Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010.
BAB III NILAI-NILAI ZEN BUDDHISME DALAM ESTETIKA KERAMIK
TRADISIONAL JEPANG
3.1 Nilai Ketidaksimetrisan
Asimetris di dalam prinsip desain mempunyai pengertian tidak sama atau tidak seimbang. Dimana dalam ketidakseimbangan itu terdapat perbedaan ukuran,
warna, bentuk, tekstur, ruang maupun pencahayaan. Sehingga dalam desain sering dikatakan bahwa asimetris identik dengan tidak beraturan. Sebenarnya pengertian
tidak braturan ini lebih cocok diterjemahkan dalam pengertian tidak sesuai dengan patokan atau ketentuan secara umum.
Dari sudut pandang Zen Buddhisme, ketidaksimetrisan mempunyai pengertian membuang kemampuan nafsu duniawi, mengosongkan maksud suci,
dan tidak memperdulikan kesempurnaan. Untuk mewujudkan makna ketidaksimetrisan ke dalam karya seni keramik berdasarkan nilai ajaran Zen
Buddhisme tersebut, dilakukan penggubahan dan penyimpangan bentuk dari yang umumnya dilakukan. Bagi masyarakat Jepang, ketidaksimetrisan ini dibuat
dengan tujuan untuk melambangkan sesuatu yang supra realis dan bersifat spiritual.
Untuk lebih memahami penjelasan di atas, berikut ini penulis menyertakan beberapa gambar keramik beserta penjelasan yang berhubungan dengan nilai
ketidaksimetrisan.
Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010.
permukaan bibir gelas tidak rata dan tidak seimbang permukaan gelas tidak sama dan tidak seimbang
a. b.
c.
d. e.
Gambar 1. Keramik Hagi Guinomi 5 2009. Diameter: 2.3” 6cm. Tinggi: 1.9” 4.9cm. Pengrajin: Mukuhara Kashun, Hagi, Jepang. Harga: US62.50
Keterangan gambar 1: Gambar a dan b menunjukkan perbedaan bentuk cangkir. Bentuk yang tidak sama
dan tidak seimbang menunjukkan ketidaksimetrisan. -
Gambar d dan e menunjukkan perbedaan yang sangat mencolok pada ukuran diameter dan bentuk pada bagian bibir cangkir gambar d
dengan bagian alas cangkir gambar e. -
Secara umum, bagian alas dan bagian atas cangkir harus memiliki persamaan bentuk dan ukuran diameter. Dengan kata lain memiliki
Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010.
bentuk yang simetris, namun dalam cangkir keramik ini ketidaksimetrisan tersebut menjadi ciri yang unik.
- Pada gambar e dapat dilihat tekstur permukaan bagian alas cangkir
yang sangat tidak rata dan kasar. Hal ini berbeda dengan tekstur bagian permukaan badan dan bagian dalam cangkir yang lebih rata yang dapat
dilihat pada gambar d. -
Pewarnaan pada permukaan badan cangkir keramik di atas tidak merata, menunjukkan ketidakseimbangan dalam hal dekorasi dan
pewarnaan keramik. -
Gambar c menjukkan pola bentuk tabung atau cangkir pada umumnya, yaitu tiap bagiannya seimbang atau simetris.
- Gambar keramik di atas sangat jelas menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan ukuran, warna, bentuk, serta tekstur yang tidak sesuai dengan patokan atau ketentuan secara umum yang tergambar pada
gambar c. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa nilai estetika Zen
Buddhisme yang mencerminkan nilai ketidaksimetrisan ini adalah fukinsei, sabi, dan datsuzoku. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa nilai fukinsei
menekankan bentuk asimetris atau tidak teratur, demikian juga nilai sabi yang menekankan ketidakberaturan dan kesendirian, sedangkan datsuzoku menekankan
suatu bentuk kejutan, fantasi dan kreativitas yang mengabaikan aturan.
Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010.
3.2 Nilai Kealamian