradnya saja yakni buku,


(21)

7

Dalam menerjemahkan pola jamak taksîr harus sesuai dengan

polanya dan konteks. Konteks sangat berperan penting dalam menentukan makna. Terjemahan juga harus sesuai dengan bahasa sasaran (Bsa).

Dengan perbedaan struktur gramatikal itulah, penulis akan membahas pola jamak taksîr berdasarkan analisis semantik secara

gramatikal. Maka, skripsi ini Penulis beri judul Jamak taksîr dan Cara Menerjemahkannya” (Studi Kasus: Surah Ali Imran Terjemahan Tafsir al-Mishbah).

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Dalam pembatasan skripsi ini, Penulis akan membatasi penelitian ini agar pembahasannya tidak terlalu melebar. Penulis hanya membahas

jamak taksîr yang berupa jamak qillah, jamak katsrah, dan shigat

muntahal jumu‘ yang terdapat dalam Tafsir al-Mishbah.

Adapun perumusan masalahnya ialah sebagai berikut:

1. Pola jamak taksir apa saja yang terdapat dalam surah Ali

Imran?

2. Apa sajakah makna pola jamak taksîr yang terdapat

dalam surah Ali Imran?


(22)

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui bentuk pola jamak taksîr apa saja yang

terdapat dalam surah Ali Imran.

2. Mengetahui makna pada setiap pola jamak taksîr.

3. Mengetahui cara menerjemahkan jamak taksîr.

Adapun manfaat penelitian ini secara teoritis ialah dapat mengetahui bagaimana cara menerjemahkan pola jamak taksîr, karena

tidak semua bentuk jamak taksîr diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi

dalam bahasa Indonesia. Sedangkan, secara praktis ialah penerjemah tidak kebingungan dalam menerjemahkan bentuk jamak taksîr ke dalam bahasa

Indonesia serta dapat memberikan sumbangsih terhadap penerjemahan dan pengetahuan bagi para penerjemah.

D. Tinjauan Pustaka

Pada skripsi ini Penulis menggunakan Tafsir al-Mishbah terjemahan Prof. Dr.

Quraish Shihab sebagai objek utama dalam penelitian ini. Penulis juga menggunakan literatur-literatur yang berhubungan dengan pembahasan, seperti

Terjemahan Alfiyyah karya Bahaud Din Abdullah Ibnu „Aqil, Pedoman Bagi Penerjemah karya Rochaya Machali, Seni Menerjemahkan karya Widyamartaya, Pembentukkan Kata Dalam Bahasa Indonesia karya Harimurti Kridalaksana, Gramatika Bahasa Arab karya Prof. Dr. Aziz Fahrurrozi, MA dan Dr. Muhajir,


(23)

9

Penulis menemukan satu orang peneliti terdahulu yang membahas tentang pola jamak taksîr. Peneliti tersebut bernama Agus Setyawan

dengan judul Pola Jamak taksîr dan Pemaknaannya Dalam Terjemahan al-Quran Departemen Agama Terhadap Juz 30.

Ia membahas pola jamak taksîr yang berupa jamak qillah dan jamak katsrah. Dia membahas semua pola jamak qillah, sedangkan jamak katsrahnya tidak semua dibahas. Dalam pola jamak katsrah dia hanya

membahas pola yang berbentuk

ٌ ْوعف

(fu‘ûlun),

ٌ اَعف

(

fu ‘ââlun),

ٌ اعف

(fi

âlun), dan

ٌلعف

(

fuulun)

.

Sedangkan, Penulis membahas pola jamak qillah, jamak katsrah, dan shigat muntahal jumu‘. Penulis membahas

bagaimana cara menerjemahkan pola jamak taksir ke dalam bahasa

Indonesia. Studi kasus yang digunakan juga berbeda, Penulis akan menganalisis surah Ali Imran yang terdapat dalam Tafsir al-Mishbah.

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, Penulis menggunakan metode kualitatif, merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan di masyarakat bahasa.11 Penelitian ini bersifat deskriptif, yakni menjelaskan atau mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya. Data-data yang terkait dengan pola jamak

11

Prof. Dr. Hj. T. Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), h. 11


(24)

10

taksîr akan dikumpulkan kemudian dideskripsikan sehingga, dapat

memberikan kejelasan terhadap objek yang diteliti.

Sedangkan, dalam pencarian data Penulis menggunakan beberapa sumber yang terkait dengan permasalahan yang ada melalui data primer dan data sekunder sebagai penunjangnya yang bersifat kepustakaan (Library Research). Sumber utama yang digunakan oleh Penulis ialah Tafsir al-Mishbah Terjemahan Prof. Dr. Quraish Shihab dan buku-buku

yang membahas tentang pola jamak taksîr. Sedangkan, data sekunder yang

Penulis gunakan ialah buku-buku yang terkait dengan pembahasan, seperti

Teori Semantik, Tarjim al-An, Pembentukkan Kata, Penerjemahan Arab Indonesia, dan lain-lain sebagai penunjang pembahasan yang akan diteliti.

Data-data yang ada dikumpulkan dengan cara selective coding,

yaitu memilih secara selektif kasus-kasus yang sesuai dengan topik pembahasan. Kemudian, data dikelompokkan sesuai dengan tempatnya. Setelah itu, data diolah dengan menggunakan teori semantik gramatikal.

Penulisan skripsi ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang disusun oleh Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.


(25)

11

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yakni sebagai berikut:

Bab I, Penulis akan menulis pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang masalah. Dimana penting atau tidaknya judul ini untuk diteliti sehingga menghasilkan suatu karya ilmiah. Lalu, menuliskan perumusan masalah dan membatasinya, sehingga tujuan dari penelitian ini tercapai. Penulis juga menulis tinjauan pustaka yang berfungsi sebagai acuan atau referensi dalam penelitian ini. Selain itu, di dalamnya terdapat metode penilitian yang digunakan dalam penelitian, agar para pembaca tahu dan bisa menilai keilmiahan penelitian ini.

Bab II, merupakan kerangka teori yang terdiri dari lima sub bagian yaitu: pertama, gambaran umum mengenai penerjemahan, kedua,

mengenai pengertian reduplikasi dan macam-macamnya, ketiga, berisikan,

teori semantik, keempat mengenai pembentukkan jamak, dan kelima,

mengenai teori jamak taksîr.

Bab III, berisi tentang penerjemahan al-Quran dan sekilas mengenai biografi pengarang Tafsir al-Mishbah beserta karya-karyanya.

Bab IV, merupakan hasil analisis dari pola jamak taksîr dan cara


(26)

12

Bab V, adalah bab penutup yang berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta saran.


(27)

13

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Penerjemahan

1. Pengertian

Terjemah secara etimologis berasal dari bahasa Arab yang artinya

penjelasan. Sedangkan, secara terminologis terjemah adalah seni tentang

memindahkan makna dan uslûb (gaya ungkapan) dari satu bahasa ke bahasa

yang lain, dimana pembaca yang berbahasa sasaran melihat teks terjemahan dan merasakannya seperti melihat pembicara aslinya dan merasakan gaya bahasa teks aslinya.12

Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, dalam buku mereka The Theory and Practice of Translation, menerjemahkan merupakan kegiatan

menghasilkan kembali di dalam bahasa penerima barang yang secara sedekat-dekatnya dan sewajarnya sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua menyangkut gayanya.13

12

Dr. Achmad Satori, op.cit., h. 4

13


(28)

14

Newmark memberikan definisi tentang penerjemahan sebagai mengalihkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan apa yang dimaksud oleh pengarang.14

Larson menitik beratkan penerjemahan pada pengalihan makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Pengalihan ini dilakukan dari bentuk bahasa pertama ke dalam bentuk bahasa kedua melalui struktur semantik. Maknalah yang dialihkan dan harus dipertahankan, sedangkan bentuk bahasa boleh diubah.15

Menurut Brislin, penerjemah adalah sebuah bentuk umum yang mengacu pada memindahkan pemikiran dan ide dari suatu bahasa (sumber) ke bahasa yang lain (sasaran), baik bahasa itu dalam bentuk tertulis ataupun dalam bentuk lisan, baik bahasa itu telah disusun secara ortografi ataupun belum

standar, ataupun baik satu atau dua bahasa itu berdasarkan tanda, seperti isyarat untuk orang yang tuli.16

Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa penerjemahan adalah memindahkan pesan teks dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, bukan pemindahan struktur bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

14

Dr. Frans Sayogi, M.pd, Penerjemahan Bahasa Inggris Ke Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 7

15

Suhendra Yusuf, op.cit., h. 9

16


(29)

15

Dalam teori penerjemahan, dua teks (bahasa sumber dan bahasa sasaran) yang sepadan adalah dua teks yang isinya dipahami secara serupa oleh penerima (pembaca atau pendengar) masing-masing dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran.

2. Metode Penerjemahan

Metode penerjemahan ialah teknik yang digunakan oleh seorang penerjemah saat hendak memutuskan menerjemahkan suatu Tsu (teks sumber).17

Menurut Machali, metode penerjemahan adalah cara melakukan penerjemahan dan rencana dalam pelaksanaan penerjemahan. Metode penerjemahan dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai perspektif kebahasaan.18

Menurut Newmark ada dua orientasi dalam metode penerjemahan.

Pertama, metode penerjemahan yang diberi penekanan pada bahasa sumber

adalah:

1. Penerjemahan Kata Demi Kata

Penerjemahan ini dianggap penerjemahan yang paling dekat dengan bahasa sumber. Dalam penerjemahan jenis ini urutan kata dalam teks bahasa sumber tetap dipertahankan, dan kata-kata diterjemahkan

17

Moch. Syarif Hidayatullah, op.cit., h. 31

18


(30)

16

menurut makna dasar diluar konteks. Kata-kata bermuatan budaya diterjemahkan secara harfiah. Terjemahan kata demi kata berguna untuk

memahami bahasa sumber atau untuk menafsirkan teks yang sulit sebagai proses awal penerjemahan.19

ماْقأ ةع ْرأ دْنع

Dan di sisiku empat pulpen. 2. Penerjemahan Harfiah

Penerjemahan dilakukan dengan mengkonversi kontruksi gramatika bahasa sumber ke dalam kontruksi bahasa penerima yang paling dekat. Namun, kata-kata tetap diterjemahkan dengan satu demi satu tanpa mempertimbangkan konteks pemakainnya.20

ا ْ ا اّاحض دعا اتْركايْغّ ى إ نا ْ إا رب ا اجر ْنم ٌلجر ءاج

Datang seorang lelaki baik ke Yogyakarta untuk membantu korban-korban goncangan.21

19

Ibid, h. 84

20

Syihabuddin, M.A, Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek), (Bandung: Humaniora, 2005), h. 71

21


(31)

17

3. Penerjemahan Setia

Penerjemahan setia mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual walaupun masih terikat oleh struktur gramatikal bahasa sumber. Kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan, tetapi menyimpang dari struktur gramatikal bahasa sasaran. Penerjemahan jenis ini berpegang teguh pada tujuan dan maksud bahasa sumber, sehingga terlihat sebagai terjemahan yang kaku.22 Metode ini berupaya untuk setia sepenuhnya pada tujuan penulis.

دامَر ا رْي ك وه

Dia (lk) dermawan karena banyak abunya.23

4. Penerjemahan Semantik

Penerjemahan semantik berbeda dengan penerjemahan setia, karena harus lebih memperhitungkan unsur estetika (antara lain kehidupan

bunyi) teks bahasa sumber dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran. Selain itu, kata yang hanya sedikit mengandung muatan budaya dapat diterjemahkan dengan kata yang netral atau istilah yang fungsional.24 Perbedaaan penerjemahan setia dan

22

Dr. Frans Sayogi, M.pd, op.cit., h. 85

23

Moch. Syarif Hidayatullah, op.cit., h. 32

24


(32)

18

penerjemahan semantik adalah bahwa penerjemahan semantik lebih fleksibel.

لْصّ ا مامأ نْيهْجو ا ا ّْار

Aku lihat si muka dua di depan kelas.25

Kedua, metode penerjemahan yang diberi penekanan pada bahasa

sasaran adalah:

5. Penerjemahan Adaptasi

Penerjemahan adapatasi adalah bentuk penerjemahan paling bebas dan paling dekat ke bahasa sasaran. Penerjemahan jenis ini terutama untuk drama dan puisi. Tema, karakter, dan alur biasanya tetap dipertahankan. Kebudayaan bahasa sumber dikonversikan ke dalam kebudayaan bahasa sasaran dan teks ditulis kembali. Dalam karangan ilmiah, logikanya diutamakan, sedangkan contoh-contoh dikurangi atau ditiadakan.26

مدق وط ت ا اديع شاع

رهن ا ى عأ عي اني ا دنع

Dia hidup jauh dari jangkauan

Di atas gemericik air sungai yang terdengar jernih27

25

Ibid.

26

Dr. Frans Sayogi, M.pd, op.cit.

27


(33)

19

6. Penerjemahan Bebas

Penerjemahan bebas adalah penulisan kembali tanpa melihat bentuk aslinya. Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah biasanya mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk teks. Dalam metode ini, biasanya berbentuk parafrasa yang dapat lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya. Metode ini sering kali digunakan untuk keperluan media masa.28

نْيع ْجأ ان ا ايح دا ّ ا ْوصأ ْنم ْيظع لصأ ا ا نأ يف

Harta sumber malapetaka29 7. Penerjemahan Idiomatik

Seorang penerjemah memproduksi pesan dalam teks Bsu (bahasa sumber). Metode ini mengharuskannya untuk sering menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Dalam terjemahannya juga banyak terjadi distorsi nuansa makna, tetapi lebih hidup dan lebih nyaman dibaca.30

28

Ibid, h. 33

29

Ibid

30


(34)

20

ٌَوق داحتإا يف

Bersatu kita teguh Bercerai kita runtuh31

8. Penerjemahan Komunikatif

Metode ini mengharuskan penerjemah memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi (pembaca dan tujuan penerjemahan).

ةغضم نم ث ةق ع ث ةّطن نم روط ن

Kita tumbuh dari mani, lalu segumpal darah, dan kemudian segumpal daging.(awam)

Kita berproses dari sperma, lalu zigot, dan kemudian embrio.

(terpelajar)32

B. Reduplikasi

1. Pengertian

Ada beberapa pengertian reduplikasi menurut berbagai pakar

kebahasaan, yaitu:

a. Proses pembentukkan kata dengan mengulang bentuk dasar, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak.

31

Moch. Syarif Hidayatullah, Diktat Teori Dan Permasalahan Penerjemahan, 2007, h. 59

32


(35)

21

b. Pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.

c. Peristiwa pembentukkan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak.

Hasil pengulangan disebut dengan kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.

2. Bentuk-bentuk Reduplikasi

a. Dwipurwa, adalah pengulangan suku pertama pada leksem dengan

pelemahan vokal. Contoh: tetangga, lelaki, tetamu, dan sesama.

b. Dwilingga, adalah pengulangan leksem. Contoh: rumah-rumah, pagi-pagi,

dan barang-barang.

c. Dwilinga salin suara, adalah pengulangan leksem dengan variasi fonem.

Contoh: mondar-mandir, bolak-balik, compang-camping, dan corat-coret. d. Dwiwasana adalah pengulangan bagian belakang dari leksem. Contoh:

pertama-tama, perlahan-lahan.33

C. Semantik

1. Pengertian Semantik

Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani

sema’ (kata benda) yang berarti „tanda’ atau „lambang’.34 Kata kerjanya

33

Harimurti Kridalaksana, Pembentukkan Kata Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 89

34


(36)

22

adalah „semaino’ yang berarti „menandai’ atau „melambangkan’. Yang

dimaksud tanda atau lambang disini adalah tanda-tanda linguistik.

Istilah semantik baru muncul pada tahun 1984 yang dikenal melalui American Philological Association „Organisasi Filologi Amerika’

dalam sebuah artikel yang berjudul Reflected Meanings; A Point in Semantics.35

Menurut Ferdinan de Saussure, tanda lingustik terdiri dari: 1) Komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk bunyi-bunyi bahasa dan 2) Komponen yang diartikan atau makna dari komponen pertama.36

Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang lazim disebut sebagai referen atau hal yang ditunjuk.37

Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu semantik ialah ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya dan ilmu tentang makna atau arti.

2. Jenis Semantik

Berdasarkan jenis semantiknya, dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal.

35

Prof. Dr. T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 1 (Pengantar ke Arah Ilmu Makna), (Bandung: PT. Refika Aditama, 1999), h. 1

36

Abdul Chaer, op.cit.

37


(37)

23

a. Makna Leksikal

Makna leksikal adalah makna kata yang berdiri sendiri baik sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra, maupun makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.38 Umpamanya kata tikus makna leksikalnya ialah sebangsa binatang

pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. b. Makna Gramatikal

Makna gramatikal adalah makna yang timbul sebagai akibat dari proses gramatika seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.39 Jadi,

makna gramatikal ialah makna yang muncul sebagai akibat digabungkannya sebuah kata dalam suatu kalimat.

3 Manfaat Semantik

Bagi seorang wartawan, reporter, ataupun orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan mereka akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai semantik yaitu dapat memudahkan dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.40

Bagi peneliti bahasa dan bagi pelajar sastra, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal teoritis yaitu untuk menganalisis bahasa yang sedang dipelajari.

38

Ibid, h. 60

39

Ibid, h. 62

40


(38)

24

Sedangkan bagi pengajar sastra, pengetahuan semantik akan memberi manfaat teoritis, maupun praktis. Secara teoritis, teori-teori semantik akan membantu dalam memahami dengan lebih baik bahasa yang akan diajarkannya. Manfaat praktisnya adalah kemudahan untuk mengajarkannya.

Bagi orang awam pemakaian dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan untuk dapat memahami dunia yang penuh dengan informasi dan lalu-lintas kebahasaan yang terus berkembang.

D. Pembentukkan Jamak

1. Jamak Dalam Bahasa Indonesia

Jamak adalah bentuk kata yang menyatakan lebih dari satu atau banyak.41 Dalam bahasa Indonesia, bentuk jamak ditandai dengan: a.) menambahkan kata bilangan, seperti tiga pulpen b.) menggunakan kata yang bermakna jamak, seperti beberapa, berbagai, para, dan seluruh c.) pengulangan leksem (reduplikasi), seperti rumah-rumah.

Beberapa ialah jumlah yang tidak tentu banyaknya (bilangan lebih dari dua, tetapi tidak banyak).42 Contoh: Arya membeli beberapa buku cerita.

Berbagai memiliki makna berjenis-jenis atau bermacam-macam.43 contoh: Pak Ali menjual berbagai macam buah-buahan segar.

41

Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 455

42

Ibid, h. 119

43


(39)

25

Para ialah kata penyerta yang menyatakan pengacuan ke kelompok.44 Contoh: Para tamu sudah berdatangan.

Seluruh ialah menunjukkan suatu keutuhan.45 Contoh: Seluruh umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri.

2. Jamak Dalam Bahasa Arab

Jamak ialah sesuatu yang memiliki arti lebih dari dua atau banyak. Pembentukkan jamak dalam bahasa Arab terbagi menjadi tiga, yaitu,

jamak mudzakkar sâlim, jamak muannats sâlim, dan jamak taksîr.

E. Jamak taksîr

1. Pengertian

Jamak taksîr ialah jamak yang menunjukkan makna lebih banyak

daripada dua dengan mengalami perubahan yang jelas.46

Jamak taksîr itu ada dua macam, yaitu jamak qillah dan jamak katsrah. Jamak qillah pada hakikatnya menunjukkan jumlah tiga hingga

sepuluh. Sedangkan, jamak katsrah menunjukkan jumlah di atas sepuluh

dan seterusnya.47Jamak qillah memiliki empat wazan, yaitu

ٌة عْفأ

(af‘ilah)

seperti, lafaz

ٌةح ْسأ

(aslihah), wazan

ٌلعْفأ

(af‘ulun)seperti, lafaz

ٌس ْفأ

(aflusun), wazan

ٌة ْعف

(fi‘lah)seperti, lafaz

ٌةيْف

(fityah), dan wazan

ٌ اعْفأ

44

Ibid, h. 828

45

Ibid, h. 1024

46Bahauddin Abdullah Ibnu Aqil,

Terjemahan Alfiyyah 2, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2006), h. 855

47


(40)

26

(af‘ȃlun) seperti, lafaz

ٌ ارْفأ

(afrȃsun). Selain keempat wazan tersebut,

dinamakan jamak katsrah.

Shigat muntahal jumu‘ ialah setiap jamak yang ada dua hurufnya setelah alif jamak taksirnya

لعاّم

(mafȃ‘il), atau ada tiga huruf yang

huruf tengahnya sukun

لْيعاّم

(mafȃȋ l). Seperti,

هارد

(darȃhim) dan

رْيناند

(danȃnȋ r).

2. Pola Jamak taksir

A. Jamak qillah

1. Wazan

ٌة عْفأ

(af‘ȋ lah)

Wazan af‘ȋ lah adalah bentuk jamak dari setiap isim mudzakkar yang rubȃȋ dan huruf ketiganya dibaca mad

(panjang), seperti lafa

ٌفْيغر

(raghȋ fun) bentuk jamaknya

ٌةّغْرأ

(arghifah).

Wazan af‘ȋ lah ditetapkan sebagai bentuk jamak dari isim rubȃȋ yang muḏȃ‘af atau mu‘tal lam dari wazan fi‘ȃlun.

Seperti, lafa

ٌءانف

(finȃ)bentuk jamaknya

ٌةينْفأ

(afniyah).

2. Wazan

ٌلعْفأ

(af‘ulun)

Af‘ulun adalah bentuk jamak dari setiap isimtsulatsȋ yang

ber-wazan fa‘lun lagi sahȋh ‘ainnya, seperti lafa

ٌسّْن

(nafsun)


(41)

27

3. Wazan

ٌة ْعف

(fi‘lah)

Wazanfi‘lah merupakan bentuk jamak yang telah diketahui

melalui dalil naqlȋ. Wazan ini tidak diberlakukan atas sesuatupun

di antara bentuk-bentuk jamak, akan tetapi hanya berdasarkan hafalan. Seperti, lafa

ى ف

(fatȃ) bentuk jamaknya

ٌةيْف

(fityah).

4. Wazan

ٌ اعْفأ

(af‘ȃlun)

Sebagian di antara wazan fu‘alun bentuk jamaknya ialah af‘ȃlun. Seperti lafa

ٌ طر

(ruabun) bentuk jamaknya

ٌ اطْرأ

(arṯ ȃbun). B. Jamak katsrah

1. Wazan

ٌلعف

(fu‘ulun)

Bentuk jamak ini berlaku untuk setiap isim rubȃȋ, sebelum

huruf akhirnya terdapat huruf mad dengan syarat sahih huruf

akhirnya dan tidak di-mua‘ȃf-kan lagi. Dalam hal ini tidak ada

perbedaan antara mudzakkar dan muannats, seperti lafa

ٌرا

(himȃrun) bentuk jamaknya

ٌر

(humurun).

2. Wazan

ٌلعف

(fua‘lun)

Bentuk jamak ini berlaku untuk setiap isim yang berwazan


(42)

28

jamaknya

ٌفرغ

(ghurafun) dan

رْبك

(kubrȃ) bentuk jamaknya

ٌربك

(kubarun).

3. Wazan

ٌلعف

(fi‘alun)

Wazan ini berlaku untuk isim yang berwazan

ٌة ْعف

(fi‘lah),

seperti lafa

ٌرْ ك

(kisrah) bentuk jamaknya

ٌر ك

(kisarun).

Tetapi adakalanya wazan

ٌة ْعف

(fi‘lah) bentuk jamaknya

berwazan

ٌلعف

(fu‘alun), seperti lafa

ٌةيْح

(lihyah) bentuk

jamaknya

ىح

(luhan).

4. Wazan

ٌة عف

(fu‘alah)

Wazan ini berlaku untuk setiap wasaf yang berwazan

ٌلعاف

(fȃ‘il), mu’tal lamnya dan untuk mudzakkar yang berakal, seperti lafa

مار

(rȃmin) bentuk jamaknya

ٌامر

(rumȃh).

5. Wazan

ٌة عف

(fa‘alah)

Wazan ini berlaku untuk semua sifat yang berwazan

ٌلعاف

(fȃ‘il) yang sahȋ h lamnya, juga untuk mudzakkar yang berakal,

seperti lafa

ٌلماك

(kȃmilun) bentuk jamaknya

ٌة ك

(kamalah).

6. Wazan

ى ْعف

(fa‘lȃ)

Wazan ini berlaku untuk setiap wasaf yang berwazan

ٌلْيعف

(fa‘ȋ lun) dan menunjukkan makna binasa atau sakit, seperti lafa


(43)

29

Disamakan pula yang berwazanfa‘ȋ lun, seperti lafa

ٌنم

(zaminun) bentuk jamaknya

ىنْم

(zamnȃ).

7. Wazan

ٌة عف

(fi‘alah)

Wazan ini berlaku untuk isim yang sahih lamnya, berwazan fu‘lun, seperti lafa

ٌ ْرق

(qurtun) bentuk jamaknya

ٌةطرق

(qiratah).

Akan tetapi, bagi isim yang berwazanfi‘lun bentuk jamaknya harus

dihafalkan, seperti lafa

ٌدْرق

(qirdun) bentuk jamaknya

ٌدرق

(qiradah).

8. Wazan

ٌلَعف

(fu‘aalun)

Wazan ini dapat dijadikan sebagai kias dalam wasaf yang sahih lamnya, berwazan

ٌلعاف

(fȃ‘ilun) atau

ٌة عاف

(fȃ‘ilah), seperti lafa

ٌ راض

(dȃribun) bentuk jamaknya

ٌ َرض

(durrabun) dan lafa

ٌة ئاص

(sȃ-imah) bentuk jamaknya

ٌمَوص

(suwwamun).

9. Wazan

ٌ اعف

(fi‘ȃlun)

Wazan ini berlaku untuk isim yang berwazan fa‘lun dan fa‘lah, seperti lafa

ٌ ْوث

(tsaubun) bentuk jamaknya

ٌ ايث

(tsiyȃbun) dan lafa

ٌةبْعص

(sa‘bah) bentuk jamaknya

ٌ اعص

(siȃbun), wazan fa‘alun dan fa‘alah, seperti lafa

ٌلبج

(jabalun)

bentuk jamaknya

ٌ ابج

(jibȃlun) dan lafa

ٌةبقر

(raqabah) bentuk

jamaknya

ٌ اقر

(riqȃbun), wazan fi‘lun dan fu‘lun, seperti lafa


(44)

30

(rumhun) bentuk jamaknya

ٌ امر

(rimȃh), berlaku untuk sifat yang

berwazan fa‘ȋ lun bermakna fȃ‘ilun, baik terbebas dari ta atau

dibarengi dengan ta, seperti lafa

ٌّْرك

(karȋ mun) dan lafa

ٌة ّْرك

(karȋ mah) bentuk jamaknya

ٌمارك

(kirȃmun), wazan fa‘lȃnun atau fa’lȃnah, seperti lafa

ٌنا ْطع

(‘atsyȃnun) bentuk

jamaknya

ٌ اطع

(‘itȃsyun) dan lafa

ٌةنامْدن

(nadmȃnah) bentuk

jamaknya

ٌمادن

(nidȃmun), dan wazan fu‘lȃnun atau fu‘lȃh, seperti lafa

ناصْ خ

(khumsȃnun) dan lafa

ٌةناصْ خ

(khumsȃnah)

bentuk jamaknya

ٌ ا خ

(khimȃsun).

10.Wazan

ٌ ْوعف

(fu‘ȗlun)

Wazan ini berlaku untuk setiap isimtsulasȋ yang berwazan fa‘ilun, seperti lafa

ٌدبك

(kabidun) bentuk jamaknya

ٌدْوبك

(kubȗdun), isim yang berwazan fa‘lun, seperti lafa

ٌسْف

(falsun)

bentuk jamaknya

ٌ ْو ف

(fulȗsun), isim yang berwazan fi‘lun,

seperti lafa

ٌلْ

(himlun) bentuk jamaknya

ٌ ْو

(humȗlun), isim yang berwazan fu‘lun, seperti lafa

ٌدْنج

(jundun) bentuk

jamaknya

ٌدْونج

(junȗdun), dan isim yang berwazanfa‘alun, seperti lafa

ٌدسأ

(asadun) bentuk jamaknya

ٌدْوسأ

(usȗdun). Akan tetapi,


(45)

31

11.Wazan

ٌناْعف

(fi‘lȃnun)

Wazan ini berlaku untuk isim yang berwazan fu‘ȃlun,

seperti lafa

ٌماغ

(ghulȃmun) bentuk jamaknya

ٌنا ْغ

(ghilmȃnun), isim yang berwazan fu‘alun, seperti lafa

ٌدرص

(suradun) bentuk jamaknya

ٌنادْرص

(sirdȃnun), dan isim yang

berwazan fu‘lun atau fa‘alun, seperti lafa

ٌدْوع

(ȗdun) bentuk

jamaknya

ٌنادْيع

(ȋ dȃnun) dan lafa

ٌ ات

(tȃjun) bentuk

jamaknya

ٌنا ْيت

(tȋ jȃnun).

Wazan fi‘lȃnun sedikit dipakai sebagai bentuk jamak dari

hal-hal selain tadi, seperti lafa

ٌ أ

(akhun) bentuk jamaknya

ٌناوْخإ

(ikhw

ȃnun

)

.

12.Wazan

ٌناْعف

(fu‘lȃnun)

Wazan ini berlaku untuk isim yang berwazanfa‘lun, seperti lafa

ٌنْط

(batnun) bentuk jamaknya

ٌنانْط

(butnȃnun), wazan fa‘ȋ lun, seperti lafa

ٌفْيغر

(raghȋ fun) bentuk jamaknya

ٌناّْغر

(rughfȃnun), dan wazan fa‘alun, seperti lafa

ٌل

(hamalun)

bentuk jamaknya

ٌناْ

(humlȃnun).

13.Wazan

ءاعف

(fu‘alȃ-u)

Wazan ini berlaku untuk isim yang berwazan fa‘ȋ lun yang

berupa sifat untuk mudzakkar yang berakal dan tidak mu’tal,


(46)

32

lafaẕ yang serupa dengan fa‘ȋ lun menunjukkan hal yag bersifat maknawi, seperti gharizah (insting), seperti lafaẕ ٌلقاع (ȃqilun)

bentuk jamaknya

ءاقع

(‘uqalȃ-u).

Wazan fu’alȃ-u ini diganti dengan memakai wazan af‘ilȃ -u bagi isim yang di-muḏȃ‘af-kan dan mu’tal, seperti lafa

ٌي

(waliyyun) bentuk jamaknya

ءاي ْ أ

(auliyȃ-u). Terkadang wazan af‘ilȃ-u ini dipakai pula untuk wazan fa‘ȋ lun, seperti lafa

ٌ ْيصن

(nasȋ bun) bentuk jamaknya

ءابصْنأ

(ansibȃ-u).

14.Wazan

لعاوف

(fawȃ‘ilun)

Wazan ini berlaku untuk isim yang berwazan fau‘ala,

seperti lafa

رهْوج

(jauhara) bentuk jamaknya

رهاوج

(jawȃhiru)

,

wazan fȃ‘alun, seperti lafa

ٌع اط

(tȃba‘un) bentuk jamaknya

ع اوط

(tawȃbi‘u), wazanfȃ‘ilun yang maknanya ditujukan kepada muannats yang berakal, seperti lafa

ٌضئا

(hȃ-idun) bentuk

jamaknya

ضئاو

(hawȃ-idu)

,

dan wazanfȃ‘ilatun, seperti lafa

ٌةب اص

(sȃhibah) bentuk jamaknya

اوص

(sawȃhibu)

.

15.Wazan

لئاعف

Wazan ini berlaku untuk isim rubȃȋ yang sebelum huruf

akhir dibaca panjang, baik di muannatskan dengan ta atau tidak.

Seperti, lafa

ٌة اسر

(risȃlah) bentuk jamaknya

لئاسر

(rasȃ-ilu)


(47)

33

16.Wazan

ي اعف

dan

ي عف

(fa‘alȋ ) dan (fa‘alȃ)

Kedua wazan ini berlaku untuk isim yang berwazan fa‘lȃ -u, seperti lafa

ءارْحص

(sahrȃ-u) bentuk jamaknya

راحص

(sahȃrȋ ) dan lafa

ءارْ ع

(‘adzrȃ-u) bentuk jamaknya

را ع

(‘adzȃrȃ).

17.Wazan

ل اعف

Wazan ini berlaku untuk isim rubȃȋ yang tidak

mengandung huruf zȃidah (tambahan), seperti lafa

ٌرّْعج

(ja‘farun) bentukjamaknya

رفاعج

(ja‘ȃfiru)

.

18.Wazan

ي اعف

Wazan ini berlaku untuk isimtsulȃsȋ yang huruf akhirnya

adalah ya yang ditasydidkan, seperti lafa

ٌيسْرك

(kursiyyun)

bentukjamaknya

يسارك

(karȃsiyyu)

.

C. Shigat muntahal jumu‘

Shigat muntahal jumu‘ ialah setiap jamak yang ada dua hurufnya setelah alif jamak taksirnya

لعاّم

(mafȃ‘ilu), atau ada tiga huruf yang

huruf tengahnya sukun

لْيعاّم

(mafȃȋ lu). Seperti,

هارد

(darȃhimu)


(48)

34

BAB III

PENERJEMAHAN AL-QURAN

A. Pengertian al-Quran

Quran adalah risalah Allah kepada manusia semuanya.48

Al-Quran menurut bahasa ialah bacaan atau yang dibaca. Al-Quran adalah masdar yang diartikan dengan arti isim maf‘ȗl, yaitu “maqru’

yang dibaca.

Menurut istilah ahli agama, ialah nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang ditulis dalam mushaf.49

Sebagian ulama berpendapat al-Quran, kalau dibaca “quran” dan

tidak membaca “al” di depannya adalah nama bagi segala yang dibaca.

48Manna Khalil al

-Qattan, Studi Ilmu-il u Qur a , (Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2002), h. 11

49

Teungku M. Hasi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Quran dan Tafsir, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000), cet- ke 3, h. 3


(49)

35

Bila disebut al-Quran, maka tertujulah kepada kalam Allah yang diturunkan di dalam bahasa Arab.50

Sebagian ulama menyebutkan bahwa penamaan kitab ini dengan nama quran di antara kitab-kitab Allah itu karena kitab ini mencakup inti dari semua ilmu. Hal itu diisyaratkan dalam firman-Nya:

ءْيش ل انايْبت ا ا كْي ع انَْ ن

.

“Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (quran) sebagai penjelasan bagi

segala sesuatu.” (Q.S. an-Nahl: 89)

Para ulama menyebutkan definisi quran yang mendekati maknanya dan membedakannya dari yang lain, yakni quran ialah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad saw yang pembacaannya merupakan suatu ibadah.51

al-Quran al-Karim turun sedikit demi sedikit, selama sekitar dua puluh dua tahun lebih. Ayat-ayatnya berinteraksi dengan budaya dan perkembangan masyarakat yang dijumpainya. Kendati demikian, nilai-nilai yang diamanatkannya dapat diterapkan pada setiap situasi dan kondisi.52

50

Ibid, h. 4

51

Ibid, h. 17

52

Quraish, Shihab Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), h. viii


(50)

36

B. Terjemahan Al-Quran

Ada dua cara dalam menerjemahkan alqur’an, yakni:

1. Terjemah Harfiah

Yaitu mengalihkan lafaẕ -lafaẕ dari satu bahasa ke dalam lafa-lafaẕ yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa, sehingga susunan dan

tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama.53 2. Terjemah Tafsiriyah atau Terjemah Maknawiyah

Yaitu menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya.54

C. Biografi Quraish Shihab

1. Riwayat Hidup

Muhammad Quraish Shihab, lahir di Rappang, Sulawesi Selatan pada 16 Februari 1944. Ia berasal dari keluarga keturunan Arab yang terpelajar. Ayahnya, Prof. Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir. Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang ulama, pengusaha, dan politikus yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. Sebagai putra dari seorang guru besar, Quraish Shihab mendapatkan motivasi awal dan benih kecintaan terhadap bidang studi tafsir dari ayahnya.

53

Mannā Khalil al-Qattān, op.cit., h. 443 54


(51)

37

Quraish kecil telah menjalani pergumulan dan kecintaan terhadap al-Quran sejak umur 6-7 tahun. Ia harus mengikuti pengajian al-Quran yang diadakan oleh ayahnya sendiri. Selain menyuruh membaca al-Quran, ayahnya juga menguraikan secara sepintas kisah-kisah dalam al-Quran. Di sinilah, benih-benih kecintaannya kepada al-Quran mulai tumbuh.

Pendidikan formalnya di Makassar dimulai dari sekolah dasar sampai kelas 2 SMP. Pada tahun 1956, ia di kirim ke kota Malang

untuk “nyantri” di Pondok Pesantren Darul Hadis al-Faqihiyah. Karena ketekunannya belajar di pesantren, 2 tahun berikutnya ia sudah mahir berbahasa arab. Pada tahun 1958 ia diterima di kelas dua I'dadiyah al-Azhar (setingkat SMP/Tsanawiyah di Indonesia).

Muhammad Quraish Shihab meraih gelar Sarjana dari Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadis pada tahun 1967 dan meraih gelar MA dari jurusan Tafsir al-Quran di Universitas al-Azhar Kairo, Mesir di tahun 1969 dengan tesis berjudul al-I‘jaz at-Tasyri‘I al-Quran al-Karim.55 Pada tahun 1973 ia dipanggil pulang ke Makassar

oleh ayahnya yang ketika itu menjabat rektor, untuk membantu mengelola pendidikan di IAIN Alauddin. Ia menjadi wakil rektor bidang akademis dan kemahasiswaan sampai tahun 1980.

55


(52)

38

Di samping mendududki jabatan resmi itu, ia juga sering mewakili ayahnya yang uzur karena usia dalam menjalankan tugas-tugas pokok tertentu. Berturut-turut setelah itu, Quraish Shihab diserahi berbagai jabatan, seperti koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia bagian timur, pembantu pimpinan kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental, dan sederetan jabatan lainnya di luar kampus. Di celah-celah kesibukannya ia masih sempat merampungkan beberapa tugas penelitian, antara lain Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia (1975) dan Masalah Wakaf Sulawesi Selatan (1978).

Pada tahun 1982, meraih gelar Doktor dibidang ilmu-ilmu al-Quran dengan yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan

Tingkat Pertama di Universitas yang sama dengan disertasi yang berjudul Nazhm ad-Durar li al-Biqa‘i, Tahqiq Wa Dirasah.56

Pendidikan Tingginya yang kebanyakan ditempuh di Timur Tengah, Al-Azhar, Kairo ini, oleh Howard M. Federspiel dianggap sebagai seorang yang unik bagi Indonesia pada saat di mana sebagian pendidikan pada tingkat itu diselesaikan di Barat.

Tahun 1984 adalah babak baru tahap kedua bagi Quraish Shihab untuk melanjutkan karirnya. Untuk itu, ia pindah tugas dari IAIN Makassar ke Fakultas Ushuluddin di IAIN Jakarta. Di sini, ia aktif mengajar di bidang Tafsir dan Ulum al-Quran di Program S1, S2 dan

56


(53)

39

S3 sampai tahun 1998. Pengabdiannya dibidang pendidikan, mengantarkannya menjadi Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta di tahun 1992-1998. Kiprahnya tak terbatas di lapangan akademis, beliau menjabat sebagai Ketua Majelis ulama Indonesia (Pusat), tahun 1985-1998 menjabat sebagai anggota MPR-RI 1982-1987.

Pada tahun 1998 dipercaya sebagai Menteri Agama RI. Pada tahun 1989 beliau menjadi anggota Lajnah Pentashhih al-Quran Departemen Agama. Beliau juga terlibat dalam beberapa organisasi professional, antara lain Asisten Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), ketika organisasi ini didirikan. Selanjutnya, ia juga tercatat sebagai Pengurus Penghimpunan Ilmu-ilmu Syari’ah dan Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama D epartemen Pendidikan dan Kebudayaan. Aktifitas lainnya yang ia lakukan adalah sebagai Dewan Redaksi Studia Islamika: Indonesian Journal for Islamic Studies,

Ulumul Quran, Mimbar Ulama, dan Refleksi Jurnal Kajian Agama dan Filsafat.

Di samping kegiatan tersebut, Muhammad Quraish Shihab juga dikenal sebagai penulis dan penceramah yang handal. Berdasarkan latar belakang keilmuan yang kokoh yang ia tempuh melalui pendidikan formal serta ditopang oleh kemampuannya menyampaikan pendapat dan gagasan dengan bahasa yang sederhana, tetapi lugas, rasional, dan kecenderungan pemikiran yang moderat, ia tampil sebagai penceramah dan penulis yang bisa diterima oleh semua lapisan


(54)

40

masyarakat. Kegiatan ceramah ini ia lakukan di sejumlah masjid di Jakarta, seperti Masjid al-Tin dan Fathullah, di lingkungan pejabat pemerintah seperti pengajian Istiqlal serta di sejumlah stasiun televisi atau media elektronik, khususnya di bulan Ramadȃn. Beberapa stasiun

televisi, seperti RCTI dan Metro TV mempunyai program khusus selama Ramadȃn yang diasuh olehnya. 57

Quraish Shihab memang bukan satu-satunya pakar al-Quran di Indonesia, tetapi kemampuannya menerjemahkan dan meyampaikan pesan-pesan al-Quran dalam konteks kekinian dan masa post modern membuatnya lebih dikenal dan lebih unggul daripada pakar al-Quran lainnya. Dalam hal penafsiran, ia cenderung menekankan pentingnya penggunaan metode tafsir maudu’i (tematik), yaitu penafsiran dengan cara menghimpun sejumlah ayat al-Quran yang tersebar dalam berbagai surah yang membahas masalah yang sama, kemudian menjelaskan pengertian menyeluruh dari ayat-ayat tersebut dan selanjutnya menarik kesimpulan sebagai jawaban terhadap masalah yang menjadi pokok pembahasan.

Beliau juga dikenal sebagai penulis yang sangat produktif. Lebih dari dua puluh buku telah lahir dari tangannya. Diantaranya, yang paling legendaris adalah “Membumikanal-Quran, Lentera Hati, dan Tafsir al-Mishbah. Sosoknya juga sering tampil di berbagai media

untuk memberikan siraman rohani dan intelektual. aktifitas utamanya


(55)

41

sekarang adalah Dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan Direktur Pusat Studi al-Quran (PSQ) Jakarta.58

2. Karya-karya Quraish Shihab

1. Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang, IAIN Alauddin, 1984).

2. Untaian Permata Buat Anakku (Bandung: Mizan 1998). 3. Pengantin al-Quran (Jakarta: Lentera Hati, 1999). 4. Haji Bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan, 1999). 5. Sahur Bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan 1999). 6. Shalat Bersama Quraish Shihab (Jakarta: Abdi Bangsa). 7. Puasa Bersama Quraish Shihab (Jakarta: Abdi Bangsa). 8. Fatwa-fatwa (4 Jilid, Bandung: Mizan, 1999).

9. Satu Islam, Sebuah Dilema (Bandung: Mizan, 1987). 10.Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama, 1987).

11.Pandangan Islam Tentang Perkawinan Usia Muda (MUI & Unesco, 1990).

12.Kedudukan Wanita Dalam Islam (Departeman Agama). 13.Membumikan al-Quran (Bandung: Mizan, 1994). 14.Lentera Hati (Bandung: Mizan, 1994).

15.Studi Kritis Tafsir al-Manar (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996). 16.Wawasan al-Quran (Bandung: Mizan, 1996).

58


(56)

42

17.Tafsir al-Quran (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997).

18.Hidangan Ilahi, Tafsir Ayat-ayat Tahlili (Jakarta: Lentara Hati, 1999).

19.Jalan Menuju Keabadian (Jakarta: Lentera Hati, 2000). 20.Tafsir al-Mishbah (15 Jilid, Jakarta: Lentera Hati, 2003).

21.Jilbab Pakaian Wanita Muslimah; dalam Pandangan Ulama dan Cendekiawan Kontemporer (Jakarta: Lentera Hati, 2004).

22.Dia di Mana-mana; Tangan Tuhan Di balik Setiap Fenomena (Jakarta: Lentera Hati, 2004).

23.Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2005).

24.Logika Agama; Kedudukan Wahyu & Batas-batas Akal Dalam Islam (Jakarta: Lentera Hati, 2005).

25.Rasionalitas al-Quran; Studi Kritis atas Tafsir al-Manar (Jakarta: Lentera Hati, 2006).

26.Menabur Pesan Ilahi; al-Qur'an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat (Jakarta: Lentera Hati, 2006).

27.Wawasana al-Quran; Tentang Dzikir dan Doa (Jakarta: Lentera Hati, 2006).

28.Asma' al-Husna; Dalam Perspektif al-Quran (Jakarta: Lentera Hati).

29.Al-Lubab; Makna, Tujuan dan Pelajaran dari al-Fatihah dan Juz 'Amma (Jakarta: Lentera Hati).


(57)

43

31.Berbisnis dengan Allah; Tips Jitu Jadi Pebisnis Sukses Dunia Akhirat (Jakarta: Lentera Hati).

32.Menjemput Maut; Bekal Perjalanan Menuju Allah Swt. (Jakarta: Lentera Hati).

33.M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui (Jakarta: Lentera Hati).

34.M. Quraish Shihab Menjawab; 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui (Jakarta: Lentera Hati).

35.Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Jin dalam al-Quran (Jakarta: Lentera Hati).

36.Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Malaikat dalam al-Quran (Jakarta: Lentera Hati).

37.Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Setan dalam al-Quran (Jakarta: Lentera Hati).

38.Al-Quran dan Maknanya (Jakarta: Lentera Hati).

39.Membumikan al-Quran Jilid 2; Memfungsikan Wahyu dalam Kehidupan (Jakarta: Lentera Hati).

40.Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, dalam sorotan al-Quran dan Hadits (Jakarta: Lentera Hati, Juni 2011).


(1)

72

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Jamak taksîr ialah jamak yang menunjukkan makna lebih banyak

daripada dua dengan mengalami perubahan yang jelas. Jamak taksîr itu

ada dua macam, yaitu jamak qillah dan jamak katsrah. Jamak qillah pada

hakikatnya menunjukkan jumlah tiga hingga sepuluh. Sedangkan jamak katsrah menunjukkann jumlah di atas sepuluh dan seterusnya.

Shigat muntahal jumu‘ ialah setiap jamak yang ada dua huruf setelah alif jamak taksirnya atau ada tiga huruf yang huruf tengahnya sukun.

Terjemahan Tafsir al-Mishbah terkait dengan pola jamak taksîr

sudah cukup baik. Namun, masih ada beberapa kata yang kurang tepat dalam menerjemahkannya. Tidak sedikit pola jamak taksîr dalam Tafsir al-Mishbah ini diterjemahkan dengan bentuk reduplikasi dan terjadinya redundansi (pemborosan kata). Kata-kata yang diterjemahkan dengan

bentuk reduplikasi sebanyak (9,4%), beberapa (1,2%), para 1%), dan mufrad (8%).


(2)

73

Dalam surah Ali Imran Tafsir al-Mishbah ini, terjemahan yang

tepat adalah ayat 7, 8, 13, 18, 24, 41, 49, 57, 91, 99, 103, 109, 112, 118, 119, 121, 124, 125, 147, 154, 156, dan 187.

Dalam menerjemahkan pola jamak taksîr harus sesuai dengan

konteks dan sesuai dengan bahasa sasaran (Bsa).

Berdasarkan analisis yang penulis lakukan, Penulis memberikan kesimpulan bahwa cara menerjemahkan pola jamak taksîr ialah sebagai

berikut:

1. Apabila jamak tersebut berupa jamak qillah yang tidak diiringi

dengan kata bilangan, maka terjemahannya menggunakan kata beberapa sebagai penanda jamaknya. Akan tetapi, jika kata bilangannya disebutkan, maka bentuk jamaknya cukup diterjemahkan dengan bentuk mufrad saja (begitupun dengan jamak katsrah). Contoh:

ٌماَّأ

diterjemahkan dengan beberapa hari

dan

َّأ ةثاث

diterjemahkan dengan tiga hari.

2. Apabila jamak tersebut berupa jamak qillah ataupun jamak katsrah

yang menyatakan makna keseluruhan, maka terjemahannya menggunakan kata semua atau seluruh sebagai penanda jamaknya. Contoh:

ٌدابع

diterjemahkan dengan seluruh hamba.

3. Apabila jamak tersebut berupa jamak katsrah yang berupa nomina,

maka terjemahannya menggunakan kata berbagai sebagai penanda jamaknya. Contoh:

ٌدا

diterjemahkan dengan berbagai negeri.


(3)

74

4. Apabila jamak tersebut berupa jamak katsrah dan menunjukkan

makna orang, maka terjemahannya menggunakan kata para sebagai penanda jamaknya. Contoh:

ٌلسر

diterjemahkan dengan para rasul. 5. Apabila jamak tersebut jika diterjemahkan dalam bentuk

reduplikasi maknanya akan berbeda bukan lagi makna jamak yang

dimaksud, maka cukup diterjemahkan dengan bentuk mufradnya

saja. Contoh:

ٌ ْو ق

diterjemahkan dengan hati.

6. Apabila jamak tersebut berupa jamak katsrah yang menyatakan

makna sifat, maka bentuk jamaknya diterjemahkan dengan bentuk

mufrad. Contoh:

ٌراَّك

diterjemahkan dengan kafir.

7. Apabila jamak tersebut berupa shigat muntahal jumu‘, maka bentuk jamaknya diterjemahkan dengan bentuk mufrad. Contoh:

ٌرْيطانق

diterjemahkan dengan harta.

8. Apabila jamak tersebut diikuti oleh damȋ r, maka bentuk jamaknya

diterjemahkan dengan bentuk mufrad. Contoh:

ْ تْوي

diterjemahkan dengan rumahmu.

B.

Saran

Peneliti hanya membahas tentang pola jamak taksîr yang berupa jamak qillah, jamak katsrah, dan shigat muntahal jumu‘. Peneliti tidak

membahas pola jamak taksîr yang berupa jam’ul jamak. Mungkin para

peneliti sesudahnya bisa meneliti pola jamak taksir yang berupa jam’ul


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa.

2002.

Anwar, Moch. Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Jurumiyyah dan ‘Imrithy Berikut Penjelasannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Aqil, Bahauddin Abdullah Ibnu. Terjemahan Alfiyyah 2. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2006.

Ash-Shiddieqy ,Teungku M. Hasim. Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Quran dan Tafsir.

Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. 2000. Cet.ke-3.

Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.

Dayyad, Hifni Bek,dkk. Kaidah Tata Bahasa Arab (Nahwu, Sharaf, Balaghah, Bayan, Ma’ani,

dan Bade’). Jakarta: Darul Ulum Press. 1991. Cet. Ke-3.

Dewan Redaksi. Suplemen Ensiklopedi Islam 2. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve. 1994. hlm.

110-112.

Djajasudarma, T. Fatimah. Metode Linguistik. Bandung: PT. Refika Aditama. 2006.

Djajasudarma, T. Fatimah. Semantik 1 Pengantar Ke Arah Ilmu Makna. Bandung: PT. Refika

Aditama. 1999.

Fahrurrozi, Aziz dan Muhajir. Grametika Bahasa Arab. Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Hidayatullah, Moch. Syarif. Diktat Teori Dan Permasalahan Penerjemahan. 2007.

Hidayatullah, Moch. Syarif. Tarjim al-An. Tangerang: Dikara. 2010. Cet. Ke-4

Howard, M. Federspiel. Kajian al-Qura’an di Indoensia: Dari Mahmaud Yunus hingga Quraish Shihab. Bandung: Mizan. 1996. hlm. 295-299

Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi. 1994.

Kridalaksana, Harimurti. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama. 1996.


(5)

Sayogi, Frans. Penerjemahan Bahasa Inggris Ke Dalam Bahasa Inddonesia. Jakarta: Lemabaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008.

Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Quran . Bandung: Mizan. 1994.

Shihab, M. Quraish. Menabur Pesan Illahi. Jakarta: Lentera Hati. 2006.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Ciputat:

Lentera Hati. 2000.

Syatori, Achmad. Problematika Menterjemah (Suatu Tinjauan Linguistik Kontrastif).

Syihabuddin. Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek). Bandung: Humaniora. 2005

Tim Penyusun Pusat. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2007.

Widyamartaya, A. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius. 1994.

Yagami, Wink.Biografi Quraish Shihab. http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/08/biografi-quraish-shihab.html. diakses tanggal 29 September 2011.

Yusuf, Suhendra. Teori Terjemah, Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik. Bandung:


(6)

Tabel Pola Jamak Taksir Yang Terdapat Dalam Surah Ali Imran.

No Bentuk Jamak Pola Makna

Qillah Katsrah Shigat Muntahal Jumu’

1.

ماَّأ

ٌ اعْفأ

Beberapa hari

2.

ماَّأ ةثاث

ٌ اعْفأ

Tiga hari

3.

ٌدابع

ٌ اعف

Seluruh hamba

4.

ٌلسر

ٌلعف

Para rasul

5.

ٌ ْو ق

ٌ ْوعف

Hati

6.

ٌراَّك

ٌ اَعف

Kafir

7.

ءايبْنأ

ءاعْفأ

Para nabi

8.

رْيطانق

لْيعاّم

Harta

9.

عجاضم

لعاّم

Tempat

10.

ىتْوم

ى ْعف

Orang mati

11.

ٌسّْنأ

ٌلعْفأ

Diri sendiri

12.

ءادهش

ءاعف

Menyaksikan

13.

ٌة ئام

ٌة عاّم

Para malaikat

14.

ٌننس

ٌلعف

Berbagai

macam sunnah