33
abad ke-12 hingga abad ke-18 paling sedikit 48.000 orang telah dibakar hidup- hidup di Spanyol, termasuk di dalamnya tokoh-tokoh Averroisme.
7
Atas perlakuan Gereja tersebut, kalangan ilmuwan Barat semakin jauh dari agama. Menurut mereka agama harus dipisahkan dari kehidupan sosial dan ilmu
pengetahuan, karena agama dilihat sebagai penghambat kemajuan. Iman kepada Tuhan pun dipandang sebagai sisa-sisa mitos yang juga perlu diatasi, sehingga
tidak menjadi penghambat potensial dalam pengembangan sains.
8
Paparan historis di atas merupakan sedikit gambaran tentang apa yang akan penulis bahas dalam bab ini. Namun sebelum membahas tentang pengaruh
falsafat Ibn Rusyd di Barat, perlu kiranya untuk memahami pengertian Barat itu sendiri, serta aspek-aspek pembentukannya.
A. Definisi Barat
1. Pengertian Barat
Kata “Barat” dalam bahasa Inggris, dikenal dengan istilah western atau west.
9
The west atau western dapat dikatakan sebagai kata benda noun dalam arti negara-negara bagian yang terletak di bagian barat, kata sifat adjective atau
kata keterangan adverb yang menunjukkan arah menurut letak geografisnya.
10
7
Zainal Abidin Ahmad, Riwayat Hidup Ibn Rusyd Averroes: Filosof Islam Terbesar di Barat,
Jakarta: Bulan Bintang, 1975, h. 175.
8
Franz M. Suseno, Menalar Tuhan, Yogyakarta: Kanisius, 2006, h. 57.
9
Dr. Ingo Wandelt, Dictionary on Comprehensive Security in Indonesia: Terminology, Jakarta: FES, 2009, h. 70.
10
Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, An English-Indonesian Dictionary, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000. h. 643.
34
Barat adalah kebalikan dari timur, menurut arah mata angin dengan konvensi, sisi kiri peta adalah barat.
11
Maksud penggunaan “Barat” dalam skripsi ini merupakan penggambaran terhadap negara-negara yang terletak di bagian barat berikut peradaban dan
pembentukan pemikirannya. Konsep Barat di sini menunjukkan pengertian Eropa, karena kawasan inilah yang bersentuhan langsung dengan gagasan-gagasan falsafi
dan rasional Islam, khususnya Ibn Rusyd. Ia bermula dari kontak peradaban Islam dengan Spanyol, hingga akhirnya memerluas pengaruhnya ke wilayah-wilayah
Eropa lainnya seperti Prancis, Itali, Inggris dan Jerman. Barat merujuk kepada negara-negara yang berada di benua Eropa dan
Amerika. Barat dibedakan dari Timur yang digunakan untuk merujuk kepada Asia. Meskipun begitu, pada umumnya kata ini lebih sering diasosiasikan
terhadap negara-negara yang memunyai mayoritas penduduk berkulit putih. Oleh karena itu, Australia dan Selandia Baru juga sering dianggap sebagai bagian dari
Barat. Penggunaan istilah Barat dan Timur dalam berbagai konteks apabila
direnungkan secara mendalam akan menimbulkan bias dan mengundang banyak pertanyaan. Kalau klasifikasi dibuat berdasarkan geografi maka akan banyak
timbul pertanyaan. Mengapa Amerika, Canada dan Australia yang secara geografis tidak terletak di barat tetapi disebut Barat? Begitu juga sebaliknya,
mengapa Turki yang wilayahnya terbentang dari semenanjung Anatolia di Asia barat daya dan daerah Balkan di Eropa tenggara, serta negara lain seperti Tunisia,
11
Wikipedia, ”West”, artikel diakses pada 8 Maret 2011 dari http:id.wikipedia.orgwikiWest
35
Algeria dan Marokko dipandang sebagai Timur. Siapa yang layak dianggap mewakili masing-masing kelompok? Dan apa yang digunakan sebagai dasar
pengelompokannya? Dari fenomena tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa klasifikasi Barat dan Timur lebih merupakan klasifikasi budaya, sosial atau
ekonomi daripada klasifikasi geografis. Sejak awal manusia diciptakan beraneka ragam yang diturunkan dari
beraneka ragam makhluk induk. Berdasarkan cara berpikir itu, terdapat suatu pandangan poligenesis, yang menganggap bahwa kebudayaan manusia yang
berkembang di Eropa itu berasal dari makhluk yang lebih kuat, lebih mampu dan lebih tinggi daripada manusia-manusia ras lain di benua-benua lain, sekaligus
menganggap bahwa bangsa-bangsa Eropa adalah yang lebih dahulu mencapai kemajuan dibanding bangsa-bangsa lain. Hal ini menunjukkan bahwa Eropa
meligitimasikan diri sebagai pusat dari kebudayaan dan sekaligus menjadi pusat orientasi dari pemikiran, di mana pengaruh gagasan-gagasan, pranata-pranata dan
orang-orang tidak terjadi melalui dominasi, melainkan melalui apa yang dinamakan oleh Gramsci sebagai kesepakatan. Karenanya dalam masyarakat yang
bersifat tidak totaliter, bentuk-bentuk budaya tertentu menguasai bentuk-bentuk budaya lainnya sebagaimana halnya ide-ide tertentu lebih berpengaruh daripada
lainnya. Bentuk kepemimpinan budaya ini diidentifikasikan oleh Gramsci sebagai hegemoni,
sebagai suatu konsep yang tidak dapat dihindarkan untuk dapat memahami kehidupan budaya dalam masyarakat Barat yang industrialis.
12
Sedangkan penggunaan istilah “Barat” ada hipotesis lain yang bertitik tolak dari
12
Edward W. Said, Orientalisme, Bandung: Penerbit Pustaka, 1985, h. 9.
36
zaman kekaisaran Romawi, di mana kekuasaannya meliputi hampir seluruh daerah Eropa, Afrika Utara dan Asia barat.
Penemuan Columbus atas Dunia Baru,
13
yang didanai oleh Ratu Isabella I dari Spanyol pemimpin kebijakan Inquisisi di Spanyol yang sangat memusuhi
Islam,
14
telah memfasilitasi bangsa Eropa untuk merampas dan menjarah sisa-sisa dari Tanah Amerika. Columbus sendiri, yang ditampilkan sebagai seorang
penjelajah petualang di banyak buku teks sekolahan, telah menerapkan kebijakan perbudakan dan pembasmian masal bagi populasi Taino di Kepulauan Karibia. Ini
hanyalah permulaannya saja. Saat bangsa Eropa lainnya mulai sadar mengenai penemuan baru Columbus atas sumber-sumber kekayaan, bangsa Eropa lainnya
juga mulai membuat rencana atas Dunia Baru demi memerkaya diri mereka. Jutaan orang dibantai di seluruh Amerika, saat Bangsa Kolonial Spanyol dan
Portugis menjarah emas, perak, dan komoditas lainnya. Bangsa kolonial Spanyol, kemudian lebih dikenal dengan sebutan Conquistadors Penjajah.
15
Contoh lainnya adalah suku-suku yang menghilang cepat dalam belantara Brazil
16
serta pembasmian dan penelantaran Bangsa Indian-Amerika oleh bangsa- bangsa Eropa dan para pemukim baru di seluruh Amerika Utara. Indian-Amerika
adalah warga pribumi. Diperkirakan, pada saat Christopher Columbus menemukan Amerika Utara pada tahun 1492 M., terdapat sekitar 12 juta warga
pribumi Indian yang jumlahnya menurun drastis hingga hanya sejumlah 237.000
13
Ibid, h. 74.
14
Zainal Abidin Ahmad, h. 185.
15
Rizki S. Saputro, “Sejarah Barat dan Exspansionisme Penuh Kekerasan”, artikel diakses pada 20 Maret 2011 dari http:rizkisaputro.wordpress.com
16
Francis Fukuyama, The End of History and The Last Man: Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal,
diterjemahkan oleh Amrullah, Yogyakarta: Qalam, 2003, h. 185.
37
warga saja pada peralihan abad ke-20. Berbagai penelitian telah memberikan label terhadap peristiwa ini bukan hanya Amerika saja yang menderita. Afrika juga
dikolonisasi secara brutal oleh bangsa-bangsa Eropa selama bertahun-tahun lamanya. Benua Afrika dipotong dan dibagi-bagi di antara negara-negara Eropa.
Italia menguasai Eritrea dan Somalia. Spanyol menduduki Afrika Barat. Bagian yang kini dikenal sebagai Burundi, Rwanda, Tanzania, dan Namibia, pernah
dikendalikan oleh Jerman. Bangsa Portugis mengamankan untuk dirinya, Angola, Mozambique, dan teritorial kecil lainnya. Belgia secara brutal memerintah di
Kongo. Adapun Inggris mendirikan mandat-mandatnya di Afrika Selatan, di seluruh Afrika Timur, dan wilayah-wilayah yang kini dikenal sebagai Sudan,
Ghana, Zambia, Zimbabwe, Malawi, dan Nigeria. Perancis sendiri menguasai lusinan bangsa-bangsa Afrika Barat, termasuk yang sekarang ini menjadi negara
Senegal dan Ivory Coast, juga Chad, Madagaskar, dan Kepulauan Komoro.
17
Dari paparan di atas, penggunaan kata “Barat” dalam skripsi ini jelas bukan merupakan klasifikasi geografisnya, melainkan pemikiran, budaya dan
peradabannya. Dalam hal ini Eropa dan peradabannya sangat berpengaruh terhadap peradaban-peradaban lain di dunia. Edward W. Said mengatakan:
Kita orang-orang Eropa sebagai yang berbeda dari mereka orang-orang non-Eropa, dan sungguh kita dapat berargumentasi bahwa unsur utama
dalam budaya Eropa persisnya adalah apa yang menjadikan budaya tersebut berkuasa baik di Eropa maupun di luar Eropa: gagasan-gagasan
identitas Eropa sebagai identitas yang lebih unggul dibandingkan dengan semua bangsa dan budaya non Eropa.
18
17
Rizki S. Saputro, “Sejarah Barat dan Exspansionisme Penuh Kekerasan”.
18
Edward W. Said, h. 9.
38
Kebudayaan Barat Western Civilization berkembang mewarisi unsur- unsur kebudayaan lain. Ada tiga peradaban yang memunyai peranan penting
terhadap pembentukan tradisi keilmuan dan pemikiran Barat. Yunani-Romawi, Yahudi-Kristen dan Islam
19
. Dalam hal ini menurut Francis Fukuyama, Kristen merupakan unsur penting yang membentuk kebudayaan Barat.
20
Suatu hal yang lumrah jika kebudayaan yang mundur akan belajar dari kebudayaan yang maju, dan kebudayaan yang terbelakang mengadopsi konsep-
konsep kebudayaan yang lebih maju. Tidak ada kebudayaan di dunia ini yang berkembang tanpa proses interaksi dengan kebudayaan asing. Ketika peradaban
Islam unggul dibanding peradaban Barat, mereka mau tak mau harus berinteraksi dan meminjam konsep-konsep penting dalam Islam sebagai peradaban yang lebih
dulu berkembang. Dalam Yahudi misalnya, yang mengambil bulat-bulat semua ide-ide dalam Islam. Oliver Leaman mengatakan:
Orang Yahudi tertarik oleh keragaman sudut pandang teoritis yang ada, dan secara antusias menceburkan dirinya terlibat dalam kehidupan
intelektual masa itu. Mereka bahkan mengadaptasi banyak teori yang berhubungan dengan bidang-bidang penyelidikan yang khas Islam,
seperti fiqh dan teologi dengan teks-teks hukum dan agama mereka sendiri.
21
Pada Abad Pertengahan sebelum Renaisance, Barat berada dalam keterbelakangan dalam berbagai lapangan. Peradaban Barat jauh tertinggal dari
peradaban dunia lainnya, khususnya Islam, dalam sistem kehidupan, sosial, politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan. Pemikiran Barat pada Abad Pertengahan
didominasi oleh hegemoni Gereja yang bercorak skolastik atau dogmatis, di mana
19
Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, Jakarta : PT Gramedia, 2001, h. 1.
20
Francis Fukuyama, h. 96.
21
Seyyed Hossein Nasr, ed., Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Mizan, Bandung: Mizan, 2003, h. 947.
39
perilaku manusia dan organisasi masyarakat itu sudah dijelaskan dalam hubungannya dengan kepercayaan agama daripada oleh gaya penelitian yang
ilmiah yang terbuka dan objektif .
22
Dalam mendiskusikan sejarah pemikiran dan falsafat Barat, kita memiliki beberapa istilah yang memiliki pengertian dan semangat yang kurang lebih sama
dalam pembentukan tradisi keilmuan dan pemikiran Barat. Pertama,
adalah Renaisance, secara etimologis Renaisance berasal dari bahasa Latin yaitu kata Re berarti kembali dan naitre berarti lahir yang secara
harfiah berarti kelahiran kembali. Kata ini merujuk kepada gerakan falsafat, budaya, dan sains di Eropa. Dimulai di Italia pada abad ke-14 dan berakhir di
Inggris pada akhir abad ke-16, secara historis Renaisance adalah suatu gerakan yang meliputi suatu zaman di mana orang merasa dirinya telah dilahirkan kembali
dalam keadaban. Bangkitnya kembali minat terhadap hal-hal kuno telah mengambil tempat dalam Renaisance yang memberikan sesuatu menuju ke zaman
modern.
23
Di dalam kelahiran kembali itu orang-orang Barat kembali kepada sumber-sumber yang murni bagi pengetahuan dan keindahan.
24
Gerakan Renaisance ini juga menjadi pembatas yang memisahkan dua zaman, yakni masa
kegelapan Abad Pertengahan dan masa pencerahan Modern. Renaisance melahirkan banyak sekali failasuf dan tokoh besar, di antaranya Brahe,
Copernicus, Kepler, Galileo, Machiavelli, Erasmus, Leonardo da Vinci, Michelangelo, dan Rafael.
22
Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, diterjemahkan oleh Robert MZ, Jakarta: Gramedia, 1986, h. 14.
23
Francis Fukuyama, h. 97.
24
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Kanisius: Yogyakarta, 1980, h. 11.
40
Kedua, adalah Reformasi yang secara harfiah berarti pembangunan
kembali. Istilah ini tak ada kaitannya dengan reformasi politik seperti yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1998, tetapi hanya pada agama. Era “Reformasi” merujuk
sepenuhnya kepada gerakan perbaikan agama. Dimotori oleh, antara lain, Huldrych Zwingli, Martin Luther, dan John Calvin, Reformasi dikenal sebagai gerakan
protes terhadap Gereja Katolik yang dianggap tak lagi sanggup mengikuti perkembangan zaman. Gerakan yang kemudian melahirkan banyak sekali madzhab
Protestan ini dimulai pada abad ke-16 di Jerman dan berakhir satu abad kemudian di Perancis.
Ketiga, adalah pencerahan enlightenment. Para sejarahwan kerap merujuk
abad ke-18 sebagai periode pencerahan yang memang berakar pada Renaisance dan diketahui memiliki semangat revisi atas kepercayaan-kepercayaan
tradisional.
25
Dari Perancis, gerakan pencerahan menyebar ke kota-kota besar Eropa. Di Skotlandia, gerakan pencerahan memunculkan beberapa nama besar
seperti David Hume dan Francis Hutcheson yang kemudian diikuti beberapa failasuf Inggris seperti Edward Gibbon dan Jeremy Bentham. Di Jerman, gerakan
pencerahan terpusat di Universitas Gottingen, dengan para tokoh pentingnya, antara lain, Justus Moser, Johann Gottsched, Lessing, Immanuel Kant, Moses
Mendelssohn, Winckelmann, dan Herder.
26
Pengalaman Eropa selama periode Renaisance dan Pencerahan telah melahirkan asumsi baru dalam pemikiran Barat, di antaranya:
25
Ibid, h. 47.
26
Ibid, h. 62.
41
a. Kebebasan berpikir dan kemajuan ilmu tidak akan berpengaruh kecuali
dengan menundukkan Gereja dan merebut dominasi agama tradisional. b.
Penemuan keilmuan sering berlawanan dengan beberapa pemikiran keagamaan.
c. Ilmu dan pengetahuan berjalan seiring dengan kebebasan.
d. Dalam beberapa aspek, agama identik dengan totaliterisme dan
pemenggalan terhadap aneka kebebasan. e.
Akal manusia tidak terbatas dan sanggup menguak sebagian besar gejala yang ada.
27
Di era modern dan post-modern sekarang ini, pemikiran dan kebudayaan Barat mengungguli kebudayaan-kebudayaan lain, termasuk peradaban Islam.
Revolusi Industri mengawali lahirnya sains dan teknologi canggih, penemuan demi penemuan ilmiah terus-menerus dilakukan oleh orang Barat. Misteri alam
sedikit demi sedikit dapat dikuak sehingga manusia dapat “menguasai”nya, hal ini melahirkan implikasi bahwa dengan kemampuan akal dan daya ciptanya, manusia
merasa superior atas alam dan mereka pun melakukan eksploitasi alam secara besar-besaran demi memenuhi ambisi mereka.
Dari ujung kaki sampai ujung rambut, masyarakat zaman sekarang merasakan bagaimana besarnya pengaruh Peradaban Barat dalam kehidupan
sehari-hari. Cara berpakaian, visi kewarganegaraan dan hubungan antar-bangsa, bahkan menghibur diri pun kini orang kebanyakan menggunakan ukuran-ukuran
27
Ahmed O. Altwajri, Islam, Barat dan Kebebasan Akademis, diterjemahkan oleh Mufid, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997, hlm. 1.
42
kesenangan orang-orang Barat. Barat memang sedang jadi peradaban yang dominan saat ini.
Pada satu sisi kemajuan Barat telah melahirkan orang-orang yang penuh vitalitas, berdisiplin tinggi, menghargai waktu, rasional dan menjunjung tinggi
hak-hak asasi manusia. Namun di sisi lain, kemajuan ini juga menjauhkan mereka dari nilai-nilai moral dan agama. Mereka telah kehilangan nilai-nilai spiritual
karena mereka tidak peduli pada hal-hal yang bersifat transenden, karena segala sesuatu dapat diukur dengan pertimbangan rasio.
Barat dengan falsafat dan kebudayaannya memiliki karakternya tersendiri. peradaban Barat memiliki sejumlah ciri. Pertama, berdasarkan falsafat dan bukan
agama. Kedua, falsafat itu menjelma menjadi humanisme yang meneriakkan dengan lantang prinsip dikotomi sebagai nilai dan kebenaran. Ketiga, berdasarkan
pandangan hidup yang tragis. Artinya, manusia adalah tokoh dalam drama kehidupan di dunia. Pahlawannya adalah tokoh-tokoh yang bernasib tragis. Ini
dikarenakan di zaman hegemoni kekuasaan Gereja lahir sebuah institusi Gereja yang terkenal kejahatan dan kekejamannya dengan memraktikkan inquisisi, di
mana para pemikir yang menolak otoritas gereja ditangkap dan dibunuh dengan cara yang mengenaskan.
28
Itulah Barat yang falsafat, sains-teknologi, dan ekonominya sedang merajai pentas sejarah dunia. Budayanya menyebar bagai gelombang melalui
berbagai gerakan kultural, falsafatnya dipahami secara luas melalui pendidikan dan pembangunan sumber daya manusia, sains dan teknologinya dikagumi dan
28
Muhammad ‘Abduh, Ilmu dan Peradaban menurut Islam dan Kristen, diterjemahkan oleh: Mahyuddin Syaff, Bandung: Diponegoro, 1992, h. 53.
43
ditiru bagi pembangunan sarana dan prasarana kehidupan manusia. Gelombang kebudayaan Barat yang disebut dengan modernisme itu pada mulanya
mencerminkan gaya hidup elitis, tapi kini disebut dengan postmodernisme yang bersifat populis. Secara konseptual dampaknya dahsyat. Ia tidak saja mampu
mengubah konsep sejarah secara agresif, tapi juga mengubah sikap orang terhadap agama menjadi skeptis. Agama dan kitabnya diposisikan hanya sebagai suatu
bentuk “narasi besar” yang kering, dan dapat dipermainkan melalui bahasa dan imajinasi liar yang mencampuradukkan realitas dan fantasi.
2. Periodisasi Barat