Pertentangan Averroisme dengan Gereja

64 didamaikan, berujung pada pemisahan antara keduanya. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemerdekaan berpikir yang diperoleh orang-orang Barat melalui gerakan Averroisme memberi pengaruh besar terhadap pemisahan antara akal dan wahyu. Meningkatnya semangat kebebasan berfikir di kalangan ilmuwan Barat semakin memudarkan kepercayaannya terhadap doktrin-doktrin Gereja. Karena tidak dapat didamaikan, maka keduanya mengambil jalan sendiri- sendiri. Gereja dengan sikap keras kepala memertahankan penafsiran terhadap doktrin Kristen yang tidak rasional dan menolak segala hal yang berbau ilmu pengetahuan. Sementara di sisi lain para ilmuwan Barat berjalan sendiri dengan melepaskan nilai-nilai agama. Inilah akar-akar terjadinya sekularisasi di Barat, diawali dengan penolakan para ilmuwannya terhadap hal-hal yang sebelumnya dipandang sakral dan dianggap sebagai ajaran-ajaran dasar agama, dalam perkembang selanjutnya, sekularisasi Barat menuju ke dalam bentuk yang falsafi. Mereka memisahkan semua hal yang berbau agama dari kehidupan sosial politik dan ilmu pengetahuan, karena Gereja di Barat selama berabad-abad telah menjadi penghalang kemajuan berfikir dan kemajuan ilmu pengetahuan. 81

D. Pertentangan Averroisme dengan Gereja

Averroisme yang berkembang di Barat pada hakekatnya merupakan pemahaman terhadap falsafat Aristoteles secara murni dan benar sesuai dengan yang dikemukakan Ibn Rusyd. Namun, mereka tidak mengikuti falsafat Ibn Rusyd secara menyeluruh, hanya sebagian dari pendapat Ibn Rusyd tentang kedudukan 81 Sirajuddin Zar, h. 107. 65 akal. Hal ini disebabkan karena para penganut Averroisme bukanlah seorang Muslim, yang pemahamannya selalu berbenturan dengan dogma Gereja. Ini berbeda dari para failasuf Islam yang mengaji teks-teks dari Yunani, memberi komentar, memodifikasi dan mengasimilasikannya dengan ajaran Islam dan mampu mengembangkannya dalam bentuk yang lebih inovatif dan variatif. 82 Komentar-komentar Ibn Rusyd yang dikembangkan oleh Averroisme tentang Metaphysics dan De Anima Aristoteles, serta ajaran-ajaran mengenai kebenaran ganda, keazalian dunia dan Intelek Aktif sangat mengganggu para pembaca Kristen. 83 Keberatan Gereja terhadap Averroisme adalah karena ajaran- ajarannya yang lebih mengutamakan akal dan menolak paham-paham yang dianggap tidak sesuai dengan akal. Dalam Kristen sendiri sumber kebenaran ialah satu, yaitu kebenaran yang datang dari agama. Dalam hal ini, Gereja memiliki otoritas mutlak dalam menafsirkan doktrin-doktrin agama. Akibatnya, dengan mudah diterima untuk menyatakan bi lâ kayfa. Artinya, orang harus bisa menerima apa adanya sekalipun tidak bisa menalar sebab-musababnya. 84 Jadi, pemahaman apapun yang tidak sejalan dengan penafsiran Gereja dianggap keluar dari ajaran Kristen. H.J. Muller menyatakan: Tatkala orang-orang Kristen memeroleh kejayaan, mereka langsung tidak memercayai kebebasan agama. Mereka menghendaki agar kebebasan agama itu hanya milik mereka saja. Mereka pun mulai menindas pemuja-pemuja patung dan orang-orang Yahudi untuk kemudian disusul dengan tindakan keras terhadap orang-orang Kristen yang melakukan penyimpangan. Kebebasan pemikiran agama dan 82 Aden Wijdan, h. 45. 83 Seyyed Hossein Nasr, ed., h. 1355. 84 Oliver Leaman, h. 172. 66 kesadaran untuk mengamalkannya diredam dengan ketegasan dan kejelian yang tidak dikenal dalam sejarah sebelumnya. 85 Averroisme sesungguhnya berdampak pada pembentukan pandangan Barat mengenai kedudukan relatif agama dan falsafat. 86 Sejalan dengan pesatnya pergerakan rasional Averroisme di Barat, pelopor-pelopor gerakan ini juga menentang paham-paham Gereja yang mereka anggap tidak sesuai dengan logika dan ilmu pengetahuan. Akibatnya, timbullah sikap pro-kontra terhadap gerakan Averroisme. Ajaran-ajaran Aristoteles yang dikembangkan melalui komentar- komentar Ibn Rusyd dan dipelajari di Barat yang kemudian mendapat tentangan dari Gereja. Penguasa Kristen menganggap ajaran Ibn Rusyd berbahaya bagi Kristen, bagi mereka Kristen tidak perlu menerapkan konseptual Islam guna memecahkan persoalan teoritis. 87 Karena besarnya pengaruh falsafat Ibn Rusyd di Barat melalui Averroisme, maka Gereja mengambil perhatian yang sangat besar terhadapnya. Beberapa Gereja telah bersidang untuk mengambil tindakan yang tegas terhadap Averroisme yang dianggap telah keluar dari ajaran Kristen. Di antaranya: 1. Pada tahun 1209 M. berlangsung sidang Agama di Paris yang terkenal dengan “Provincial Council of Paris”. Sidang tersebut telah memutuskan, bahwa segala buku Aristoteles mengenai falsafat beserta 85 H. J. Muller, Freedom in the Ancient World, New York: Harper Broters, 1961, h. 289- 290. 86 Oliver Leaman, h. 168. 87 Ibid, h. 174. 67 komentarnya tidak boleh dibaca, baik di muka umum maupun secara diam-diam. 88 2. Paus Gregorius IX mengeluarkan dekrit pada tahun 1231 M., yang menolak dan mengharamkan pengajaran karya-karya Aristoteles dan komentar-komentar dari Ibn Rusyd terhadap karya-karya tersebut. 89 3. Aartsbishop Etienne Tempier di Paris pada 1270 M., dalam deklarasi itu, Tempier tidak merinci ajaran-ajaran yang dianggap terlarang. Namun, pada Maret 1277 M., ia mengeluarkan lagi pengumuman lanjutan dengan memberikan 219 daftar ajaran yang dianggap heretik dan pengikutnya harus dihukum seberat-beratnya. Lalu beberapa bulan kemudian, Robert Kilwadby, Aartsbishop di Canterbury, Inggris, menolak 30 asas-asas Averroisme. 90 Bukan hanya itu, seperti halnya Ibn Rusyd yang dijatuhi hukuman buang oleh pemerintah Muwahhidûn pada tahun 1196 M., gerakan Averroisme juga mendapat kecaman dari Gereja. Untuk memertahankan dogma-dogma Kristen, pada akhir abad ke-15 Paus juga melakukan inquisisi terhadap orang-orang yang dicurigai keluar dari agama. Mereka mengutuk gerakan Averroisme dan menyatakannya sesat. Pada tahun 1233 M., Paus Gregorius IX mengeluarkan perintah agar membunuh semua orang yang murtad dari agama mereka dan menganut paham yang berbeda dari Gereja. Perintah ini diperkuat oleh paus Inocent IV pada tahun 1252 yang 88 Ernest Renan, Ibn Rusyd wa al-Rusydiyyah, diterjemahkan oleh ‘Adil Zu’aitir, Kairo: Dâr Ihyâ’ al-Kitâb al ‘Arabiyyah, 1957, h. 233 . 89 M.M. Syarif, et al., A History of Muslim Philosophy, Wiesbaden: Otto Harrasowitz, 1966, h. 1369. 90 Zainal Abidin Ahmad, h. 155. 68 meresmikan tata cara pemburuan tersebut sebagai bagian dari upaya melindungi agama. Perburuan inilah yang dinamakan inquisisi. 91 Inquisisi inilah yang memakan banyak korban para ilmuwan Barat, termasuk kaum Averroisme di dalamnya. Inqusisi ini memang efektif, menangkap dan membunuh para ilmuwan dan siapa saja yang tidak sesuai dengan otoritas Gereja, pada masa 18 tahun saja, yakni 1481-1499 M., telah dijatuhkan hukuman bakar hidup-hidup terhadap ilmuwan sebanyak 10.220 orang, lalu 6.860 orang dihukum gantung dan 97.023 orang dihukum dengan berbagai macam siksaan dan hukuman. 92 Seorang Averroisme dari Den Haag, Belanda, bernama Herman van Reeswijk telah dijatuhi hukuman pada tahun 1502 M., dipenjarakan selama hidup, dan 10 tahun kemudian dia dihadapkan sekali lagi ke mahkamah inquisisi dengan tuduhan yang sama, yaitu murtad dan dijatuhkan hukuman bakar hidup-hidup yang dijalaninya pada 14 Desember 1512. Sebelum dilontarkan ke dalam api, ia masih sempat berkata: Sarjana yang paling besar adalah Aristoteles, dan komentatornya Ibn Rusyd. Kedua mereka lebih mendekati kebenaran, karena pimpinan mereka saya menemui jalan kebenaran dan berkat ajaran mereka berdua, saya melihat cahaya yang selama ini saya buta darinya. 93 Selanjutnya adalah Lucio Vanini, seorang ateis malang yang dibakar hidup- hidup pada tahun 1600 M. di Toulose, Prancis, menampilkan diri sebagai murid 91 Ibid, h. 175. 92 Muhammad ‘Abduh, Ilmu dan Peradaban menurut Islam dan Kristen, diterjemahkan oleh: Mahyuddin Syaff, Bandung: Diponegoro, 1992, h. 53. 93 J.B. Bury, Sejarah Kemerdekaan Berpikir, diterj oleh LM Sitorus, Jakarta: Yayasan Pembangunan, 1951, h. 57. 69 dari Ibn Rusyd. 94 Selain dari kalangan Averroisme, J.B. Bury menyebutkan para ilmuwan Barat yang mengalami inquisisi, diantaranya : 1. Roger Bacon, dijebloskan ke penjara selama bertahun-tahun pada abad ke-XIII. 2. Gironalo Savonarola, dari Itali, yang dihukum mati oleh Paus Alexander VI pada 1498 M. 3. Giordano Bruno, dijatuhi hukuman mati di Roma dan dibakar hidup- hidup di Campo de Fiori pada tahun 1600 M. 4. Severtus dari Spanyol, dibakar hidup-hidup tahun 1553 M. karena menentang ajaran Trinitas. 5. Legate dan Wightman dari Inggris dibakar di Inggris pada 1611 M., dan para ilmuwan lainnya. 95 Sejarah mencatat, dari akhir abad ke-12 hingga abad ke-18 paling sedikit 48.000 orang telah dibakar hidup-hidup di Spanyol, termasuk di dalamnya tokoh- tokoh Averroisme seperti Singer van Brabant yang pada akhirnya dihukum mati oleh Gereja. Selain hukuman yang di luar perikemanusiaan tersebut, Gereja tidak segan memakai kata-kata yang sangat kotor, seperti perkataan Petrarchus mencaci Ibn Rusyd: “Dia adalah anjing menggonggong yang menimbulkan amarah yang terkutuk . . .”. 96 kemudian Duns Scouts menyebut “Ibn Rusyd yang terkutuk itu” dan mengatakan “tidak lebih daripada sejenis binatang irasional yang meng- ungguli binatang-binatang lainnya karena jiwa sensitif irasional yang lebih unggul dari jiwa-jiwa lainnya”, kemudian Thomas Aquinas mengatakan “Aristoteles 94 Seyyed Hossein Nasr, ed., h. 1356 . 95 J.B. Bury, h. 73-86. 96 Zainal Abidin Ahmad, h.173-176. 70 memang tidak terlalu religius, tetapi penafsirnya, Ibn Rusyd, tidak beriman sama sekali”. 97 Selain dengan cara-cara tersebut, muncul pula usaha untuk memer- tahankan dominasi mutlak Gereja dan menolak gerakan Averroisme, Gereja juga melakukan sistematisasi falsafat Aristoteles dengan ajaran-ajaran Kristen. Dalam hal ini Thomas Aquinas, merasa berkepentingan membela ajaran-ajaran Katholik. Ia khawatir umat Kristen lebih mementingkan tafsiran-tafsiran Ibn Rusyd dan Averroisme, maka orang akan curiga pada Aristoteles. 98 Karena itu, ia perlu membuat tafsiran yang lebih sesuai dengan dogmatisme Kristen. Melalui On the Unity of the Intellect against the Averroists, Thomas Aquinas mengarahkan risalah singkatnya untuk melawan Averroisme di Paris yang meyakini pandangan yang menurut mereka Aquinas berasal dari Ibn Rusyd bahwa hanya ada satu intelek yang mungkin bagi seluruh manusia. 99 Walaupun Averroisme dilarang oleh Gereja, ini tidak membuat gerakan ini surut, justru sebaliknya, semangat rasional Ibn Rusyd melalui Averroisme menyebar ke berbagai kota di Barat. Pusat studi iImu dan falsafat semakin ber- kembang di Barat antara lain di Padua, Palermo, Bologna, Paris, dan Oxford dan semakin banyak muncul lingkungan-lingkungan yang bersemangat Averoisme. Di Oxford misalnya, Ibn Rusyd diagungkan sebagai Komentator Agung bagi karya-karya Aristoteles, bahkan Averroisme mendominasi seluruh universitas di Itali, menurut Oliver Leaman, dan Universitas Padua malah 97 Seyyed Hossein Nasr, ed., h. 1356 . 98 Hasbullah Bakry, Di Sekitar Skolastik Islam, Jakarta: Tintamas, 1984, h. 97. 99 Seyyed Hossein Nasr, ed., h. 1342. 71 menerima bulat-bulat pemikiran Ibn Rusyd melalui Averroisme. 100 Di Paris muncul kelompok kaum terpelajar yang skeptis terhadap agama. Ancaman Gereja kepada Kopernikus, dan Galilei Galileo agar meninggalkan teori helio-sentris menjadi contoh yang paling populer di kemudian hari untuk menunjukkan bahwa betapa Gereja di Barat selama berabad-abad telah menjadi penghalang kemajuan berpikir dan kemajuan ilmu pengetahuan. 101 Averroisme berjalan terus sampai akhir abad ke 17, selanjutnya Hasbullah Bakry mengatakan: Sesudah itu secara resmi orang tidak mendengar lagi Averroisme di Eropa. Tetapi ini, bukan berarti bahwa kumandangnya atau pengaruhnya telah lenyap. Yang sebenarnya ialah: Jiwa rasionalisme dari Averroisme masih tetap ada dengan megahnya di Eropa, malahan sekarang dia lebih berkuasa lagi meskipun dengan baju-baju baru dalam diri pentolan- pentolan Rasionalisme seperti Descartes 1595-1650, Spinoza 1632- 1677 dan Leibniz 1640-1716 mengalir jiwa radikalisme dari Averroisme yang amat mementingkan akal. 102 Jika falsafat Ibn Rusyd banyak memberi inspirasi bagi para pemeluk Yahudi dan Kristen, pandangan falsafatnya banyak mendorong kalangan akademisi di Eropa melawan kemapanan pemahaman-pemahaman falsafat yang datang dari Gereja, karena pada Abad Pertengahan sumber kebenaran hanya datang dari satu penjuru, yaitu Gereja. Dunia akademi hanyalah sebuah perluasan dari imperium pengetahuan yang dibangun para teolog dan tokoh agama. Sebagian penghuni akademi itu bahkan adalah para tokoh Gereja. Dengan aroma gereja yang begitu kuat, sangat sukar bagi para akademisi berpikir independen karena, sekali saja ketahuan, “mata-mata Tuhan” akan mengirimkan mereka sebuah undangan ke Mahkamah Inquisisi. Namun, bagi orang-orang yang 100 Oliver Leaman, Averroes and His Philosophy, Oxford: Clarendon Press, 1988, h.168. 101 Sirajuddin Zar, Filsafat Islam: Dari al-Ghazâlî ke Ibn Rusyd, Padang: IAIN IB Press, 1999, h. 107. 102 Hasbullah Bakry, h. 97-98. 72 tercerahkan, seperti Siger van Brabant dan Boethius de Decia, otoritas itu bukanlah segala-galanya. Ada otoritas lain di luar Gereja, yakni akal manusia yang berpikir secara independen. Di sinilah peran Ibn Rusyd menyadarkan para pemilik “akal-akal independen” bahwa kedudukan akal mereka sama tinggi dan sama mulianya dengan wahyu. Jika kebenaran bisa diperoleh melalui wahyu, ia juga bisa diperoleh lewat pemikiran yang independen.

E. Penolakan Agama