Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010.
Bedasarkan nilai-nilai estetika tersebut, penulis akan mengarahkan pembahasan kepada nilai ketidaksimetrisan, nilai kealamian, nilai kesederhanaan, dan nilai
kedalaman rasa yang tecermin dalam keramik tradisional Jepang. Penulis tidak membahas mengenai keramik modern karena penulis tidak melihat adanya
pengaruh ajaran Zen Buddhisme yang terkandung dalam nilai estetika keramik modern Jepang.
Berdasarkan fakta-fakta tersebutlah nantinya akan ditinjau bagaimana nilai-nilai ajaran Zen Buddhisme yang terkandung dalam estetika keramik
tradisional Jepang dengan cara menunjukkan nilai-nilai estetika wabi-sabi tentang keindahan, kesederhanaan, ketidaksimetrisan, dan kedalaman rasa yang tercermin
dalam keramik tradisional Jepang.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1. Tinjauan Pustaka
Keramik merupakan salah satu dari karya seni. Setiap karya seni pastilah mempunyai nilai estetika tersendiri sesuai dengan masyarakatnya. Disini penulis
telah mengutip pandangan dari beberapa tokoh tentang seni dan nilai estetika yang berguna untuk mempermudah dalam memahami nilai estetika yang terkandung
pada keramik Jepang. Menurut Baumgarten dalam Simbolon 1996:5 seni adalah keindahan.
Seni merupakan wujud bahkan tujuan seni. Oleh karena itu, segala manifestasi yang sempat dilahirkan sebagai hasil-hasil pengolahannya haruslah menjadikan
orang lain senang. Sedangkan menurut Tolstoy dalam Simbolon 1996:6 seni menimbulkan perasaan yang pernah dialami. Dengan kata lain, seni haruslah
Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010.
mengungkapkan keindahan baik dengan perantaraan bentuk, garis dan warna sehingga orang lain dapat merasakan dan menikmati keindahan tersebut.
Menurut Hegel dalam Wiryomartono 2001:39 seni adalah manifestasi dari manusia untuk membawa keindahan alam raya ke dalam ranah budaya. Seni
bukanlah produk alam. Seni adalah buah karya yang diciptakan secara mendasar untuk manusia kurang atau lebih melalui medium indrawi dan dialatkan pada
tangkapan indrawinya. Seni senantiasa mengandung tujuan yang mengikatnya dengan manusia.
Hagel juga mengatakan bahwa karya seni adalah untuk membawa kejelasan mana yang alami dan mana yang kultural. Sejauh prinsip-prinsip alami
dipenuhi oleh sebuah karya seni, sejauh itu pula yang harus dikenali oleh manusia sebagai artisnya, sebagai penggugah rasa dan perasaan. Karya seni secara hakiki
akan membuat manusia baik sebagai seniman maupun sebagai pengamatnya merasa kerasan. Karya seni disajikan untuk pemahan indrawi yang melibatkan
rasa dan perasaan manusia. Menurut Sedyawati 2006:364 istilah “estetika” pada dasarnya mengacu
pada wacana yang otonom mengenai “baik” dan “indah” dalam kesenian. Uraian- uraian mengenai hal tersebut dapat dilihat pada operasi karya-karya seni itu
sendiri, baik ketika diciptakan maupun ketika diserap dan dinikmati. Menurut Agustinus dalam Sutrisno 1993:32 keindahan adalah
pandangan-pandangan tentang keselarasan, keseimbangan, keteraturan, dan lain- lain, sebagai ciri-ciri khas keindahan.
Menurut Clive Bell dalam Sutrisno 1993:82 keindahan hanya dapat ditemukan oleh orang yang dalam dirinya sendiri punya pengalaman yang bisa
Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010.
mengenali wujud bermakna dalam suatu benda atau karya seni tertentu dengan getaran atau rangsangan keindahan.
Dalam seni keramik di Jepang terdapat nilai estetika yang khas yaitu berdasarkan ajaran Zen Buddhisme. Menurut Sutrisno 1993:130-132 pada
dasarnya Zen adalah seni untuk melihat kodrat diri sendiri dan dengan demikian menjadi Buddha. Zen mampu meleluasakan kekuatan-kekuatan alami manusia,
mencegah kelesuan dan menyemangati manusia menuju kebahagiaan. Pengaruh spiritual Zen juga mampu mewarnai ciri umum dalam karya seni, yaitu gaya
sudut-tunggal, wabi-sabi, serta ketidaksimetrisan bagian yang satu dengan yang lainnya tidak sama atau seimbang.
Wabi-sabi sebagai sistem estetika yang komprehensif, telah mempunyai jangkauan ruang lingkup yang luas antara lain ; ajaran moral, spiritual, metaphisik,
ekspresi dan kualitas benda. Prinsip-prinsip ajaran Zen telah digunakan sebagai acuan dalam menentukan kaidah-kaidah estetis termasuk unsur-unsur dan prinsip
seni Jepang. Karakteristik estetika Jepang tersebut adalah fukinsei asimetris atau ketidakteraturan, kanso kesederhanaan yang rapi dan segar, koko esensi,
shizen kewajaran atau kealamian, yugen bermakna atau rasa yang mendalam, datsuzoku kebebasan yang tidak terikat, shibui kesederhanaan dan keindahan
seadanya, wabi kekayaan dalam kesederhanaan, sabi kesendirian dan ketidakberaturan, dan seijaku hening atau tenang.
Wabi secara harfiah berarti kesederhaan. Wabi adalah kekayaan rohaniah bathin dalam kemelaratan fisik. Dalam pemakaian sehari-hari , kata ini berarti
hidup di dalam pondok kecil, kekurangan biaya hidup, bagaikan tanaman hampir layu, ketiadaan air. Dapat disimpulkan bahwa wabi adalah jalan kehidupan
Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010.
spiritual yang dipakai dalam menghargai benda dan seni. Prinsip Zen tentang wabi adalah gabungan prinsip Konfucius, Tao, Budha dan Shinto yang berfokus pada
pandangan petapa dan mengapa petapa mengejar hidup terang dalam kesendirian. Prinsip filosofinya adalah mengurangi ego dan dunia materi yang memberikan
penderitaan, ketakutan akan kematian, penghargaan terhadap hidup dan menyelaraskan hidup dengan alam.
Sedangkan sabi berarti suatu bentuk kesendirian, keterasingan dan ketidakberaturan. Sabi mengarah kepada objek individual dan keadaan lingkungan
secara umum. Penulis sendiri berpendapat bahwa suatu karya seni haruslah memiliki
nilai estetika. Nilai estetika tersebut haruslah memiliki unsur keindahan yang merupakan perpaduan antara unsur-unsur yang harmonis serta dapat memberikan
arti bagi setiap penikmatnya. Dalam estetika keramik tradisional Jepang nilai-nilai ajaran Zen sangat berpengaruh besar. Estetika wabi-sabi dan nilai-nilai ajaran Zen
di dalamnya membangun nilai estetika keramik tradisioanal Jepang.
2. Kerangka Teori