Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010.
kealamian yang mengikutu garis alam, spontan, melibatkan keseluruhan unsur tanpa paksaan, dan tidak mengakui adanya unsur buatan.
3.3 Nilai Kesederhanaan
Kesederhanaan dalam karya seni umumnya dapat dicerminkan dalam warna dan bentuk. Dikatakan bahwa warna yang sederhana adalah warna yang
tidak mencolok dan memiliki value rendah atau dalam gradasi warna mono- kromatik. Sedangkan bentuk yang sederhana adalah bentuk yang tidak
mempunyai banyak variasi, bersifat naif dan polos, serta tidak memiliki unsur kesengajaan. Kesederhanaan yang bernilai tinggi adalah suatu perwujudan yang
dapat mencerminkan dan mewakili sifat suatu benda secara utuh yang diekspresikan melalui bentuk, warna, tekstur dan sebagainya.
1. Pengolahan Bahan Baku
Dalam pengolahan baha baku dilakukan penguletan yang bertujuan untuk menjadikan tanah liat mencampur dengan merata dan menambah keplastisan
tanah liat. Penguletan dilakukan dalam tiga tahap yang sangat sederhana, yaitu dengan menggunakan tangan.
2. Pembuatan Keramik
a. Teknik yang dilakukan dalam tahap ini adalah teknik yang sangat
sederhana, yaitu dengan menggunakan tangan tezukuri. b.
Bentuk yang dihasilkan adalah bentuk yang sederhana, sesuai dengan fungsi keramik tersebut.
Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010.
3. Dekorasi dan Pewarnaan
a. Pelapisan dengan menggunakan larutan tanah liat engobe
dilakukan dengan metode yang sangat sederhana, yaitu dengan menyapukan menggunakan kuas atau dengan cara mencelupkan
keramik tersebut ke dalam larutan engobe. b.
Pada keramik teh keramik yang termasuk dalam perlengkapan upacara minum teh, biasanya tanpa dekorasi gambar maupun
ornamen. Dalam keramik ini yang menjadi keutamaan adalah kesederhanaan dari komposisi warna, garis, dan tekstur keramik
tersebut. c.
Tekstur keramik yang bergurat dihasilkan dari teknik sederhana, yaitu dengan menyapukan kuas besar atau menggunakan mata
pisau pada permukaan keramik yang masih setengah kering sebelum proses pembakaran.
4. Pembakaran Keramik
a. Teknik pembakaran yang sangat sederhana, yaitu dengan cara
membakar keramik dengan kayu bakar atau dengan jerami sebagai bahan bakar serta menggunakan abu kayu bakar serta daun basah
sebagai glasir alami di dalam tungku pembakaran. b.
Tungku pembakaran yang sangat sederhana, yaitu merupakan lubang-lubang yang dibuat di dalam tanah.
c. Pembakaran sederhana dengan menggunakan kayu bakar dan
minyak tanah menghasilkan pembakaran reduksi yang berperan penting dalam pewarnaan, yaitu menghasilkan glasir alami.
Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010.
d. Bentuk serta dekorasi, yaitu bentuk yang tidak beraturan, tanda
hangus serta ketidaksempurnaan lainnya mencerminkan kesederhanaan keramik tersebut, bahkan dikatakan seperti tidak
dibuat oleh seorang ahli keramik, karena sama sekali tidak mencermnkan kepribadian pembuatnya.
Untuk lebih memahami penjelasan di atas, berikut ini penulis menyertakan beberapa gambar keramik beserta penjelasan yang berhubungan dengan nilai
kesederhanaan pada keramik.
tutup ceret
mulut ceret dekorasi guratan
pegangan
tanda hangus
Gambar 4. Bizen Yohen Tea Pot 2009. Pengrajin: Suzuki Tsuneki, Okayama, Jepang. Tinggi: 4.5” 11.5cm. Handle: 7” 18cm. Isi: 500ml. Harga: US200.00
Keterangan gambar 4: -
Gambar di atas merupakan sebuah tempat teh tea pot. Keramik ini memiliki bentuk yang sangat sederhana, tidak mempunyai banyak
variasi bentuk, serta memiliki bentuk yang sesuai dengan fungsinya.
Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010.
- Tempat teh ini terdiri dari sebuah pegangan yang memudahkan saat
menuang teh ke dalam cangkir, dan mulut ceret, serta tutup yang sederhana.
- Warna keramik ini sangat sederhana dan tidak mencolok, yaitu warna
alami tanah liat yang alami yang merupakan bahan dasar keramik. -
Dekorasi pada badan ceret teh ini menunjukkan nilai kealamian. Dikatakan demikian karena keramik ini tidak memiliki ornamen atau
hiasan, hanya memanfaatkan tanda hangus yang alami serta dekorasi guratan.
- Dekorasi guratan ini sangat sederhana dan tidak mencolok serta
dihasilkan dari teknik yang sederhana pula, yaitu dengan menggoreskan mata pisau pada permukaan keramik yang masih basah
sebelum proses pembakaran dilakukan. -
Tanda hangus yang dimanfaatkan sebagai dekorasi ini dihasilkan pada saat proses pembakaran. Proses pembakaran dilakukan dengan teknik
yang sederhana dengan menggunakan kayu bakar dengan bahan bakar minyak sehingga pada saat proses pembakaran terjadi loncatan-
loncatan api dan abu kayu bakar yang menempel pada permukaan keramik sehinga meninggalkan tanda hangus.
- Tanda hangus ini merupakan salah satu ketidaksempurnaan keramik
yang mencerminkan kesederhanaan keramik tersebut.
Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010.
Leher botol
Tanda hangus
Gambar 5. Sake Set Sangiri Bizen-128. Pengrajin: Seno-o Yusei Kiln, Okayama, Jepang. Tinggi botol: 5.1” 13.2cm. Tinggi cangkir: 2.1” 5.5cm. Harga: US278.00
Keterangan gambar 5: -
Gambar di atas merupakan sake set yang terdiri dari satu buah tempat sake dan dua buah cangkir sake.
- Botol sake bentuknya sangat sederhana tanpa pegangan. Leher botol
berfungsi sebagai pegangan dan dibuat ramping agar mempermudah saat menuang sake ke dalam cangkir. Bentuk botol sake ini
menunjukkan nilai kesederhanaan yang tercermin dalam keramik tersebut.
- Bentuk cangkir sangat sederhana sesuai dengan fungsinya.
- Bentuk cangkir yang sederhana dan sesuai dengan genggaman tangan
ini menimbulkan perasaan nyaman saat digenggam. -
Proses pembentukkan keramik dilakukan dengan teknik yang sederhana, yaitu dengan menggunakan tangan tezukuri. Hal ini dapat
Eva Nurintan Silalahi : Nilai-nilai Ajaran Zen Buddhisme dalam Estetika Keramik Tradisional Jepang, 2010.
dilihat dari bentuk keramik yang sangat sederhana dan ketidakseimbangan bentuk khususnya pada cangkir.
- Botol dan cangkir memiliki dekorasi yang sederhana dan tanpa
ornamen, hanya memanfaatkan sisa hangus sebagai dekorasi. -
Bentuk serta dekorasi pada keramik ini menunjukkan tanda-tanda ketidaksempurnaan yang semakin mempertegas kesederhanaan yang
dikandungnya. Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa nilai estetika Zen
Buddhisme yang tercermin adalah kansho, shibui dan wabi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kansho menekankan bentuk kesederhanaan dan
tidak berlebihan, shibui menekankan bentuk kesederhanaan dan bentuk yang seadanya, serta wabi yang menekankan pada bentuk yang sederhana dalam
kekayaan spiritual.
3.4 Nilai Kedalaman Rasa