Analisis nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional pada masyarakat Betawi

(1)

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh: Shoffie Afrianur NIM: 1110015000113

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

Induk Mahasiswa 1110015000113, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian

Munaqasah pada tanggal 14 April 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu,

penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd) dalam bidang Pendidikan IPS.

Jakafia,l5 April 2015

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua JurusanrProdi) Tanggal Tanda Tangan

fnl$

2':

t7/x/xo,r

u/oo^

Dr. Iwan Purwanto. M.Pd

NIP. I 9730 4242008011012

Sekretaris (Sekretaris Juruqn/Prodi)

Drs. Syaripulloh. M.Si

NrP. 1 96709092007 011033

Penguji I

Dr. H. Nurochim. MM

NrP. 19s90715 198403 1003

Penguji II

Mochammad Noviadi Nugroho. M.Pd NIP. 19761 I 18 201 101 1006


(3)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Penclidikan (S.Pd.)

Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakuta

Oleh: Shoffie Afrianur

NrM. 1110015000113

Dibawah Bimbingan

Pembimbing

';y'

Dr. Iwan Purwanto. M. Pd NIP. 19730 424 200801

I

012

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF I{IDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama

Tempat/Tgl.Lahir

NIM

Jurusan / Prodi

Jubul skripsi

Shoffie Afrianur

Indramayu, 25 April

l99l

1 1 100150001 13

Pendidikan IPS / Ekonomi

Analisis Nilai-nilai Karakter dalam Permainan Tradisional

Pada Masyarakat Betawi

Dosen Pembimbing : Dr. Iwan Purwanto, M.Pd

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

i

Jakarta,06 April2015

Mahasiswa Ybs.


(5)

i

Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional pada masyarakat betawi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriftif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Sumber data atau informan adalah lembaga kebudayaan betawi, sekretaris kelurahan, kepala sarana dan prasarana kelurahan, wawancara dua puluh warga kelurahan kebayoran lama utara, dan observasi setiap rukun tetangga tiga puluh orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa: (1) nilai karakter yang terkandung dalam permainan bentengan adalah tanggung jawab, kerjasama, jujur, bersahabat/berkomunikasi, toleransi, kekompakan dan peduli sosial serta cinta tanah air. (2) nilai katakter yang terkandung dalam permainan engrang atau jangkungan adalah kesabaran dan percaya diri serta cinta tanah air. Sedangkan (3) nilai karakter yang terkandung dalam permainan galah asin adalah tanggung jawab, kerjasama, jujur, toleransi, cinta tanah air, kekompakan dan peduli sosial.


(6)

ii University Jakarta, 2015.

The aim of this study was to find out character values in Traditional games at Betawi society. The method of this study was descriptive qualitative. The technique of sampling was purposive sampling with data sources or informant were Intitutions of Betawi Cultural, Secretary of District, Head of Media and Infrastucture District, 20 of Society in North Kebayoran Lama, and Observation

of 30 People in each “Rukun Tetangga”. The data collecting in this study used

observation, interview and documentation.

Based on the result of this study was found that: (1) the character values in

the “Bentengan” games is responsibility, corporation, honesty, friendship, tolerance, unity and social caring and love birthplace. (2) the character values in

the “Engrang/jangkungan” games is patience, confidence and love birthplace,

while (3) the character values in the “Galah Asin” games is responsibility, corporation, honesty, tolerance, love birthplace, unity and social caring.


(7)

iii

karunia-Nya kepada penulis maka selesailah skripsi yang berjudul “Analisis

Nilai-nilai Karakter Dalam Permainan Tradisional Pada Masyarakat Betawi”. dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi manusia dan semoga kita menjadi pengikutnya hingga akhir nanti.

Penulis dalam penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi dari keseluruhan kegiatan perkuliahan yang telah dicanangkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keterbatasan kemampuan, kurangnya pengalaman, banyaknya hambatan serta kesulitan senantiasa penulis temui dalam penyusunan skripsi ini, tak lupa pula penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan, bimbingan serta dorongan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Bapak Prof. DR Ahmad Thib Raya, MA. 2. Bapak Iwan Purwanto, M.Pd. dan Bapak Syaripulloh, M.Si. selaku ketua

dan sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang santiasa membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.

4. Bapak Dr. Muhammad Arif, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik. 5. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan pengetahuan, pemahaman dan pelayanan selama melaksanakan studi.


(8)

iv

moril maupun materil dan menjadi inspirasi penulis dalam penulisan skripsi ini. Demikian pula, yang tercinta Ibunda Daeni yang dengan ikhlas mencurahkan kasih sayang untuk penulis, yang tiada henti-hentinya mendoakan.

8. Untuk adik-adikkuku tersayang Desy Citra Sari dan Muhammad Faisal Hakim yang selalu memberikan doa, semangat dan kecerian.

9. Sahabat-sahabatku Anna Rizky, Eka Dewi, Nuraini, Irot Rosita, Novi Mela Yuliani, Rini Handayani, Diah Yuniardi, Heri Fajrin, Yustia Umamah, Bunga Anzelia, Agus Haflaturrahman, dan Tati Heryanti yang selalu menyemangati dan memberikan keceriaan dalam menjalani kegiatan sehari-hari.

10. Teman-teman seperjuangan dan sejurusan IPS ekonomi 2010 yang telah memberikan warna serta pengalaman dalam menjalani perkuliahan selama ini.

11. Teman-teman Ikatan Remaja Masjid Fathullah Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Akhirnya tiada kata lain yang lebih berarti selain sebuah harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin

Jakarta, April 2015


(9)

v

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1

B. IdentifikasiMasalah ... 4

C. PembatasanMasalah ... 4

D. PerumusanMasalah ... 4

E. TujuanPenelitian ... 4

F. ManfaatPenelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. PengertianNilai ... 6

B. PengertianNilai-nilaiKarakter ... 7

C. PengertianPermainanTradisional ... 11

D.Macam-Macam Permainan Tradisional ... 12

1. Gundu Kusir ... 12

2. Tamat-tamatan ... 13


(10)

vi

7. Lari Gandeng ... 15

8. Tak Nyamuk ... 15

9. Permainan Cako ... 15

10.Torti ... 16

11.Jangkungan atau Engrang ... 16

12.Serok Kwali ... 17

13.Congklak ... 17

14.Ucing-ucingan ... 17

15.Tangkrep ... 18

16.Belalang ... 18

17.Ujungan ... 18

18.Dododio ... 18

19.Permainan Si ... 19

20.Kukuruyuk Ayam ... 19

21.Galileo ... 19

22.Palongan Gundu ... 19

23.Bekel ... 20

24.Silem-sileman ... 20

25.Karet ... 20

26.Kodok-kodokan ... 20

27.Petak Umpet ... 21

28.Galah Asin ... 21

29.Gangsing ... 21

30.Pletokan ... 22

31.Dampu Kapal ... 22


(11)

vii

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. TempatdanWaktuPenelitian ... 25

B. MetodePenelitian ... 25

C. Populasidan Sample Data ... 26

D. TeknikPengumpulan Data ... 26

E. InstrumenPenelitian ... 29

F. TeknikPemeriksaanKeabsahan Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Kebayoran ... 34

2. Geografi Kebayoran Lama Utara ... 34

3. Demografis Kebayoran Lama Utara ... 35

4. Sosial Ekonomi Budaya ... 35

5. Data balita Tiap Rukun Warga ... 36

B. Deskripsi Data 1. Permainan Tradisional ... 36

2. Karakter ... 46

C. TemuanUtamaPenelitian ... 55


(12)

viii

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

ix

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ... 30

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ... 31


(14)

x Lampiran2 Hasil wawancara

Lampiran 3 Pedoman Dokumentasi Lampiran 4 Pedoman Observasi Lampiran 5 Hasil Observasi

Lampiran 6 Dokumentasi Foto Kegiatan Observasi Lampiran 7 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 9 Surat Balasan Izin Penelitian dari Kelurahan Kebayoran Lama Utara Lampiran 10 UjiReferensi


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 Menyatakan bahwa pendidikam nasional “berfungsi mengembangkan Kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab”.1

Merujuk pada peraturan pemerintah pada sistem pendidikan nasional saat ini pendidikan yang di terapkan di sekolah khususnya sekolah dasar lebih menekankan pada pembentukan karakter. Karakter yang di maksud ialah karakter yang telah dirumuskan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2011 diharapkan mampu membentuk karakter siswa sedini mungkin dimulai dari tingkat sekolah dasar.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.2 Dengan kata lain karakter seseorang akan membedakan bagaimana orang tersebut bersosialisasi dengan sesama dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Retno karakter adalah “nilai-nilai yang unik, baik terpatri dalam diri dan di implementasikan dalam perilaku”.3 Maka dari itu karakter seseorang sangat menentukan cara bergaul dengan lingkungannya baik lingkungan internal maupun eksternal.

1 Kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf di akses tanggal 3 Desember 2014 pukul 16.34 WIB

2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Keempat, h. 623

3 Retno Listyarti. “Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif”. (Jakarta:


(16)

Penenaman nilai karakter bukan hanya diterapkan di sekolah tetapi harus dimulai dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Penanaman nilai karakter dalam lingkungan keluarga dapat dilakukan melalui metode pembiasaan yang diajarkan oleh orang tua pada anaknya dalam kehidupan sehari-hari contohnya cium tangan ketika pergi dan pulang beraktifitas. Sedangkan dalam lingkungan masyarakat penanaman nilai karakter dilakukan melalui permainan tradisional.

Menurut Dharmamulya dalam Ernita Lusiana unsur-unsur nilai budaya yang terkandung dalam permainan tradisional adalah nilai kesenangan atau kegembiraan, nilai kebebasan, rasa berteman, nilai demokrasi, nilai kepemimpinan, rasa tanggung jawab, nilai kebersamaan dan saling membantu, nilai kepatuhan, melatih cakap dalam berhitung, melatih kecakapan berpikir, nilai kejujuran dan sportivitas. Dalam permainan tradisionala juga terdapat nilai-nilai karakter.4 keunggulan dari permainan tradisional adalah mengarahkan anak menjadi kuat secara fisik maupun mental, sosial maupun emosi tak mudah menyerah, bereksplorasi, bereksperimen, dan menemukan jiwa kepemimpinan. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa permainan tradisional memiliki peran dalam membentuk karakter seseorang.

Permainan anak-anak selalu tumbuh dan berkembang umumnya di kalangan masyarakat Indonesia dan khusunya di lingkungan masyarakat Jakarta. Permainan tradisional yang berkembang di kalangan masyarakat merupakan permainan yang secara turun temurun diwariskan oleh generasi sebelumnya dengan harapan generasi selanjutnya dapat melestarikan permainan tradisional tersebut khusunya di kalangan masyarakat betawi.

Betawi adalah suku bangsa yang berdiam di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya yang termasuk wilayah Propinsi Jawa Barat. Suku bangsa ini biasa

4 Ernita Lusiana, Membangun Pemahaman Karakter Kejujuran Melalui Permainan Tradisional


(17)

pula disebut Orang Betawi, Melayu Betawi, atau Orang Jakarta (atau Jakarte menurut logat setempat). Sedangkan Nama Betawi sebenarnya berasal dari kata Batavia, yaitu “nama kota Jakarta pada zaman penjajahan Belanda dulu”.5

Fenomena yang terjadi pada saat ini di lingkungan masyarakat Indonesia khususnya kalangan masyarakat Betawi yakni kurangnya perhatian masyarakat terutama orang tua terhadap budaya dalam hal pengenalan dan pelestarikan permainan tradisional kepada anak-anaknya yang telah di wariskan dari generasi ke generasi. Fenomena tersebut merupakan dampak negatif dari perkembangan teknologi yang semakin maju.

Perkembangan teknologi yang semakin maju mengakibatkan anak kurang mengenal permainan tradisional yang sebelumnya telah di wariskan secara turun temurun sehingga jarang sekali anak-anak yang bermain menggunakan permainan tradisional karena mereka lebih memilih bermain dengan menggunakan alat-alat elektronik seperti Playstation dan Tablet. Karena permainan menggunakan alat-alat elektronik di nilai lebih modern dan canggih. Hal tersebut menjadikan nilai yang terkandung di masyarakat betawi menjadi luntur. Selain itu permainan yang menggunakan teknologi modern akan mengurangi kepedulian sosial anak seperti anak yang lebih memilih bermain menggunakan gadget dari pada bermain permainan tradisional secara langsung dengan teman sebayanya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diadakan penelitian

tentang “Analisis Nilai-nilai Karakter dalam Permainan Tradisional pada

Masyarakat Betawi”.

5 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. “Profil Budaya Betawi”. (Bandung: Balai Kajian


(18)

B. Identifikasi Masalah

Dari masalah yang telah dijelaskan di atas maka dapat diidentifikasikan masalahnya yaitu:

1. Memudarnya permainan tradisional pada masyarakat Betawi di sebabkan karena tidak adanya pewarisan dari orang tua kepada anak-anaknya. 2. Permainan tradisional Betawi di tinggalkan oleh peminatnya karena orang

tua saat ini lebih senang jika anaknya mahir menggunakan gedget atau

play station dibandingkan bermain di lapangan.

3. Memudarnya karakter kepedulian sosial anak akibat meninggalkan permainan tradisional dan lebih memilih bermain sendiri dengan alat elektronik baik itu play station atau Ipad.

C. Pembatasan Masalah

Peneliti hanya membatasi masalah penelitian pada nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional bentengan, galah asin dan engrang pada masyarakat Betawi di wilayah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah Bagaimana nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional bentengan, galah asin dan engrang pada masyarakat betawi di wilayah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

“Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional pada masyarakat Betawi di wilayah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.


(19)

F. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam penelitian selanjutnya khususnya dalam permainan tradisional masyarakat betawi.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

1) Sebagai salah satu wahana dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama belajar di bangku kuliah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta dengan kenyataan yang ada di lapangan.

2) Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan yang berguna di masa yang akan datang.

3) Tujuan lain merupakan tujuan khusus untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar sarjana pendidikan dari program studi pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

b. Bagi pemerintah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai dokumentasi dan inventarisasi Kebudayaan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta tentang permainan tradisional yang terdapat pada masyarakat Betawi.

c. Bagi State Holder Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta).

Penelitian ini dapat dijadikan koleksi perpustakaan dan sumber referensi bagi penelitian sejenis.


(20)

6

Nilai berasal dari bahasa Latin vale're yang artinya “berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang”.1

Menurut Steeman, nilai adalah “yang memberi makna kepada hidup, yang memberi kepada hidup ini titik tolak, isi dan tujuan. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut tindakan. Nilai seseorang diukur melalui tindakan, oleh sebab itu etika menyangkut nilai”.2

Seorang ahli pendidikan nilai dari Australia bernama Hill berpendapat bahwa nilai sebagai acuan tingkah laku hidup, mempunyai tiga tahapan yaitu:

1. values thinking, yaitu nilai-nilai pada tahapan dipikirkan atau

values cognitive;

2. values affective, yaitu nilai-nilai yang menjadi keyakinan atau niat pada diri orang untuk melakukan sesuatu pada tahap ini dapat dirinci lagi menjadi a)'dispotition; dan b)'commitments'.

3. tahap terakhir adalah values actions, yaitu tahap dimana nilai yang telah menjadi keyakinan dan menjadi niat (komitmen kuat) diwujudkan menjadi suatu tindakan nyata atau perbuatan konkret.3 Dapat disimpulkan nilai merupakan sesuatu yang dipandang baik, memberi makna hidup bagi seseorang atau sekelompok orang, nilai juga

1Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai- Karakter, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 56

2 Mungin Eddy Wibowo, Etika dan moral dalam pembelajaran, (Jakarta: pusat Antar

Universitas, 2001) h. 10-11.

3 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012),


(21)

menjadi pedoman hidup manusia dalam bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

B. Pengertian Nilai-nilai Karakter

Karakter secara bahasa (etimologis) berasal dari bahasa Latin

kharakter, kharassaein dan kharax, dalam bahasa Yunani character dari kata charassein, yang berarti membuat tajam dan membuat dalam. Dalam bahasa inggris characther dan dalam bahasa Indonesia lazim diguanakan dengan istilah karakter.4 Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.5 Dapat disimpulkan karakter seseorang akan membedakan bagaimana orang tersebut bersosialisasi dengan sesama dalam kehidupan sehari-hari.

Thomas Lickona mengatakan karakter adalah “character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling and moral behavior”.6 Berdasarkan pendapat Lickona karakter itu mengacu kepada pengetahuan, sikap dan perilaku dan internalisasi karakter tidak cukup berhenti pada pengetahuan tapi karakter itu diaplikasikan dalam tindakan atau tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Doni Koesoema mendefinisikan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakterristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.7 Dapat disimpulkan karakter menurut Doni Koesoema karakter merupakan karakteristik dari seseorang yang terbentuk karena adanya pengaruh lingkungan.

Sedangkan Imam Ghozali menganggap bahwa karakter adalah lebih dekat dengan akhlak yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau

4Ibid., h. 1.

5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Keempat, h. 623

6 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter berbasis Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) h.

12.


(22)

melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.8 Maka karakter adalah tindakan spontanitas manusia dalam bersikap karena sudah terbiasa.

Menurut Ari Ginanjar Agustian yang terkenal denga konsepnya

Emotional Spriritual Question (ESQ)” mengajukan pemikiran,

bahwa setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk pada sifat-sifat Allah yang terdapat dalam asma al-husna (nama-nama Allah yang baik) yang berjumlah 99. Asma al-husna ini harus menjadi sumber inspirasi perumusan karakter oleh siapapun, karena asma al-husna terkandung dalam sifat-sifat Allah yang baik. Menurut Ari Ginanjar dari sekian banyak karakter yang dapat diteladani dari nama-nama Allah tersebut, ia merangkumnya menjadi tujuh karakter dasar, yakni: (1) jujur; (2) tanggung jawab; (3) disiplin; (4) visioner; (5) adil; (6) peduli dan (7) bijaksana.9

Maka nilai karakter itu harus merujuk kepada sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Asma al-Husna dan merangkum nya menjadi tujuh karakter dasar yaitu jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli dan bijaksana.

Sedangkan menurut Indonesian Heritage Foundation (IHF) dalam majid merumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter yaitu; (1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya; (2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri; (3) jujur; (4) hormat dan santun; (5) kasih sayang, peduli dan kerja sama; (6) percaya diri; (7) keadilan dan kepemimpinan; (8) baik dan rendah hati; dan (9) toleransi, cinta damai dan persatuan.10

Mulai tahun pelajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan karakter. Apa sajakah 18 nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan berkarakter bangsa? 18 Nilai Karakter yaitu: 1. Religius

Sikap dan perilku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang danutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Religious adalah proses mengikat kembali atau bisa dikatakan dengan tradisi, sistem yang mengatur tata

8Ibid., h. 3. 9 Ibid., h. 32 10Ibid., h. 32


(23)

keimanan (kepercayaan) dan tata peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan dan manusia serta lingkungannya.

2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda pada dirinya. 4. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam menghadapi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif

Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang dimiliki.

7. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.


(24)

10.Semangat Kebangsaan

Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11.Cinta Tanah Air

Cara berfikir,bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12.Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13.Bersahabat/ Komunikasi

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14.Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya, diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara.

15.Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya.

16.Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17.Peduli sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin member bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan orang lain.


(25)

18.Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya. 11

C. Pengertian Permainan Tradisional

Menurut Marzollo&Lloyd bermain adalah belajar bagi anak karena melalui bermain anak dapat meningkatkan kemampuannya dan mengembangkan dirinya.12

Menurut Jarahnitra menyatakan bahwa permainan tradisional anak merupakan hasil budaya yang besar nilainya bagi anak-anak dalam rangka berfantasi, berekreasi, berkreasi, berolahraga sekaligus sebagai sarana berlatih untuk hidup bermasyarakat, keterampilan, kesopanan, serta ketangkasan.13

Permainan tradisional adalah suatu hasil budaya masyarakat, yang berasal dari zaman yang sangat tua, yang telah tumbuh dan hidup hingga sekarang, dengan masyarakat pendukungnya yang terdiri atas tua muda, laki perempuan, kaya miskin, rakyat bangsawan dengan tiada bedanya.14

Menurut Dharmamulya, unsur-unsur nilai budaya yang terkandung dalam permainan tradisional adalah nilai kesenangan atau kegembiraan, nilai kebebasan, rasa berteman, nilai demokrasi, nilai kepemimpinan, rasa tanggung jawab, nilai kebersamaan dan saling membantu, nilai kepatuhan, melatih cakap dalam berhitung, melatih kecakapan berpikir, nilai kejujuran

11 Retno Listyarti. “Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif”. (Jakarta:

Erlangga. 2012) h.5

12 Mayke S. Tedjasaputra, Bermain, Mainan dan Permainan, (Jakarta: Grasindo, 2003) cet.2

hal. 104

13 Siti Ulfatun, Pelaksanaan Permainan Tradisional dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi

Anak (Studi Kasus di TK B ABA Rejodani Sariharjo Ngaklik, Sleman Yogyakarta), Skripsi pada sekolah Strata satu Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, h. 49, tidak dipublikasikan.

14 Agung Nugroho, Permainan Tradisional Anak-anak Sebagain Sumber Ide dalam Penciptaan

Karya Seni Grafis, Skripsi pada Sekolah Strata Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta, 2005, h.25, tidak dipublikasikan.


(26)

dan sportivitas. Dalam permainan tradisionala juga terdapat nilai-nilai karakter.15 Sedangkan menurut Ahmad Yunus permainan tradisional juga menjadikan orang bersifat terampil, ulet, cekatan, tangkas dan lain sebagainya.16

Permainan tradsional adalah suatu permainan warisan nenek moyang yang harus dilestrarikan dan permainan tradisional juga memiliki banyak manfaat diantaranya melatih kecekatan, keuletan dan ketangkasan. Dalam permainan tradisional juga terdapat berbagai nilai karakter yang positif.

D. Macam-macam Permainan Tradisional

Permainan tradisional Betawi cukup banyak macamnya. Sebagai gambaran dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Gundu Kusir

Permainan gundu kusir dikenal oleh penduduk di Kampung Marunda Pulo, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dilihat dari unsur katanya, permainan ini terdiri dari dua kata yakni gundu

dan kusir. Dilihat dari perbendaharaan kata Betawi “Gundu” berarti

kelereng atau keneker yakni suatu benda bulat yang terbuat dari kaca atau porselin. Kali ini gundu tersebut diberi tambahan “Kusir” . kata kusir berasal dari kata ngusir yang artinya menyuruh pergi jauh-jauh dengan berbagai cara. Kalau dalam permainan ini cara yang dipergunakan adalah menyentil (menjentik) gundu lawan jauh-jauh. 17

2. Tamat-tamanan

Permainan tamat-tamatan dikenal oleh penduduk di Kampung Maruda Pulo, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dilihat dari unsur katanya kata tamat-tamatan berasal dari kata dasar tamat.

15 Ernita Lusiana, Membangun Pemahaman Karakter Kejujuran Melalui Permainan Tradisional

Anak Usia Dini di Kota Pati, Jurnal PAUDIA, 2012, hal. 3

16 Agung Nugroho, loc.cit.

17 Abdurachman, dkk., Permainan Anak-anak Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, (Jakarta:


(27)

Secara etimologis dalam perbendaharaan kata Betawi, tamat (namatin) berarti usai/selesai, melakukan sesuatu. Kata tamat (namatin) lebih sering digunakan untuk mengumpamakan pada anak yang telah tamat mengaji. Biasanya jika diantara anak-anak yang telah masuk dalam proses demikian dengan cara mengarak keliling anak tersebut dengan tujuan agar

orang-orang kampung tahu si anak telah khatam membaca Qur’an dan patut jadi

teladan bagi orang-orang lain khususnya anak-anak.18

3. Gebok

Permainan gebok sering dilakukan anak Betawi sambil mengembala ternak di sawah. Disebut gebok karena ada adegan pukul-pukulan atau gebuk didalamnya. Gebok hanya dimainkan oleh anak laki-laki, karena pemain harus melepas bajunya. Pemain berumur antara 9-12 tahun. Jumlah tidak terbatas. Makin banyak makin seru. Peralatan yang digunakan adalah pancak kayu sepanjang ± 50 cm dan ditancapkan ke tanah, tambang atau tali dengan panjang sekitar 75 cm, baju atau kaos pemain dan daun pisang kering atau kembang rumput. Daun pisang kering ini digunakan untuk mengundi siapa yang akan menjadi penjaga. 19

Permainan ini pernah dikenal di daerah Ciracas, Pasar Rebo, Jakarta

Timur. Dilihat dari Unsur kata “Gebok” dapat diartikan sebagai arti menimpuk, artinya melemparkan bola sekerasnya kearah sasaran yang telah ditentukan bersama. Bola Gebok adalah permainna hiburan yang dimainakan oleh 3 sampai lima orang anak di halaman rumah.20

4. Perahu-perahuan

Permainan perahu-perahuan dikenal oleh penduduk di Kampung Maruda Pulo, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara.Dilhat dari unsur katanya, Perahu-perahuan berasal dari kata dasar perahu. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, perahu adalah nama kendaraan di air, biasanya ia tidak mempunyai geladak. Kendaraan ini

18Ibid., h. 13

19 Sri Mulyani. Permainan Tradisional Anak Indonesia. (Yogyakarta: Langensari Publishing.

2013). h. 52


(28)

merupakan alat terpenting bagi penduduk yang bermukim di pinngir pantai dekat laut karena perahu merupakan alat pengangut yang didgunakan untuk menangkap dan mencari ikan dan dari hasil penangkapan yang didapat itulah para nelayan menggantungkan hidupnya beserta seluruh keluarga.

Di lingkungan orang Betawi (Jakarta Asli), mereka mengenal beberapa jenis permainan yang bersumber dari peniruan alam dan peralatan yang digunakan oleh masyarakat penduduk setempat. Dan salah satu bentuk permainan yang berasal dari peniruan alam dan peralatan alam sekitarnya yakni laut dikenal dengan permainan perahu-perahuan. Bentuk peniruan dan peralatannya berasal dari hasil peniruan bentuk dari perahu-perahu yang sesungguhnya ke dalam bentuk-bentuk yang diperkecil yakni dalam bentuk miniatur perahu yang sesungguhnya. Permainan perahu-perahuan bersifat rekreatif dan koperatif, dimanainkan hanya oleh anak laki-laki.21

5. Permainan Kalengan

Permainan ini terdapat di daerah Condet, Kelurahan Batu Ampar, Jakarta Timur. Pemain laki-laki atau perempuan umur 9-12 tahun. Peralatan potongan bambu (dulu) sekarang kaleng. Permainan ini ada taruhannya berupa biji melinjo dan dilakukan di tempat yang cukup luas. Pemain minimal 2 orang. Setiap pemain harus punya gaco. Kemudian ditetapkan jumlah taruhan. 22

6. Ujan- Angin

Permainan ujan-angin dikenal oleh penduduk di Kampung Maruda Pulo, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kalau di daerah Kelurahan Koja Utara terkenal dengan nama Angin-anginan.23

21 Abdurachman, dkk., op.cit, h. 13

22 Hamzuri dan Tiarma Rita, Permainan Tradisional Indonesia. (Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal dan Kebudayaan Direktorat Permuseuman. 1998) h. 161

23 Abdurachman, dkk., Permainan Anak-anak Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, (Jakarta:


(29)

7. Lari Gandeng

Nama permainan ini disebut lari gandeng. Nama ini diambil dari bentuk permainan itu sendiri, yaitu dimana setiap pemain laki-laki harus menggandeng seorang pemain perempuan di ddalam melakukan permainan ini. Dan biasanya seorang pemain anak laki-laki akan mengambil teman gandengannya seorang perempuan yang ditaksirnya.24

8. Tak Nyamuk

Permainan ini dinamakan Tak Nyamuk. Alasan karena permainan itu

sendiri yang menyerupai “orang yang memukul nyamuk dengan menggunakan tangannya”, maka jenis permainan ini dinamakan Tak Nyamuk.25

9. Permainan Cako

Permainan terdapat di Pasar Minggu, Cilandak, Kebayoran Lama dan sebagainya. Permainan dapat perorangan maupun kelompok ± 15 orang. Biasanya dilakukan di lapangan bola. Permainan ini sangat umum dimana sampai sekarang masih ada dan lebih terkenal dengan nama panjat pinang

yang biasanya di lombakan dlam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia setaiap tanggal 17 Agustus. 26

10.Torti

Permainan Torti pernah dikenal oleh masyarakat Batavia Sentrum sampai wilayah batas Banjir Kanal. Daerah ini sekarang dikenal dengan nama wilayah Jakarta Pusat, Kelurahan Kebon Melati, Daerah Tanah Abang. Nama Torti berasal dari peniruan bunyi dari pemukul pelepah pisang yang

dipukulkan ke arah kaki lawan dan menghasilkan bunyi “Kort” serta mendapat akhiran “i”. Permainan ini bersifat hiburan. Biasanya Torti

dimainkan oleh anak laki-laki yang mengaggap dirinya jagoan dan mendapat dukungan dari kawan-kawannya. 27

24Ibid., h. 63 25Ibid., h. 68

26 Hamzuri dan Tiarma Rita, Permainan Tradisional Indonesia. (Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal dan Kebudayaan Direktorat Permuseuman. 1998) h. 162


(30)

11.Jangkungan atau Engrang

Nama permainan ini adalah “Jangkungan” asal katanya “Jangkung” yang

mendapat imbuhan “an”. Kata Jangkungan berarti tinggi langsing. Tapi

oleh masyarakat setempat sesuai dengan logat bahasa daerah mereka kata

“Jangkung” saja tidak umum karena itu kata tersebut mendapat imbuhan

yang akhiran an, sehingga permainan ini dikenal dengan nama

“Jangkungan”. 28

Permainan ini berawal dari sebuah peristiwa ketika ada orang sedang memetik buah mangga di kebun tetapi ternyata buahnya hilang. Menurut kepercayaan setempat ada makhluk lain yang mengganggu dan sering disebut setan longga-longga. Dinamakan demikian karena makhluk itu diperkirakan memiliki tinggi badan 3 m untuk mengusirnya masyarakat membuat Jangkungan/engrang yang berbentuk bambu panjang yang bisa dinaiki oleh orang. Jangkungan/engrang yang menyamai tinggi makhluk tadi akan membuatnya tidak akan berani mengganggu lagi. Permainan ini masih sering dimainkan sampai saat ini, dan pada beberapa acara, sering juga diperlombakan. 29

12.Serok Kwali

Permainan rakyat yang disebut “Serok Kwali”. Serok berarti menyendok

atau dapat juga mengambil sesuatu dengan menggunakan sebuah alat tertentu. Dalam permainan ini yang disendok adalah sejenis biji-bijian antara lain biji sawo, dan yang dipakai sebagai sendoknya/ seroknya adalah daun-daunan. 30

13.Congklak

Alat permainan ini adalah sebuah papan yang disebut apan congklak, tebalnya sekitar 5 atau 6 cm, lebarnya sekitar 20 cm dan panjangnya sekitar 60 atau 70 cm.31 Permainan ini dikenal sebutan Congklak tetapi

28Ibid., h. 83

29 Sri Mulyani. Permainan Tradisional Anak Indonesia. (Yogyakarta: Langensari Publishing.

2013). h. 52 30Ibid., h. 118


(31)

sesungguhnya ada sebutan lain (pada masa lalu) yaitu “Main Punggah”.

Tetapi yang paling lazim bagi para pendukungnya adalah kata Congklak.

Disebut “Punggah” mungkin karena biji-bijian (buah) congklak tersebut, dibagi-bagi ke dalam tiap-tiap lubang yang dilewatinya. Dan biasanya biji-biji yang dijalankan tersebut akhirnya harus dimasukkan ke dalam

“Gedongnya” (Rumahnya). Yaitu lubang induk yang terletak di kedua

ujung dengan istilah disebut “Punggah”. Meskipun sesungguhnya permainan ini mempunyai 2 sebutan nama, tetapi bagi masyarakat Kebon Jeruk (Jakarta Barat) permainan ini lebih lazim disebut sebagai permainan Congklak. 32

14.Ucing-ucingan

Didaerah Ciracas terdapat permainan ucing-ucingan. Ucing disini berasal dari kata Kucing. Karena permainan ini menggambarkan seekor kucing yang selalu bermusuhan dengan lawannya yaitu seekor anjing. Dimana anjing dengan segala kepandaian otak dan ketangkasannya selalu berusaha untuk menerkam kucing tersebut.

Dalam permainan ini kucing selalu mendapat perlindungan yaitu berupa penjagaan yang cukup kuat dalam ruangan. Ruangan tersebut dibatasi dengan paga tangan-tangan pemainnya yang selalu berpegangan satu dengan yang lainnya. 33

15.Permainan Tangkrep

Permainan terdapat di Kampung Melayu, Kelurahan Tugu, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Tangkrep berarti telungkup. Di Jakarta Selatan disebut rurub. Pemain minimal 2 orang antara 7-10 orang. Peralatan potongan lidi dan pasir atau tempat berdebu. 34

32 Abdurachman, dkk., op.cit h. 145

33 Sri Mulyani. Permainan Tradisional Anak Indonesia. h. 56

34Hamzuri dan Tiarma Rita, Permainan Tradisional Indonesia. (Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal dan Kebudayaan Direktorat Permuseuman. 1998) h. 161


(32)

16.Belalang

Permainan ini pernah dikenal di daerah Ciracas, Pasar Rebo, Jakarta

Timur. Permainan ini dinamakan “Belalang” karena unsur-unsur peralatannya terbuat dari bambu (jenis bambu hitam), lalu dimainkan

diasosiasikan dengan seekor “belalang” terbang. 35

17.Permainan Ujungan

Disebut permainan ujungan karena setiap pemain berusaha memukul lawan dengan ujung tongkat rotan sebatas lutut ke bawah. Peralatan adalah tongkat rotan ± 75 cm dan disediakan oleh bebato. Biasanya dilakukan di malam hari dengan penerangan obor di sekitar arena (lapangan). Permainan biasanya diiringi tetabuhan. Permainan dilakukan semacam pertandingan dipimpin oleh wasit yang disebut bebato. 36

18.Permainan Dododio

Permainan Dododio dikenal di Rawa Barat, Kecamatan Kebayoran Baru. Di Condet disebut bungselan. Permainan dilakukan anak umur 6-10 tahun dan kadang anak remaja. Peralatan pokok adalah daun pisang. Atau pelepahnya atau tali. Lembar/utas tergantung jumlah pemain. 37

19.Permainan Si

Permainan Si di kenal di daerah Ciganjur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Biasanya dilakukan malam terang bulan. Peserta anak-anak sampai orang dewasa. Permainan tanpa peralatan kecuali tanah yang cukup luas. Permainan terdiri dari dua regu dengan anggota 4 orang/regu. Disebut Si, karena pada saat bermain peserta selalu menyebut kata “Si” apabila pemain penyerang menarik lawannya ke garis pos-nya, sambil menahan napas panjang. 38

20.Permainan Kukuruyuk Ayam

Permainan ini disebut kukuruyuk ayam karena pemainnya menirukan suara ayam jantan berkokok. Persebaran permainan itu Condet (Jakarta Timur),

35 Abdurachman, dkk., op.cit h. 165 36 Hamzuri dan Tiarma Rita, op.cit., h. 162 37Ibid.


(33)

Sudimara, Cileduk, Kebayoran Lama dan sebagainya. Ada pula yang menyebut adu ayam. Pemain adalah anak laki-laki belasan tahun. Penyelenggaraan terdiri dua kelompok dengan anggota tak terbatas. Peralatan adalah tanah luas dan dua kain sarung. Dalam regu itu telah ditetapkan lawan-lawan yang sepadan. 39

21.Permainan Galilio

Galilio merupakan permainan anak-anak yang berumur kira-kira 9 samai 14 tahun. Biasa galilio ini dimainkan pada waktu masa panen tiba, sebab bahan yang diakai untuk membuatnya ialah batang padi. Permainan ini sudah jarang dimainkan oleh anak-anak di Jakarta karena di kota metropolitan ini sekarang sudah jarang terdapat sawah.40 Cara memainkan permainan ini adalah dengan cara ditiup, suara yang dihasilkan bisa besar bisa kecil.

22. Permainan Palongan Gundu

Daerah permainan di Rawa Barat, Kebayoran Baru dan dimainkan setiap saat. Pemainnya lebih dari 2 orang oleh anak laki-laki umur ± 10 tahun. Peralatan balok kayu ± 2 meter, lebar ± 15 cm, tinggi ± 12 cm. Balok kayu disebut palongan. Balok ditaruh horizontal menghadap tempat pemukul gundu atau pidian. Permainan tanpa iringan apa pun. 41

23.Permainan Bekel

Permainan ini dimainkan oleh dua anak sambil duduk ngedeprok di lantai ubin atau lantai bersemen. Cara bermain bekel pada dasarnya adalah ketangkasan melakukan dua gerakan berbeda dalam satu saat, yaitu melempar bola sambil menyebar biji, seterusnya memosisikan biji sesuai keinginan pemain. Cocoknya dimainkan siang hari, sebab malam bola mental sukar dicari.42

39Ibid.

40 Budiaman, Folklor Betawi, (Jakarta: Dinas Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta, 2000), cet.2,

h. 81

41 Hamzuri dan Tiarma Rita, op.cit., h. 164

42 Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Ragam Budaya Betawi, (Jakarta: Dinas Kebudayaan


(34)

24.Permainan Silem-sileman

Permainan ini adalah usaha menenggelamkan tubuh pemain lain, kemudian berenang sambil menyelam. Permainan ini terkenal pada aliran Sungai Ciliwung. Peserta anak-anak belasan tahun. Permainan tidakmenggunakan peralatan, kecuali arena bermain berupa sungai. 43 25.Permainan Karet

Puluhan karet dirangkai menjadi tambang, lalu dua anak merentangkan tambang karet itu setinggi semester, kemudian anak lain berusaha meloncatinya. Biasanya dimainkan pada siang hari sepulang sekolah. 44 26.Permainan Kodok-kodokan

Kodok berarti katak. Kodok-kodokan berarti meniru katak. Pemainnya anak laki-laki umur 8-12 tahun. Permainan ini termasuk permainan masal. Namun terdapat pemeran utama yang hanya dilakukan oleh seorang saja sebagai kodok. Permainan ini pada prinsipnya permainan memanggil roh untuk dimasukkan dalam tubuh pelaku kodok. Selain itu ada pemain pawang yaitu pemanggil roh. 45

27.Permainan Petak Umpet

Main petak umpet atau main umpet-umpetan biasanya dilakukan pada malam terang bulan. Permainan ini biasanya dilakukan oleh 5 atau 6 anak, bahkan lebih. Cara permainannya adalah setelah melakukan undian seorang anak yang kalah harus menjadi penjaga atau pencari. Anak ini harus duduk menelungkup dengan mata tertutup sementara yang lain bersembunyi secara tersebar dimana saja. 46

28.Permainan Galah Asin

Permainan galasin asal kata dari galah asin, dalam permainan galah asin ada galah (garis lurus) yang ditoreh di tanah sebagai tanda lokasi asin, bebas jaga. Artinya pemain yang berhasil melewati galah yang dijaga akan

43 Hamzuri dan Tiarma Rita, loc.cit.

44 Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, loc.cit.

45 Hamzuri dan Tiarma Rita, op.cit., h. 165 46 Abdul Chaer., Folklor, op.cit h. 185


(35)

teriak asin…asin… asin, suatu tanda benteng pertahanan penjaga jebol dan bebaslah semua masuk. 47

Cara bermain permainan ini adalah permainan galah asin dimainkan oleh dua regu baik putra maupun putri, yang terdiri atas 5 orang setiap regu. Permainan berlangsung selama 2x25 menit dengan istirahat 10 menit. Regu penjaga menempati garis jaga masing-masing, sedangkan regu penyerang berusaha melewati garis tersebut dengan menghindari tangkapan penjaga. 48

29.Permainan Gangsing

Permainan gangsing bisa diikuti oleh anak-anak putra maupun putri. Jumlah pemain tidak dibatasi, semakin banyak yang ikut bermain menjadi lebih menarik. Cara permainannya adalah setiap anak hanya dapat memainkan gangsinya satu kali dalam satu putaran. Gangsing peserta yang berputar lebih lama dalam lingkaran dari yang lain dianggap sebagai pemenang. 49

30.Permainan Pletokan

Kata pletokan adalah diambil dari ungkapan bunyi menurut pendengaran

pletok. Bunyi itu dari senjata mainan sebagai bedil. Pemain pada umumnya anak laki-laki umur 5-13 tahun. Peralatan bambu diameter 1 atau 1,5 cm dan panjang 30-40 cm sebagai laras bedil (bentuk pipa) dan sebagai tolak adalah batangan belahan bambu yang dihaluskan. Sebagai peluru: bunga jambu air, kertas, daun-daunan dan sebagainya. Di daerah Yogyakarta permainan ini disebut bedilan. 50

31.Permainan Dampu

Permainan dampu berasal dari kata Melayu, yaitu panggilan kehormatan pada seseorang. 51 Permainan menggunakan petak yang digambar ditanah,

47 Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, op.cit h.81

48 Yahya Andi, dkk., Folklore Permainan Anak-anak Betawi, (Jakarta: Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, 2011),h. 76

49Ibid., h.33

50 Hamzuri dan Tiarma Rita, op.cit h. 166

51 Ragam Seni Budaya Betawi, (Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2012), cet. 1 h.


(36)

alat permainan ini adalah pecahan genting. Cara bermain, setelah diundi pemain pertama berdiri dibelakang garis, lalu melemparkan batu ketipe

(pecahan genting) kedalam petak pertama. Kemudian dengan berdingkrik

dia melomat-lompat melewati petak-petak. 52 32.Permainan Sutil

Sutil berarti pengungkit. Ada permainan yang hampir sama yaitu ting tong. Permainan sutil dapat dilakukan setiap saat. Pemain adalah laki-laki umur 7-13 tahun. Jumlah pemain 2 orang atau lebih. Sifat permainan dipertandingkan. Peralatan terdiri dari sutil dan sekeping uang logam. 53 33.Permainan Benteng

Benteng atau bentengan adalah permainan tradisional yang memerlukan ketangkasan, kecepatan berlari dan strategi yang jitu. Inti dari permainan

ini adalah menyerang dan mengambil alih “benteng” dari lawan. 54

Cara bermain: peserta terdiri atas kelompok atau regu. Baik putra maupun putri. Setiap regu berusaha menduduki benteng lawan yang digambarkan dengan tiang bendera atau pohon, yaitu dengan memancing lawan agar keluar dari benteng untuk mengejar mereka saat mereka dikejar kawannya membantu dengan mengejar orang yang mengejar kawannya jika kena tangkep maka dia dijadikan tawanan. Yang dinyatakan pemenangnya adalah anggota yang paling banyak menduduki benteng lawan.55

E. Mayarakat Betawi

Betawi berasal dari Batavia sebagai nama kota Jakarta yang didirikan oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen. Batavia berasal dari nama suku bangsa Belanda jaman Purba. Sebelum bernama Batavia, kota ini

52 Abdul Chaer, op. cit., h. 188

53 Hamzuri dan Tiarma Rita, op.cit., h. 167

54 Sri Mulyani. Permainan Tradisional Anak Indonesia. h. 22


(37)

bernama Jayakarta.56 Jayakarta didirikan pada tanggal 22 Juni 1527. Pendiri Jayakarta adalah Fatahillah.

Betawi adalah suku bangsa yang berdiam di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya yang termasuk wilayah Propinsi Jawa Barat. Suku bangsa ini biasa pula disebut Orang Betawi, Melayu Betawi, atau Orang Jakarta (atau Jakarte menurut logat setempat).57 Orang Betawi Asli adalah sebutan kepada penduduk pribumi yang tinggal di daerah DKI Jakarta. Orang Betawi sebenarnya merupakan hasil proses asimilasi antara penduduk pribumi dengan berbagai unsur luar yang bercampur dalam jangka waktu yang lama kira-kira abad XVI, ketika komeni Belanda menjajah negeri kita.58

F. Penelitian yang Relevan

1. Jurnal penelitian Ernita Lusiana, berjudul “Membangun Pemahaman Karakter Kejujuran Melalui Permainan Tradisional Anak Usia Dini di

Kota Pati”. Berdasarkan penelitian tersebut dijelaskan bahwa menunjukkan perubahan yang signifikan, yaitu adanya perbedaan karakter kejujuran saat pretest dan posttest pada kelompok eksperimen. Sehingga dapat dikatakan bahwa permainan tradisional jawa dalam penelitian ini efektif digunakan untuk membangun karakter kejujuran pada anak usia dini. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui perbedaan pemahaman karakter kejujuran antara siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen sesudah menggunakan permainan tradisional jawa. 59

2. Penelitian Siti Ulfatun, berjudul “Pelaksanaan Permainan Tradisional dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak di TK ABA Rejodani

Sariharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta”. Berdasarkan penelitian

56 Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, op. cit h. 9

57 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. “Profil Budaya Betawi”. (Bandung: Balai Kajian

Sejarah dan Nilai Tradisional.2006). Cet. 1 h. 212

58Budiaman, Foklkor Betawi, (Jakarta: Dinas Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta, 2000), h. 17

59 Ernita Lusiana, Membangun Pemahaman Karakter Kejujuran Melalui Permainan Tradisional


(38)

tersebut menunjukkan hasil yang signifikan diantaranya adalah anak sudah dapat bersikap kooperatif terhadap teman, menunjukkan sikap toleran, mengekspresikan emosi sesuai dengan kondisi yang ada, mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat, memahami peraturan, menunjukkan rasa simpati, memiliki sikap gigih (tidak mudah menyerah), bangga terhadap hasil karya sendiri, menghargai keunggulan orang lain. Hasil permainan tradisional ditunjukkan peserta didik melalui sikap dan prilaku bahwa sebagian besar peserta didik sudah konsisten menunjukkan sikap yang dikemukakan oleh guru. Tujuan penelitian tersebut adalah mengetahui pelaksanaan permainan tradisional dan hasil pelaksanaan pemanan tradisional dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak di TK ABA Rejodani Sariharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta. 60

Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa kedua jurnal dan skripsi tersebut menunjukkan bahwa terdapat nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional diantaranya adalah nilai kejujuran dan meningkatkan kecerdasan emosi anak. Kedua nilai tersebut sangat bermanfaat dalam pembentukkan karakter anak sehingga anak dapat menjadi pribadi yang unggul bukan hanya dari segi kecerdasaran otak anak tetapi anak memiliki kecerdasan emosional.

60 Siti Ulfatun, Pelaksanaan Permainan Tradisional dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi

Anak (Studi Kasus di TK B ABA Rejodani Sariharjo Ngaklik, Sleman Yogyakarta), Skripsi pada sekolah Strata satu Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, h. 49, tidak dipublikasikan.


(39)

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatatan. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan kurang lebih selama 2 (dua) bulan, yaitu Desember 2014 sampai Januari 2015.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif Deskriptif. Menurut Sugiyono, penelitian kualitatif adalah metode yang sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Selain itu penelitian kualitatif juga disebut sebagai metode etnografi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya.1

Sedangkan menurut Whitney dalam buku Moh. Nazir adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari mesalah-masalah dalam masyarakat, serta ata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.2 Dengan menggunakan metode tersebut peneliti bertujuan untuk dapat menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena realitas yang sebenarnya yang menjadi objek penelitian agar lebih mendalam dan memperoleh pendalaman data yang diinginkan.

1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:

ALFABETA, 2012),.h.14


(40)

C. Populasi dan Sampel

“Menurut Neuman mendefinisikan populasi sebagai suatu kesatuan besar dari sekelompok sampel yang hendak diteliti”3 Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh warga wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Sedangkan “sampel adalah bagian dari populasi yang akan dilibatkan dalam penelitian yang merupakan bagian yang representatif dan merepresentasikan karakter atau ciri-ciri dari populasi.”4 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi setiap Rukun Warga sebanyak 30 orang dan wawancara sebanyak 20 narasumber. Pengambilan data dilakukan dengan cara purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.5 Jadi peneliti mengambil sampel dari RW 001 sampai RW 011 di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara diambil sumber yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan hasil yang relevan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data6. Oleh karena itu penelitian ini digunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.

3 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010) h. 103

4Ibid., h. 104

5 Sugiono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) h. 124


(41)

1. Observasi

“Sanafiah Faisal mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi, observasi secara terang-terangan dan tersamar dan

observasi tak berstruktur”.7

“Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu

pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan fakta

mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”.8 Macam-macam observasi:

a. Observasi partisipatif, dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. b. Obervasi terus terang, peneliti dalam melakukan pengumpulan

data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian.

c. Observasi tak berstruktur, dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur, karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah jelas seperti dalam penelitian kuantitatif, maka observasi dapat dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi.

Pada penelitian ini observasi yang digunakan yaitu observasi terus terang atau tersamar. Karena peneliti menyatakan terus terang kepada

7 Sugiyono., op.cit., h. 226


(42)

sumber bahwa ingin melakukan penelitian, sehingga yang diteliti mengetahui sebelumnya.

2. Wawancara

“Interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang

berputar di sekitar pendapat dan keyakinannya”9

“Esteberg mengemukaka bahwa macam wawancaran, yaitu wawancara terstruktur semistruktur, dan tidak terstruktur.

a. Wawancara terstruktur, digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.

b. Wawancara semistruktur, jenis ini untuk menemukan masalah secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapatnya dan ide-idenya.

c. Wawancara tak berstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Jadi penelitian ini menggunakan wawancara semi struktur karena sebelumnya peneliti sudah menyiapkan topik yang akan ditanyakan oleh nara sumber sehingga nara sumber mudah untuk memberikan pendapat serta ide-idenya.


(43)

3. Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan berdasarkan perkiraan10

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.11 pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen. Yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.12 Dikarenakan penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data secara wawancara, observasi dan dokumentasi maka instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan pedoman wawancara.

1.

Lembar Observasi

Lembar observasi yaitu berisi proses pengamatan penelitian di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan dalam bentuk deskripsi terdiri dari Keadaan wilayah Kebayoran Lama apakah masih terdapat permainan tradisional. Adapun tabel mengenai kisi-kisi lembar observasi sebagai berikut.

10 Basroni dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 158

11 Sugiyono, op. cit., h. 305 12Ibid., h. 307


(44)

Tabel 3.1

Kisi-kisi lembar observasi

No. Observasi Objek Observasi Setting

1.

Keadaan Wilayah Kebayoran Lama

Utara apakah

masih terdapat permainan

tradisional

Seluruh wilayah

Kelurahan Kebayoran Lama Utara

RW 001 sampai RW

011 Kelurahan

Kebayoran Lama

Utara

2.

Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara penelitian yang diteliti berisi seluruh pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada sejumlah subjek penelitian di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Adapun tabel kisi-kisi pedoman wawancara penduduk mengenai nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional, sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara

Variabel Penelitian Indikator No Butir

Permainan Tradisional

Pengertian permainan tradisional 1

Tanggapan narasumber tentang permainan tradisional

2

Jenis permainan tradisional yang masih ada di masyarakat

3

Jenis permainan tradisional yang sudah tidak ada di masyarakat

4, 5

Keterlibatan narasumber dalam permainan tradisional

6

Keunggulan permainan

tradisional dibandingkan permainan modern


(45)

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Wawancara Narasumber

Variabel Penelitian Indikator No Butir

Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional pada masyarakat Betawi

Pengertian karakter dan macam-macam karakter

9

Nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional

bentengan, egrang dan galah asin.

10

Tabel 3.4

Instrumen Studi Dokumentasi No Jenis Dokumen Permianan Tradisional

di Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta

Selatan

Catatan

1. Profil Kelurahan

2. Data Demografi Penduduk

3. Data Pegawai Kelurahan

4. Data Sosial Ekonomi Kelurahan

5. Dokumentasi kegiatan Penelitian


(46)

F. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data 1. Ketekunanan Pengamatan

Teknik ini digunakan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Peneliti memasuki latar/setting (tempat penelitian) yaitu pada penelitian di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara lalu berusaha menemukan karakter yang terdapat dalam permainan tradisional yang sudah dijelaskan pada kajian teori. Sehingga peneliti akan merinci temuan data lapangan lalu menelaah data secara rinci sehingga akan menguatkan hasil penelitian secara berkesinambungan.

2. Kecukupan referensi

Kecukupan referensi adalah peneliti mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk memperkuat hasil penelitian di wilayah Kebayoran Lama Utara.

3. Triangulasi

Menurut Sugiyono, “Temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang

sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti”.13

Teknik pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini meliputi triangulasi, perpanjangan waktu pengamatan dan kecermatan pengamatan.14 Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Triangulasi

Dalam pengujian keabsahan data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai dan berbagai waktu. Yang terdiri dari:

13Ibid,.h.365 14Ibid,.h. 363


(47)

a. Triangulasi Sumber yaitu, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

b. Triangulasi Teknik yaitu, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data dengan sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

2. Perpanjangan waktu pengamatan

Teknik pengujian keabsahan data ini dilakukan dengan cara peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber daya yang pernah ditemui maupun yang baru.

3. Kecermatan Pengamatan

Teknik pengujian keabsahan ini dilakukan dengan meningkatkan ketekunan yaitu melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.


(48)

34

1. Sejarah Kebayoran

Kawasan Kebayoran saat ini terbagi menjadi dua buah Kecamatan yaitu Kebayoran Lama dan Kebayoran Baru, Kotamadya Jakarta Selatan. Kebayoran berasal dari kata kebayuran, yang artinya “tempat

penimbunan kayu bayur”, yang sangat baik untuk dijadikan kayu

bangunan karena kekuatannya serta tahan terhadap serangan rayap.

2. Geografi Kebayoran Lama Utara

Sesuai Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1215 Tahun 1986 Kelurahan Kebayoran Lama Utara adalah salah satu bagian wilayah Kecamatan Kebayoran Lama yang mempunyai Luas 178,22 Ha.

Terbagi atas : 11 Rukun Warga 105 Rukun Tetangga Dengan batas wilayah sebagai berikut :

- Utara : Jalan Kramat (Kelurahan Grogol Selatan), Jalan Kebayoran Lama (Kelurahan Cipulir)

- Timur : Kali Grogol (Kelurahan Kramat Pela), Jalan Ciputat Raya (Kelurahan Kebayoran Lama Selatan)

- Selatan : Jalan Bintaro Raya, Jalan Bungur (Kelurahan Kebayoran Lama Selatan)

- Barat : Kali Pesanggrahan (Kelurahan Ulujami), Jalan Kebayoran Lama (Kelurahan Cipulir)

Dari jumlah Kelurahan wilayah seluas 178,22 Ha, sebagian besar merupakan pemukiman penduduk dengan 90% digunakan untuk


(49)

perumahan dan pekarangan, 5% untuk fasilitas umum dan 5% untuk fasilitas taman dan penghijauan.

3. Demografis Kebayoran Lama Utara

Jumlah penduduk di Kelurahan Kebayoran Lama Utara sampai dengan Bulan Juli 2014 adalah sebanyak : 53.559 Jiwa terdiri dari Jumlah Laki-laki : 28.450 Jiwa dan Jumlah Perempuan : 25.109 Jiwa. Dengan luas wilayah sebesar 178,22 Ha. Maka tingkat kepadatan dan tingkat pertumbuhan penduduk Kelurahan Kebayoran Lama Utara termasuk tinggi. Hal ini mungkin disebabkan letaknya yang strategis sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk dijadikan tempat tinggal dan mengembangakan usaha.

4. Sosial Ekonomi Budaya

Mayoritas penduduk di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara bekerja pada sektor perdagangan dan bangunan selebihnya bekerja pada sektor jasa. Sedangkan kultur budaya masyarakat Kelurahan Kebayoran Lama Utara sangat agamis dengan didominasi oleh penduduk beragama Islam (98%).

B. Deskripsi Data

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Kelurahan Kebayoran Lama Utara, dengan merujuk kepada kisi-kisi instrumen, maka diperoleh data sebagai berikut:

1. Permainan Tradisional

a. Pengertian Permainan Tradisional Betawi

Pengertian permainan tradisional Betawi menurut Hj. Rosita adalah permainan yang berkembang diwilayah DKI Jakarta, permainan itu sudah turun-temurun diwariskan dari orang tua mereka. Permainan tradisional mengandung banyak nilai positif seperti rasa pertemanan dengan teman sebaya lebih erat. Permainan Tradisional Betawi juga sebagai sarana rekreasi bagi anak-anak karena dengan


(50)

bermain menggunakan permainan tradisional anak-anak dapat berolahraga dan berekreasi.1

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jarahnitra menyatakan bahwa permainan tradisional anak merupakan hasil budaya yang besar nilainya bagi anak-anak dalam rangka berfantasi, berekreasi, berkreasi, berolahraga sekaligus sebagai sarana berlatih untuk hidup bermasyarakat, keterampilan, kesopanan, serta ketangkasan.2

Dapat tarik kesimpulan bahwa permainan tradisional Betawi adalah permainan yang dimainkan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah DKI Jakarta, permainan itu merupakan warisan turun-temurun yang disampaikan orang tua dari masa ke masa. Permainan tradisional memiliki banyak manfaat diantaranya selain bermain untuk mendapat kesenangan dan kegembiraan permainan tradisional juga mengandung unsur olahraga sehingga dapat berguna untuk menyehatkan tubuh kita setelah bermain permainan tradisional tersebut.

b. Jenis Permainan Tradisional Betawi dan Cara Bermain

Jenis permainan tradisonal Betawi yang sering dimainkan di wilayah Keluran Kebayoran Lama Utara adalah Dampu Kapal, Petak Umpet, Bentengan, Karet, Galah Asin, Congklak, Kelereng (Gundu Kusir dan Gundu Lubang), dan Egrang. Permainan tersebut sampai saat ini masih berkembang di kalangan anak-anak Betawi.

Permainan tradisional betawi yang telah disebutkan diatas dimainkan oleh anak-anak, remaja bahkan orang dewasa. Permainan tersebut memiliki cara bermain tersendiri tergantung jenis permainan

1 Hasil wawancara dengan Kepala Sie Sarana dan Prasarana Umum Keluran Kebayoran Lama

Utara pada tanggal 05 Januari 2015

2 Siti Ulfatun, Pelaksanaan Permainan Tradisional dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak

(Studi Kasus di TK B ABA Rejodani Sariharjo Ngaklik, Sleman Yogyakarta), Skripsi pada sekolah Strata satu Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, h. 49, tidak dipublikasikan.


(51)

nya. Berikut ini adalah jenis permainan dan cara bermain permainan tersebut:

1) Permainan Bentengan

Benteng atau bentengan adalah permainan tradisional yang memerlukan ketangkasan, kecepatan berlari dan strategi yang jitu. Inti dari permainan ini adalah menyerang dan mengambil

alih “benteng” dari lawan. 3

Cara bermain permainan tradisional Betawi Bentengan

adalah kita harus mengenai benteng lawan sebelum itu pemain dibagi menjadi dua kelompok, jadi masing-masing kelompok harus menyerang benteng lawan dan bertahan dari serangan. Cara penentuan kelompok dengan cara suten atau hom pim pa.4 Hal ini sejalan dengan teori yang di dapatkan dari buku Folklore Permainan Anak-anak Betawi yang disusun oleh Yahya Andi dkk, cara bermain bentengan adalah peserta terdiri atas kelompok atau regu. Baik putra maupun putri. Setiap regu berusaha menduduki benteng lawan yang digambarkan dengan tiang bendera atau pohon, yaitu dengan memancing lawan agar keluar dari benteng untuk mengejar mereka saat mereka dikejar kawannya membantu dengan mengejar orang yang mengejar kawannya jika kena tangkep maka dia dijadikan tawanan. Yang dinyatakan pemenangnya adalah anggota yang paling banyak menduduki benteng

3 Sri Mulyani. Permainan Tradisional Anak Indonesia. (Yogyakarta: Langensari Publishing. 2013).

h. 22

4 Hasil wawancara dengan Dea Nida I siswa kelas dua Sekolah Menengah Atas Negeri 29 Jakarta


(52)

lawan.5 Menurut Sri Mulyani Inti dari permainan ini adalah

menyerang dan mengambil alih “benteng” dari lawan. 6 2) Permainan Galasin

Permainan galasin asal kata dari galah asin, dalam permainan galah asin ada galah (garis lurus) yang ditoreh di tanah sebagai tanda lokasi asin, bebas jaga. Berdasarkan hasil observasi dalam prakteknya anak-anak yang memainkan permainan galah asin menggunakan lapangan bulu tangkis sebagai arena permainan.

Cara bermain permainan ini adalah permainan galah asin dimainkan oleh dua regu baik putra maupun putri, yang terdiri atas 5 orang setiap regu. Permainan berlangsung selama 2x25 menit dengan istirahat 10 menit. Regu penjaga menempati garis jaga masing-masing, sedangkan regu penyerang berusaha melewati garis tersebut dengan menghindari tangkapan penjaga. 7

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Yuli Astuti, cara bermain permainan galah asin adalah membagi anak menjadi 2 regu, penjaga menempati garis masing-masing sedangkan penyerang berusaha melewati garis dengan menghindar dari tangkapan lawan. 8

Dalam buku yang di terbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta dikemukakan bahwa dalam permainan galah asin pemain yang berhasil melewati galah

yang dijaga akan teriak asin…asin… asin, suatu tanda benteng

5 Yahya Andi, dkk., Folklore Permainan Anak-anak Betawi, (Jakarta: Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, 2011), hal.75 6 Sri Mulyani. op. cit h. 22

7 Yahya Andi, dkk., op.cit., h. 76

8 Hasil wawancara dengan Ibu Yuli Astuti guru SDN Kebayoran Lama Utara 03 Pagi , Jakarta


(1)

KEMENTERIAN AGAMA UIN

JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 1 5412 lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK,FR-AKD-081 Tgl.

Terbit : I

Maret 2010 No.

Revisi: :

01

Hal 1t1

SURAT BIMBINGAN

SKRIPSI

Nomor : Un.0 1/F. l/KM .01.3 1...1201 4

Lamp.

:

-Hal

: Bimbingan Skripsi

Nama

NiM

Jurusan

Semester

Judul Skripsi

Tembusan:

1.

Dekan FITK

2.

Mahasiswaybs.

Shoffie Afrianur

1110015000113

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

VIII

(Delaparr)

:ANALISN NILAI..NILAI KARAKTER

DALA}{

PERMAINAN TRADISIONAL

PADA

MAYARAKAT

Jakarta,

l0

Maret 2014

Kepada Yth.

Dr.Iwan

Purwanto, M. Pd Pernbimbing Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Assalamu' alaikum wr.wb.

Dengan

ini

diharapkan

kesediaan Saudara

untuk

menjadi

pembimbing (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:

BETAWI

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 3 Maret 2014 ,

abstraksi/oztline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul

tersebut. Apabila perubahan substairsial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi

Jurusan terlebih

dahulu.

'

Bimbingan

skripsi

ini

diharapkan selesai dalam

waktu

6

(enam)

bulan, dan

dapat

diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Was s alamu' alaikum wr.w b.

"-.,s-xFDEkan

"'r,.'

.,"

'. ;,

(ajyi

Pendidikan IPS

Dr*Iwin

Purwanto, M.Pd

" -NlP.. 1973 0424 200801


(2)

KEMENTERIAN AGAMA UIN

JAKARTA

FITK

Jl lr tl. Juanda No 95 CipLtat 15412 lndonesia

FORM

(FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-082 Tgl.

Terbit .

1 Maret 2010 No.

Revisi: :

01

Flal

.

1/1

SURAT PERMOHONAN IZIN

PENELITIAN

Nomor.

Un.0'1/F.1/KM.01

.31.

...12014

Lamp.

:

-Hal

:

Permohonan

lzin

Penelitian

Kepada Yth.

t

Kepala Kelurahan Kebayoran Lama Utara

di

Tempat

Assal a m u' al aiku m wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Jakarta, 29 Desember 2014

Nama : Shoffie Afrianur

NIM

:11'10015000113

Jurusan

: Pendidikan IPS (Ekonomi)

Semester

: lX (Senrbilan)

Judul

Skripsi

: Analisis Nilai-nilai Karakter dalam Permainan Tradisional pada Masyarakat Betawi

adalal'r benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan KeEuruan UIN Jakarla yang

sedang

menyusun skripsi,

dan akan

mengadakan penelitian

(riset)

di

Kelurahan Kebayoran Lama Utara yang Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon

Saudara

dapat

mengizinkan mahasiswa

tersebut

melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terimq kasih. Wassal am u' al aiku m wr. wb.

rwanto, M.Pd

4200801

1 012

Tembusan.

1.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik


(3)

LEMBAR UJI

REFERENSI

Nama

: SHOFFIE

AFRIANUR

NIM

:

1110015000113

Jurusan

: Pendidikan IPS/Ekonomi

Judul

Skripsi

:"Analisis

Nilai-nilai Karakter

dalam Permainan Tradisional

pada

Masyarakat Betarvi"

No Referensi

Paraf

BAB

I

I Kemenag.go.idlfi1e/dokumen/UU2003.pdf

di

akses tanggal 3

Desember 2014

pukul16.34

WIB

ffial

l)

L1

rl/

2.

Departemen Pendidikan

Nasional, Kamus Besar

Bahasa

Indonesia edisi Keempat,

(Hal

l)

ry

a

J. Retno

Listyarti.

"Pendidikan

Karakter

dalam Metode

Aktif,

Inovatif

dan

Kreatif".

(Jakarta: Erlangga.

2012) (hal

1)

2-'r-:

..- t/ 4. Ernita Lusiana, Membangun Pemahaman Karakter Kejujuran

Melalui

Permainan Tradisional

Anak

Usia

Dini di

Kota

Pati,

Jurnal PAUDIA,2012

(Hal2\

-1

5. Departemen

Kebudayaan

dan

Betawi".

(Bandung:

Balai Tradisional.2006) (Hal 3)

Pariwisata.

"Profil

Budaya

Kajian

Sejarah

dan Nilai

/ /.1/n/'It/

BAB

II

6.

Sutarjo

Adisusilo,

Pembelajaran

Nilai-

Kctrakter,

(Jakarta:

Raia Grahndo Persada,2012) (Hal 6)

tZ-/

i/

7.

Etika dan

moral

dalant

pusat

Antar

Universitas, 2001)

Mungin

Eddy

Wibowo, p e tnb e I aj ar

an,

(J akarta:

ffial

6)

a---"

8.

Heri

Gunawan, Pendidikan

Karakter

Konsep dan

I ntp I e m e ntasi, (B andun g : Alfabet a, 20 12\ (Hal 6)

t?,*ta

./ //

9.

Agus

Wibowo,

Pendidikan

Karakter

berbasis

Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelaiar, 2013)

(Hal7)

4-+'/

"t

ir" 10.

Mayke S.

Tedjasaputra, Bermain,

(Jakarta: Grasindo, 2003) (Hal

Mainqn

11)

dan

Permainan,

a4

ll

siti

Ulfatun,

Pelaksanaan

Permainan

Tradisional

dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi

Anak (Studi

Kasus di

TK B

ABA

Rejodani Sariharjo

Ngaklik,

Sleman

Yogyakarta),

Skripsi pada

sekolah

Strata

satu

Universitas

Islam Negeri

Sunan

Kalijaga

Yogyakarta, Yosyakarta.

2014,h.

49, tidak dipublikasikan.

(Hal

1 1)

4l


(4)

Sumber Ide dalam Penciptaan Karya Seni Grafis, Skripsi

pada

Sekolah Strata

Universitas Sebelas

Maret Surakarta, Surakarta,

2005,

tidak

dipublikasikan.

(Hal.

11)

'/-./,

-L/ 13. Abdurachman,

dkk.,

Perntainan Anak-anak

Daerah

Kltusrrs

Ibu Kota Jakarta, (Jakarla: 199111992)

(Hal

12)

t1

-t4. Sri

Mulyani.

Permainan

Tradisional (Yosyakarta: Langensari Publishing.

Anak

Indonesia.

2013)

(Hal

13)

*I

15. Harnzuri dan Tiarma Rita, Permainan Tradisional Indonesia.

(Jakarta: Departemen Pendidikan

dan

l(ebudayaan

Direktorat

Jenderal

dan

Kebudayaan

Direktorat Permuseuman. 1998)

(Hal

14 )

n-//

t6

Emot Rahmat

Taendiftia,

dL<k., Gado-gaclo Betawi, (Jakarta: Gramedia, 1998)

(Hal

14)

,-4 ,/

'W-17.

Abdul

Chaer,

Folklor

Betawi

(

Jakarta:

Mnasup

Jakarta,

2012)

(Hal

16)

)./

/L^/ "n/

18.

Budiaman,

Folklor

Betawi,

(Jakarta:

Dinas

Kebudayaan

Propinsi

DKI

Jakarta, 2000)

(Hal

19)

a

19.

Dinas

Kebudayaan

dan

Permuseuman,

Ragam

Budaya

Betawi,

(Jakarta:

Dinas

Kebudayaan

Propinsi DKI

Jakarta,2002)

(Hal

19)

20.

Yalrya

Andi,

dld<.,

Folklore

Permainan Anqk-ctnak Betav,i,

(Jakarta:

Dinas

Pariwisata

dan

I(ebr-rdayaan Provinsi

DKI

Jakarta, 2011) (Hal 21)

"r/

,'Z/"Y

-//

-/

21

Ragam

Seni

Budaya Betawi,

(Jakalta: Fakultas

Ihnn

Pensetahuan Budaya,2012\

(HAL

21)

4;a

BAB

III

22.

Sugiyono,

Metode

Penelitian

Pendidikan

Penclekatan

Kttantitatif,

Ktralitatif,

dan II&D,

(Bandung:

ALFABET A,

20 12) (Hal 26)

/'

1-_-r

23.

Moh. Nazir,

Metode

Penelitian,

Indonesia,2Ol 1) (Hal 26)

(Bogor:

Ghalia

/Z--v'

?. t/ 24. Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian

Kualitatif,

(Jakarta: Salemba Humanika,

2010)

(Hal26)

,?:

25.

Sugiono, Metodologi Penelitian Pendidikan,

(Bandung:

Alfabeta, 20 12)

(Hal

27)

tZ"d

26.

Emzir, Metodologi

Penelitian

Analisis Data,

(

Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2010)

(Hal28)

,4/*:

27.

Basrowi

dan

Suwandi,

,Memahami Penelitian Kualimtrt

(Jakarta: Rineka Cipta, 2008)

(Hal29)

4,'^-'

L'-- ,/

I]AB

IV

28. belajarpsikologi.com/pengertian-kepercayaan-diri/

di

akses

pada 15 Februari 2015

pukul2l.30 WIB (HAL

68)

4.'u


(5)

Jakarta, 06

April2015

Penguji

Referensi

Dr. Ilvan

Purwanto.

M.

Pd

NrP.

19730 424 200801

I

012


(6)

Lampiran

Dokumentasi

Foto

Ohervasi

dnn

Wawancara

Anak-anak sedang melakukan Hom Pim Pa sebelum bermain Galah Asin

Anak-unsk Bermain

Dampu

Ktpal