Kerangka Teori Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010. spiritual yang dipakai dalam menghargai benda dan seni. Prinsip Zen tentang wabi adalah gabungan prinsip Konfucius, Tao, Budha dan Shinto yang berfokus pada pandangan petapa dan mengapa petapa mengejar hidup terang dalam kesendirian. Prinsip filosofinya adalah mengurangi ego dan dunia materi yang memberikan penderitaan, ketakutan akan kematian, penghargaan terhadap hidup dan menyelaraskan hidup dengan alam. Sedangkan sabi berarti suatu bentuk kesendirian, keterasingan dan ketidakberaturan. Sabi mengarah kepada objek individual dan keadaan lingkungan secara umum. Penulis sendiri berpendapat bahwa suatu karya seni haruslah memiliki nilai estetika. Nilai estetika tersebut haruslah memiliki unsur keindahan yang merupakan perpaduan antara unsur-unsur yang harmonis serta dapat memberikan arti bagi setiap penikmatnya. Dalam estetika keramik tradisional Jepang nilai-nilai ajaran Zen sangat berpengaruh besar. Estetika wabi-sabi dan nilai-nilai ajaran Zen di dalamnya membangun nilai estetika keramik tradisioanal Jepang.

2. Kerangka Teori

Penulis menggunakan konsep religi yang bertujuan untuk menganalisa dengan lebih baik terhadap keterkaitan ajaran Zen Buddhisme terhadap seni keramik Jepang. Konsep religi menurut Koentjaraningrat dalam Barus 2008:9, yaitu sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan dan bertujuan mencari hubungan antara manusia dengan Tuhan, dewa-dewa atau mahluk halus yang mendiami alam gaib. Konsep historis atau sejarah juga digunakan penulis dalam penelitian ini, karena penulis menjelaskan latar belakang sejarah keramik dan masuknya ajaran Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010. Zen Buddhisme di Jepang. Menurut Kaelan 2005:61, sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sedangkan menurut Nevin dalam Kaelan 2005:61, sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan, kejadian-kejadian atau fakta-fakta yang terjadi pada masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran. Pengaruh terbesar dari seluruh aliran Buddhis dalam sejarah Jepang adalah Zen, yang masuk melalui daratan Korea dan Cina, dari asalnya India. Selanjutnya Zen masuk ke Jepang pada masa Kamakura 1185-1236 yang berpengaruh secara mendalam pada kehidupan militer dan karya seni bahkan dalam kehidupan sehari- hari masyarakat Jepang. Pada bidang kesenian, Zen memiliki pengaruh yang amat besar bagi masyarakat Jepang dalam berkarya cipta dan dalam cara mereka memandang estetika. Estetika seni keramik Jepang juga mendapat pengaruh yang besar dari ajaran Zen. Karena itulah dalam pembahasan ini penulis akan melakukan pendekatan terhadap nilai estetika menurut ajaran Zen. Zen, pada dasarnya adalah seni untuk melihat kodrat diri sendiri dan dengan demikian menjadi Buddha. Zen mampu meleluasakan kekuatan-kekuatan alami manusia, mencegah kelesuan dan menyemangati manusia menuju kebahagiaan. Pengaruh spiritual Zen juga mampu mewarnai ciri umum dalam karya seni, yaitu gaya sudut-tunggal ditemukan pada seni lukis, wabi dan sabi, serta ketidaksimetrisan bagian yang satu dengan yang lainnya tidak sama atau seimbang Sutrisno,1993:130-132. Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010. Pendekatan Zen terhadap realitas yang juga mempengaruhi ekspresi seni mereka dapat dirunut lewat pendekatannya yang berlawanan dengan pendekatan ilmiah. Zen masuk ke dalam obyek itu sendiri, ke inti realitas. Maka pengamatan terhadap realitas selalu didahului dengan pemerenungan dalam keheningan untuk melihat apakah semuanya itu memang ada sebagaimana adanya. Tidak justru keluar, mengambil jarak agar bisa menalari obyek secara logis sebagaimana terjadi dalam pemikiran barat Sutrisno, 1993:129. Menurut Sen no Rikyu, wabi adalah suatu bentuk kekayaan dalam kemiskinan dan keindahan dalam kesederhanaan, sedangkan sabi berarti suatu bentuk kesendirian, keterasingan dan ketidakberaturan. Penggunaan nilai wabi dan sabi terdapat dalam seni keramik di Jepang yang menonjolkan ciri kealamian dan sederhananya Hulu, 2007: 54. Menurut penulis secara pribadi, estetika keramik tradisional Jepang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran Zen Buddhisme. Nilai-nilai ajaran Zen tersebut terdapat dalam konsep estetika wabi-sabi. Nilai-nilai tersebut membangun nilai estetika yang khas pada keramik tradidional Jepang. Selain itu, dalam pembahasan skripsi ini, penulis juga melakukan pendekatan dengan teori semiotika, karena teori semiotika dapat digunakan sebagai metode dalam memaparkan nilai-nilai estetika dan sesuatu yang bersifat tekstual Marx Bense dalam Sachari, 2002:61. Menurut Paul Cobley dan Litza Janz dalam Ratna 2004:97 semiotika berasal dari bahasa Yunani yaitu semeionseme yang berarti tandapenafsir tanda. Semiotika adalah studi sistematis mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya serta apa manfaatnya terhadap kehidupan. Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010. Dengan kata lain, perangkat pengertian semiotik dapat diterapkan pada semua bidang kehidupan asalkan persyaratannya dipenuhi, yaitu ada arti yang diberikan, ada pemaknaan dan ada interpretasi van Zoest dalam Christomy, 2004:79. Menurut Pradopo 2002:271 semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosialmasyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotika itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Tanda mempunyai dua sapek, yaitu penanda signifier dan petanda signified. Petanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh petanda itu, yaitu artinya. Menurut Hoed dalam Nurgiyantoro 1995:40 tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain, yang dapat berupa pengalaman, perasaan, pikiran atau gagasan dan lain-lain. Bahasa adalah sistem tanda yang paling lengkap dan sempurna. Namun yang dapat menjadi tanda sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan ini misalnya warna, baju, bendera, karya seni dan sebagainya. Jadi, pada dasarnya analisis semiotika menganalisis atau meneliti suatu tanda yang terdapat dalam kajian yang diteliti. Dalam hal ini, proses pembuatan dan keramik tradisional Jepang itu sendiri akan dijadikan tanda yang akan menunjukkan adanya nilai-nilai ajaran Zen Buddhisme yang tercermin dalam estetika keramik tradisional Jepang. Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian