Visi Produk Dana a. Rasio Rentabilitas Profitabilitas

Selain hitam dan biru, abu-abu sering digunakan sebagai citra dunia usaha perbankan. Untuk itu jenis huruf Bank DKI diwarnai dengan abu-abu khusus Black 80. Sebab selain memberi kesan berpengalaman juga anggun dilihat. Dan pada logo diwarnai dengan warna merah orange. Warna logo ini tidak hanya mewakili api dari lambing tugu monas tetapi juga cukup menyita perhatian Eye Catching serta mudah fleksibel dalam aplikasinya.

I. Visi dan Misi

58

1. Visi

Menjadi Bank terbaik, yang membanggakan.

2. Misi

Bank berkinerja unggul, mitra strategis dunia usahamasyarakat dan andalan Pemprof DKI yan memberi nilai tambah bagi stakeholder melalui pelayanan terpadu dan profesional.

J. Struktur Organisasi

59 58 Ibid, h. 12.

K. Produk dan Jasa

60

1. Produk Dana a.

Giro Wadiah Adalah dana titipan yang dapat ditarik sewaktu- waktu dengan menggunakan cek, bilyet giro ataupun pemindahbukuan lainnya.

b. Deposito Mudharabah

59 Ibid, h. 20. 60 Ibid, h. 30. Adalah simpanan yang berjangka dengan prinsip bagi hasil yang akan diinvestasikan ke berbagai usaha.

c. Tabungan Simpeda Syariah

Adalah tabungan dengan prinsip mudharabahbagi hasil antara Bank dan nasabah dengan nisbah sesuai kesepakatan.

d. Tabungan Haji dan Umrah

Adalah tabungan untuk menunaikan Ibadah Haji dan Umrah.

2. Pembiayaan a. Pembiayaan Konsumtif

Adalah pembiayaan untuk mendapatkan manfaat dari suatu barang atau jasa sesuai kemampuan masing- masing yang diberikan kepada karyawan pemerintah maupun swasta dengan menggunakan skema Murabahah, Ijarah Muntahiya Bittamlik, Ijarah, Istisna’, dan Qard. b. Pembiayaan Modal Kerja PMK Adalah pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan badan usahaperusahaan dalam hal tambahan modal kerja berupa pengadaan barang, pembelian barang dagangan, jasa konstruksi, jasa memproduksi barang pesanan dan penyewaan barang. Adapun skema yang digunakan dalam pembiayaan modal kerja adalah: 1 Pembiayaan Modal Kerja Mudharabah Adalah pembiayaan modal kerja untuk keperluan pembelian barang yang digunakan untuk modal kerja, jasa konstruksi, industri, dan perdagangan. Bank memberikan modal sebesar 100 untuk pengadaan barang tersebut sedangkan nasabah memberikan keahliannya dengan menyertakan SPK Surat Perintah Kerja. Contoh skema pembiayaan ini adalah: pembelian mesin, alat kantor, air condition , pembelian barang dagang, dll. 2 Pembiayaan Modal Kerja Musyarakah Adalah pembiayaan modal kerja untuk keperluan jasa konstruksi atau pengadaan pesanan, berdasarkan Surat Perintah Kerja SPK, di mana Bank memberikan modal sesuai porsinya, setelah dikurangi self financing modal Sendiri. Contoh skema pembiayaan ini adalah: pembangunan gedung, jembatan, pemasangan instalasi mesin, pemasangan dan pengadaan air condition, dll. 3 Pembiayaan Modal Kerja Murabahah Adalah pembiayaan modal kerja untuk keperluan pembelian barang dagang atau pengadaan pesanan, tanpa penyerahan SPK Surat Perintah Kerja. Contoh skema pembiayaan ini adalah: pembelian mesin, alat kantor, air condition , pembelian barang dagang, dll. 4 Pembiayaan Modal Kerja Istisna’ Adalah pembiayaan modal kerja untuk keperluan jasa konstruksi atau pengadaan pesanan, berdasarkan Surat Perintah Kerja SPK. Contoh skema pembiayaan ini adalah: pembangunan gedung, jembatan, pemasangan instalasi, pemasangan dan pengadaan air condition , dll. 5 Pembiayaan Modal Kerja Salam Adalah pembiayaan modal kerja untuk pembelian barang yang masih dipesan dahulu, dengan pembayaran tunai di awal. Nasabah memesan barang ke Bank kemudian Bank membayar tunai kepada produsen barang tersebut kemudian nasabah membayar ke Bank secara cicilan. Contoh skema pembiayaan ini adalah: pembangunan gedung, membuat furniture, dll.

c. Pembiayaan Investasi

Adalah pembiayaan untuk jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang- barang modal yang diperlukan untuk pendirian proyek, rehabilitasi, modernisisasi, ekspansi atau relokasi proyek yang sudah ada. Adapun skema yang digunakan dalam pembiayaan investasi adalah: 1 Pembiayaan Investasi Murabahah Adalah pembiayaan investasi ini adalah: pembangunan gedung, jembatan, pemasangan instalasi mesin, pembelian gedungruko, pemasangan dan pengadaan air condition, dll. 2 Pembiayaan Investasi IMB Ijaroh Muntahiya Bitamlik Adalah pembiayaan investasi untuk keperluan menyewa, membangun gedung, memiliki kendaraan, dll. Dengan mengangsur di mana akhir periode angsuran nasabah dapat memiliki aktiva tersebut atau hanya sewa saja. 3 Pembiayaan Investasi Salam Adalah pembiayaan investasi untuk pembelian barang yang masih dipesan dahulu dengan pembayaran tunai di awal. Nasabah memesan barang ke Bank kemudian Bank membayar tunai kepada produsen. Barang tersebut kemudian dibayar oleh nasabah kepada Bank secara cicilan. Contoh skema pembiayaan ini adalah: pembangunan gedung, membuat furniture, dll. 4 Pembiayaan Investasi Istisna’ Adalah pembiayaan investasi untuk keperluan jasa konstruksi atau pengadaan pesanan, berdasarkan SPK Surat Perintah Kerja. Contoh skema pembiayaan ini adalah: pembangunan gedung, jembatan, pemasangan instalasi mesin, pemasangan dan pengadaan air condition, dll.

L. Kinerja Keuangan Bank DKI Syariah Cabang Wahid Hasyim Jakarta Pusat

Perkembangan kinerja keuangan Bank DKI Syariah Cabang Wahid Hasyim Jakarta Pusat dilihat dari beberapa rasio: 1. Rasio Solvabilitas Rasio Permodalan CAR Capital Adequacy Ratio: Rasio Modal Terhadap ATMR Aktiva Tertimbang Menurut Risiko. Gambar 3.1 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio CAR Keterangan: Dari diagram batang dapat dijelaskan bahwa terjadi kenaikan CAR pada tahun 2006 sebesar 5,63 dan pada tahun 2007 sebesar 13,54. Ini menunjukkan bahwa Bank DKI Syariah mampu menutupi kenaikan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian Bank yang disebabkan oleh aktiva berisiko. Dan terjadi penurunan pada tahun 2005 sebesar 0,54. Hal ini disebabkan adanya penurunan modal yang dimiliki oleh Bank DKI Syariah untuk menunjang aktiva berisiko. Tetapi Rasio CAR masih aman dan dikategorikan sehat karena berada diatas bobot yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu minimal bobot 8.

2. Rasio Rentabilitas Profitabilitas

Yaitu Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan mencetak laba. Untuk para pemegang saham rasio ini menunjukkan tingkat penghasilan mereka dalam investasi. 61

a. ROA Return on Assets Rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atau seluruh

investasi yang dilakukan. 62 61 Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Account Officer, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2006, h.51. Gambar 3.2 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio ROA Keterangan: Dari diagram batang dapat dijelaskan bahwa terjadi kenaikan ROA pada tahun 2005 sebesar 11,75 dan pada tahun 2006 sebesar 2,31. Ini membuktikan kemampuan Bank DKI Syariah dalam memporoleh laba. Tetapi pada tahun 2007 terjadinya penurunan nilai ROA sebesar 3,3. Ini membuktikan ketidakmampuan Bank DKI Syariah dalam menghasilkan laba. Pada tahun 2004 Bank DKI Syariah mengalami kerugian dengan nilai ROA -7 hal ini dapat dimaklumi karena Bank DKI Syariah baru berdiri pada tahun 2004.

b. NIM Net Interest Margin

62 Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Account Officer, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2006, h.71. Yaitu tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari bisnis Setelah dikurangi dengan segala biaya-biaya. 63 Gambar 3.3 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio NIM Keterangan: Pada tahun 2005 NIM Bank DKI Syariah mengalami kenaikan sebesar 1,91 dan pada tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 3,24, hal ini membuktikan kemampuan Bank DKI Syariah dalam memperoleh keuntungan dari mitra kerja dalam penyaluran pembiayaan. Sedangkan pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 2,15, ini menunjukkan penurunan pendapatan keuntungan dari mitra kerja dalam penyaluran pembiayaan.

c. BOPO Beban OperasionalPendapatan Operasional

63 Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Account Officer, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2006, h.68. Yaitu jumlah perbandingan antara beban operasional yang dikeluarkan perusahaan terhadap pendapatan operasional. Gambar 3.4 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio BOPO Keterangan: Pada tahun 2004 nilai BOPO sangat tinggi yaitu sebesar 185, artinya Tingkat efisiensi Bank DKI Syariah terhadap biaya operasional sangat rendah. Hal ini dapat saja terjadi karena pada tahun 2004 Bank DKI Syariah baru berdiri. Dan pada tahun 2007 terjadi juga terjadi lagi kenaikan nilai ROA sebesar 24,71. Dan pada tahun 2005 terjadi penurunan nilai ROA sebesar 127,68, dan pada tahun 2006 sebesar 8,7 , Artinya Bank DKI Syariah mampu melakukan efisiensi biaya operasional yang cukup signifikan. Terutama pada tahun 2006 dengan nilai ROA sebesar 48,62.

d. NPF Non Performing Financing

Yaitu jumlah pembiayaan bermasalah yang dihadapi oleh Bank Syariah. Gambar 3.5 Diagram Batang Pertumbuhan Rasio NPF Keterangan: Pada tahun 2006 terjadi kenaikan nilai NPF 1,34 dibanding tahun 2004 0.00, tahun 2005 0,56, dan pada tahun 2007 0,72 yang mengalami penurunan. Kenaikan nilai NPF pada tahun 2006 menunjukkan tingginya pembiayaan bermasalah yang dihadapi Bank DKI Syariah.

3. Rasio Likuiditas