Penyelesaian Sengketa Alternatif TINJAUAN UMUM PENYELESAIAN SENGKETA

Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 berperan. Sedangkan di negara maju maupun negara industri baru lebih menempatkan ADR sebagai the first resort dan pengadilan sebagai the last resort. Oleh karena itu penyelesaian masalah melalui jalur non-litigasi menjadi amat penting sebab dewasa ini didalam menyelesaikan masalah terutama masalah yang menyangkut kegiatan di bidang perekonomian, jalur litigasi atau peradilan dipandang menjadi solusi terakhir dalam usaha menyelesaikan masalah. Sebab selain masalah di bidang perekonomian yang muncul membutuhkan solusi yang cepat dan tepat, para pihak apabila diselesaikan melalui pengadilan belum tentu benar-benar memahami permasalahan tersebut dengan baik. Apalagi waktu yang diperlukan akan sangat lama dan keputusan yang dihasilkan belum tentu memuaskan. Tidak diketahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkara. Kenyataan-kenyataan seperti diatas menjadi suatu alasan yang kuat mengapa Alternative Disputes Resolution ADR atau penyelesaian sengketa alternatif menjadi sangat penting dan perlu dikembangkan oleh negara- negara berkembang. 40 Penyelesaian sengketa alternatif merupakan suatu terobosan baru dalam penyelesaian sengketa yang terjadi ditengah-tengah masyarakat pada saat ini. Penyelesaian sengketa alternatif dapat diberi batasan sebagai sekumpulan prosedur atau mekanisme yang berfungsi memberi alternatif atau pilihan suatu tata cara penyelesaian sengketa melalui bentuk alternatif penyelesaian sengketa atau arbitrase agar memperoleh putusan akhir dan mengikat para pihak. Secara

B. Penyelesaian Sengketa Alternatif

40 Ibid Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 umum, tidak selalu dengan melibatkan intervensi dan bantuan pihak ketiga independen yang diminta membantu memudahkan penyelesaian sengketa tersebut. Alternatif penyelesaian sengketa atau lebih dikenal dengan istilah Alternatif Disputes resolution yang disingkat ADR. Berbagai pengertian pada istilah ini, seperti Altschul mengatakan bahwa ADR adalah A trial of a case before a private tribunal agreed to the parties so as to save legal cost, avoid publicity, and avoid lengthy trial delays. Kemudian Jacqueline M. Nolan-Haley dalam bukunya berjudul Alternative Disputes Resolution In A Nutshell, menjelaskan bahwa ADR is an umbrella term which refers generally to alternatives to court adjudication of disputes such an negotiation, mediation, arbitration, mini trial, and summary jury trial. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Pasal 1 angka 10, menyatakan pengertian alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. Istilah “alternatif” dalam ADR memang dapat menimbulkan kebingungan, seolah-olah mekanisme ADR pada akhirnya – khususnya dalam sengketa bisnis – akan menggantikan proses litigasi di pengadilan. Dalam kaitan ini perlu dipahami terlebih dahulu bahwa ADR adalah mekanisme penyelesaian sengketa yang berdampingan dengan penyelesaian sengketa melalui pengadilan. 41 41 Selanjutnya, ADR lazimnya dilakukan di luar yurisdiksi pengadilan. ADR dan penyelesaian sengketa melalui pengadilan dapat berjalan saling berdampingan. Oleh karena itu, http:legalitas.org, diakses pada tanggal 12 September 2007 Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 para hakim tidak perlu khawatir dengan digunakannya mekanisme ADR, pengadilan menjadi kurang pekerjaannya. Ada beberapa pendapat mengenai ADR atau Alternative Dispute Resolution ADR. Pertama, ADR adalah mekanisme penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Dalam konteks ini, mekanisme penyelesaian sengketa di luar pengadilan dapat berupa penyelesaian sengketa melalui arbitrase, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan lain-lain. Kedua, ADR adalah forum penyelesaian sengketa di luar pengadilan dan arbitrase. Hal ini mengingat penyelesaian sengketa melalui ADR tidak dilakukan oleh pihak ketiga. Sedangkan dalam forum pengadilan atau arbitrase, pihak ketiga hakim atau arbiter mempunyai kewenangan untuk memutus sengketa. ADR di sini hanya terbatas pada teknik penyelesaian sengketa yang bersifat kooperatif, seperti halnya negosiasi, mediasi, dan konsiliasi, serta teknik-teknik penyelesaian sengketa kooperatif lainnya. Ketiga, ADR adalah seluruh penyelesaian sengketa yang tidak melalui pengadilan tetapi juga tidak terbatas pada arbitrase, negosiasi, dan sebagainya. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan ADR termasuk juga penyelesaian sengketa yang diatur oleh peraturan perundang-undangan, tetapi berada di luar pengadilan, seperti Badan Penyelesaian Sengketa Pajak BPSP, Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU, dan sebagainya. 42 42 Gunawan Widjaya, Alternatif Penyelesaian Sengketa, Cet.II, Jakarta: PT Raja grafindo Persada, 2002, hal. 84 Teknik atau prosedur teknis ADR di luar pengadilan yang sudah lazim dilakukan adalah: negosiasi, konsiliasi, mediasi, dan arbitrase. Arbitrase merupakan cara yang paling dikenal dan paling banyak digunakan oleh kalangan bisnis dan hukum. Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 Teknik negosiasi, mediasi, dan konsiliasi tidak dikenal di Indonesia. Namun, secara tidak langsung masyarakat Indonesia telah menerapkan mekanisme ADR, yakni yang disebut musyawarah untuk mufakat. Asas musyawarah untuk mufakat telah lama dikenal dan dipromosikan oleh pemerintah sebagai suatu budaya bangsa Indonesia. Pada saat ini yang paling umum bentuk-bentuk alternatif penyelesaian sengketa yang dilakukan adalah:

a. Konsultasi

Meskipun konsultasi sebagai alternatif penyelesaian sengketa tersebut dalam Undang Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, namun tidak ada satu pasal pun yang menjelaskannya. Dengan mengutip Black’s Law Dictionary, Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani menguraikan bahwa pada prinsipnya Konsultasi merupakan tindakan yang bersifat personal antara suatu pihak tertentu, yang disebut dengan “klien” dengan pihak lain yang merupakan “konsultan”, yang memberikan pendapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan kliennya tersebut. Tidak ada suatu rumusan yang mengharuskan klien mengikuti pendapat yang disampaikan konsultan. Jadi hal ini konsultan hanyalah memberikan pendapat , sebagaimana diminta oleh kliennya, yang untuk selanjutnya keputusan mengenai penyelesaian sengketa tersebut akan diambil sendiri oleh para pihak meskipun adakalanya pihak konsultan juga diberikan kesempatan untuk merumuskan bentuk-bentuk penyelesaian sengketa yang dikehendaki oleh para pihak yang bersengketa tersebut. 43 43 Ibid, hal. 86 Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009

b. Negosiasi

Negosiasi merupakan kosakata yang sudah sering didengar. Negosiasi merupakan proses yang sering masyarakat lakukan dalam hidup dan sering pula tidak sadar tengah melakukan negosiasi. Untuk itu, perlu terlebih dahulu dijelaskan mengenai apa pengertian dari negosiasi berdasarkan kamus hukum dan beberapa pendapat ahli. Pengertian negosiasi menurut ensiklopedi online wikipedia, adalah Negotiation is the process whereby interested parties resolve disputes, agree upon courses of action, bargain for individual or collective advantage, andor attempt to craft outcomes which serve their mutual interests. It is usually regarded as a form of alternative dispute resolution. 44 Menurut Jaqueline M. Nolan-Haley pengertian negosiasi adalah: Negotiation may be generally defined as a consensual bargaining process in which parties attempt to reach agreement on a disputed or potentially disputed matterí. Negosiasi adalah proses bekerja untuk mencapai suatu perjanjian dengan pihak lain, suatu proses interaksi dan komunikasi yang sama dinamis dan Negosiasi menurut kamus hukum Black’s Law dapat dijabarkan A consensual bargaining process in which the parties attempt to reach agreement on a disputed or potentially disputed matter. Negotiation usu. involves complete autonomy for the parties involved, without the intervention of third parties. 44 http:www.ahmadzakaria.netblognegosiasi-suatu-pengantar-teori-praktis, diakses pada tanggal 6 November 2007 Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 variasinya, serta halus dan bernuansa, sebagaimana keadaan atau yang dapat dicapai orang. 45 Berdasarkan pengertian sebelumnya, negosiasi dipahami sebagai sebuah proses dimana para pihak ingin menyelesaikan permasalahan, melakukan suatu persetujuan untuk melakukan suatu perbuatan, melakukan penawaran untuk mendapatkan suatu keuntungan tertentu, dan atau berusaha menyelesaikan permasalahan untuk keuntungan bersama win-win solution. Negosiasi biasa dikenal sebagai salah satu bentuk alternative dispute resolution. Dengan demikian, secara sederhana disimpulkan negosiasi adalah suatu cara bagi dua atau lebih pihak yang berbeda kepentingan baik itu berupa pendapat, pendirian, maksud, atau tujuan dalam mencari kesepahaman dengan cara mempertemukan penawaran dan permintaan dari masing-masing pihak sehingga tercapai suatu kesepakatan atau kesepahaman kepentingan baik itu berupa pendapat, pendirian, maksud, atau tujuan. Sarana negosiasi dalam alternatif penyelesaian sengketa telah dipandang sebagai sarana yang paling efektif. Lebih dari 80 delapan puluh persen sengketa di bidang bisnis tercapai penyelesaiannya melalui cara ini. 46 1. Negosiasi melibatkan dua pihak atau lebih. Alan Fowler menjelaskan negosiasi terdiri dari beberapa elemen yang merupakan prinsip-prinsip umum,yaitu : 2. Pihak-pihak itu harus membutuhkan keterlibatan satu sama lain dalam mencapai hasil yang diinginkan bersama. 45 Gary Goodpaster, Op.Cit, hal. 1 46 Huala adolf, Op.Cit, hal. 3 Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 3. Pihak-pihak yang bersangkutan, setidak-tidaknya pada awalnya menganggap negosiasi sebagai cara yang lebih memuaskan untuk menyelesaikan perbedaan dibandingkan metode-metode lain. 4. Masing-masing pihak harus beranggapan bahwa ada kemungkinan untuk membujuk pihak lain untuk memodifikasi posisi. 5. Setiap pihak harus mempunyai harapan akan sebuah hasil akhir yang diterima, dan suatu konsep tentang seperti apakah hasil akhir tersebut. 6. Masing-masing pihak harus mempunyai suatu tingkatan kuasa atas kemampuan pihak lain untuk bertindak. 7. Proses negosiasi itu sendiri pada dasarnya merupakan suatu interaksi diantara orang-orang, terutama antar komunikasi lisan yang langsung, walaupun kadang dengan elemen tertulis yang penting 47 Negosiasi sangat diperlukan karena sifatnya yang begitu erat dengan filosofi kehidupan manusia dimana setiap manusia memiliki sifat dasar untuk mempertahankan kepentingannya. Di sisi lain manusia lain juga memiliki kepentingan yang akan tetap dipertahankan, sehingga, terjadilah benturan kepentingan. Padahal, kedua pihak tersebut memiliki suatu tujuan yang sama, yaitu memenuhi kepentingan dan kebutuhannya. Apabila terjadi benturan kepentingan terhadap suatu hal, maka timbul suatu sengketa. Dalam penyelesaian sengketa dikenal berbagai macam cara, salah satunya negosiasi. Secara umum, tujuan dilakukannya negosiasi adalah mendapatkan atau memenuhi kepentingan yang telah direncanakan sebelumnya dimana hal yang diinginkan tersebut disediakan atau dimiliki oleh orang lain sehingga memerlukan negosiasi untuk 47 Joni Emirzon, Op.Cit, hal. 518 Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 mendapatkan yang diinginkan. Dalam melakuakan negosiasi, kekuatan tawar menawar, pola tawar menawar, strategi dalam tawar menawar, sangat mempengaruhi jalannya negosiasi. 48 2. Jika tidak dilakukan negosiasi akan muncul situasi lebih buruk, semisal konflik terbuka, saling merugi dan sebagainya. Negosiasi terjadi saat dua atau lebih kelompok bersedia melakukan negosiasi jika para pihak berhitung: 1. Masih mempunyai peluang untuk mendapat lebih banyak manfaat. 49 1. Kemampuan menentukan serangkaian tujuan, namun tetap fleksibel dengan sebagian diantaranya. Selain harus mampu mempertahankan serangkaian tujuan, dalam negosiasi, seorang negosiator harus mampu bersikap fleksibel dalam membaca keseimbangan atau perubahan posisi tawar yang terjadi selama negosiasi. Artinya pada saat seseorang kelompok setuju membuka diri terhadap negosiasi, maka disadari bahwa para pihak berpikir masih memiliki peluang untuk mendapat lebih banyak manfaat, atau para pihak tengah menghindari kerugian lebih besar. Dengan demikian, sebelum negosiasi para pihak harus dapat memperhitungkan kelompok lain mengejar manfaat apa dan menghindari kerugian apa. Meskipun secara lahiriah manusia telah dibekali dengan kemampuan untuk bernegosiasi, namun untuk dapat bernegosiasi dengan baik, kemampuan dasar tersebut perlu dikembangkan. Adapun, beberapa kemampuan dasar untuk dapat bernegosiasi yang baik adalah sebagai berikut: 48 Garry Goodpaster, Op.Cit, hal. 11-21 49 Permainan Negosiasi, http:www.google.co.id, diakses pada tanggal 20 September 2007 Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 2. Kemampuan untuk mencari kemungkinan-kemungkinan dari pilihan yang banyak. Dalam hal ini, seorang negosiator harus jeli membaca kemungkinan dan memprediksi konsekuensi yang dapat timbul dari masing-masing pilihan. Sebaiknya seorang negosiator sudah harus mampu memprediksi kemungkinan terbaik dan kemungkinan terburuk yang mungkin timbul. 3. Kemampuan untuk mempersiapkan dengan baik. Tidak ada negosiasi yang baik tanpa persiapan yang baik. Negosiator ulung selalu mempersiapkan segala sesuatu, mulai dari hal besar hingga hal kecil jauh sebelum pelaksanaan negosiasi. Namun, tak jarang, seorang negosiator harus mampu melakukan negosiasi pada saat yang tidak terduga. 4. Kompetensi interaktif, yaitu mampu mendengarkan dan menanyakan pihak- pihak lain. Menjawab lebih mudah dari memberikan pertanyaan yang baik, karena setiap jawaban lahir karena ada pertanyaan. Tanpa adanya pertanyaan yang baik, jawaban yang baik tidak dapat diharapkan. 5. Kemampuan menentukan prioritas. Dalam negosiasi, segala hal yang dinegosiasikan adalah penting, hanya saja seorang negosiator harus mampu memberikan prioritas kepada permasalahan yang ada, hingga tersusun dalam tingkatan prioritas. 50 50 Gunawan Widjaya, Op.Cit, hal. 88 Dengan memiliki kemampuan dasar tersebut, diharapkan negosiator sudah memiliki dasar pemikiran dan kemampuan untuk bernegosiasi. Selanjutnya, selain kemampuan dasar tersebut, seorang negosiator harus memiliki kemampuan berbicara retorika dan kemampuan memimpin Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 leadership serta manajemen yang baik agar mampu menentukan alur negosiasi dan melangsungkan negosiasi hingga tujuan tercapai. Dalam pelaksanaan negosiasi sesungguhnya tidak ada standardisasi proses atau tahapan baku yang menjadi tolak ukur baik tidaknya negosiasi. Tahapan- tahapan negosiasi dapat berkembang dengan sendirinya tergantung pada permasalahan yang dihadapi. Meskipun demikian, secara umum proses bernegosiasi memiliki pola sama, yaitu sebagai berikut. 1. Persiapan. Pada tahap ini, negosiator mulai mengadakan meeting internal untuk keperluan pengumpulan informasi relevan yang lengkap, pembentukan tim apabila diperlukan. Dalam rangka pembentukan tim, perlu diadakan pembagian peran, peran yang ada biasanya adalah: a. Pemimpin tim negosiator dengan tugas memimpin tim, memilih dan menentukan anggota tim, menentukan kebijakan khusus, dan mengendalikan anggota tim lainnya. b. Anggota kooperatif yang menunjukan simpati kepada pihak lain dan juga bertindak hati-hati agar pihak lain merasa kepentingannya tetap terlindungi. Peran ini seolah-olah mendukung penawaran pihak lain. c. Anggota oposisi yang bertugas untuk membantah argumentasi yang dilakukan pihak lain, anggota ini juga berusaha untuk membuka kelemahan dan merendahkan posisi tawar pihak lain. d. Sweeper yang bertugas sebagai problem solver pemecah kebuntuan dalam negosiasi, dan bertugas menunjukkan inkonsistensi pihak lain. 51 51 Joni Emirzon, Op.Cit, Hal. 519 Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 2. Proposal. Pada tahap ini, negosiator dapat memilih, apakah langsung melakukan penawaran pertama atau menunggu pihak lain yang mengajukan penawaran. Dalam tahap ini, negosiator sudah harus siap mempelajari kemungkinan- kemungkinan yang ada. 3. Debat. Tahap ini merupakan tahap terpenting dalam suatu proses negosiasi. Dengan dilakukannya debat, dapat diketahui seberapa jauh kepentingan dapat dipertahankan atau diteruskan dan seberapa jauh kepentingan pihak lain akan diterima. Tahap ini diisi dengan argumentasi dari masing-masing pihak. 4. Tawar-menawar. Setelah diadakan proposal dan debat, negosiator mengadakan tawar- menawar atas kepentingan pihaknya maupun pihak lain. Dalam tahap ini argumentasi sudah tidak terlalu diperlukan, yang diperlukan adalah fakta, data, dan kemampuan untuk mencapai tujuan negosiasi. 5. Penutup. Suatu negosiasi dapat berakhir dengan berbagai kemungkinan. Antara lain, negosiasi berhasil, negosiasi gagal, negosiasi ditunda, negosiasi deadlock, para pihak walk-out, dan lainnya. Apabila negosiasi berhasil, direkomendasikan untuk membuat semacam memorandum of understanding MoU untuk keperluan para pihak menekan pihak lainnya untuk menjalankan kesepakatan hasil negosiasi contract enforcement. 52 52 Ibid, hal. 520 Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009

b. Mediasi atau Pendamaian

Mediasi merupakan suatu proses penyelesaian sengketa dimana para pihak yang berselisih memanfaatkan bantuan pihak ketiga yang independen atau bertindak sebagai mediator, akan tetapi tidak diberi wewenang untuk mengambil keputusan yang mengikat. Menggunakan berbagai prosedur, teknik dan ketrampilan membantu para pihak untuk menyelesaikan perselisihan melalui perundingan. Mediator juga merupakan seorang fasilitator yang dalam beberapa bentuk mediasi memberikan evaluasi yang tidak mengikat mengenai nilai perselisihan jika diperlukan, tetapi tidak diberi wewenang membuat keputusan yang mengikat. Pendamaian merupakan istilah yang kadang dipakai secara bergantian dengan mediasi, dan dipakai untuk membedakan salah satu proses seringkali mediasi yang melibatkan peran mediator yang aktif, sedangkan pendamaian melibatkan sistem mediasi yang membantu, walaupun di dalam praktek tidak tampak secara nyata perbedaannya. 53 Mediasi, yaitu seperangkat proses yang membantu para pihak yang bersengketa untuk sepakat dengan masalah-masalah tertentu. Gary Goodpaster mengatakan bahwa mediasi merupakan proses negosiasi penyelesaian masalah di mana suatu pihak luar, tidak berpihak, netral tidak bekerja bersama pihak yang bersengketa untuk membantu guna mencapai suatu kesepakatan hasil negosiasi yang memuaskan. Tidak seperti halnya dengan para hakim dan arbiter, mediator mempunyai wewenang untuk memutuskan sengketa antara pihak; malahan para pihak memberi kuasa pada mediator untuk membantu menyelesaikan 53 H. Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Fikahati Aneska, 2002, hal. 23 Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 permasalahan. Dalam tahun-tahun belakangan ini pengadilan, masyarakat dan industri semakin mengarah pada mediasi sebagai suatu metode yang lebih disukai dalam penyelesaian jenis sengketa tertentu. Proses mediasi dipandang sebagai proses yang lebih sederhana dari segi prosedur dan relatif lebih murah. Proses mediasi ini akan memungkinkan pihak- pihak untuk menentukan apa yang memuaskan dengan mengarahkan masalah- masalah sempit dalam konflik untuk fokus kepada situasi dan kondisi mendasar yang turut memberikan kontribusi terhadap konflik. Mediator dapat membantu pihak-pihak dalam mengungkapkan agenda tersembunyi dan ungkapan emosional yang tidak terungkap melalui ketentuan pembuktian dan prosedur. Dalam proses mediasi, pihak ketiga yang bersifat netral akan membantu mencapai perjanjian yang adil. Inti aktifitas dalam proses ini adalah pertukaran informasi bargaining dan aktifitas ini dapat dilaksanakan dalam berbagai pertemuan bersama, dalam acara-acara pribadi yang dikenal sebagai kaukus atau keduanya. 54 Dalam mediasi, kekuasaan tertinggi ada di para pihak masing-masing yang bersengketa. Mediator sebagai pihak ketiga yang dianggap netral hanya membantu atau memfasilitasi jalannya proses mediasi saja. Proses mediasi Pada tanggal 11 September 2003 Mahkamah Agung telah mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung PERMA Nomor 2 Tahun 2003 yang mengatur tentang mediasi. Ada 2 jenis mediasi, yaitu di luar dan di dalam pengadilan. Mediasi di luar pengadilan di Indonesia terdapat dalam beberapa undang-undang yang sudah dimuat, seperti UU tentang Lingkungan, UU tentang Kehutanan, UU tentang Ketenagakerjaan dan UU tentang Perlindungan Konsumen. 54 Bismar Nasution 1, Op.Cit Hal. 4 Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 menghasilkan suatu kesepakatan antara para pihak. Kesepakatan para pihak ini lebih kuat sifatnya dibandingkan putusan pengadilan, karena merupakan hasil dari kesepakatan para pihak. Artinya kesepakatan itu adalah hasil kompromi atau jalan yang telah dipilih untuk disepakati demi kepentingan-kepentingan para pihak. Sedangkan dalam putusan pengadilan ada pihak lain yang memutuskan, yaitu hakim. Dengan kata lain putusan pengadilan itu bukan hasil kesepakatan para pihak. 55 Apabila melihat pada PERMA, proses mediasi itu bersifat mandatory atau wajib. 56 Proses mediasi itu pada awalnya sama seperti berperkara di pengadilan, dimana penggugat mendaftarkan perkaranya. Kemudian pada hari pertama sidang hakim mewajibkan para pihak untuk menempuh mediasi. Perma ini juga memberikan beberapa pilihan. Artinya mediator itu tidak harus hakim, tapi juga non-hakim, dan tidak harus di pengadilan, namun dapat juga di luar pengadilan. Yang paling penting hakim dengan sedemikian rupa mencoba mendamaikan melalui mediasi. Alternatifnya, ada para pihak yang tetap tidak mau damai mediasi karena ada perasaan negatif dengan institusi pengadilan jika proses Mediasi ini sebenarnya dibentuk untuk menindaklanjuti Pasal 130 HIR dan 154 Rbg. Dalam Pasal tersebut dikatakan bahwa, jika para pihak menghadap ke pengadilan dengan perantara keduanya maka hakim mencoba mendamaikan, artinya majelis hakim wajib mencoba mendamaikan para pihak. Jika hakim atau ketua majelis tidak menawarkan perdamaian maka persidangan tersebut batal demi hukum. Salah satu bentuk usaha untuk mendamaikan tersebut adalah melalui proses mediasi. Oleh karena itu dalam PERMA ini mediasi bersifat wajib. 55 MaPPI FHUI, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa, www.pemantauperad ilan.com, diakses pada tanggal 20 September 2007 56 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, Hal. 239 Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 mediasinya dilaksanakan di dalam pengadilan. Oleh sebab itu para pihak dapat melakukan proses mediasi di luar pengadilan, tetapi terlebih dahulu sudah mendaftar seperti halnya dalam mendaftar perkara biasa. Kemudian hakim membuka sidang dan menawarkan serta mengupayakan perdamaian atau mediasi. Pengupayaan itu dilakukan pada saat sidang yang pertama kali. Hal itu telah diatur dalam hukum acara sendiri. Jadi para pihak harus menempuh proses perdamaian itu. Jika memilih mediator di luar pengadilan waktu paling lama 30 hari, dan jika dalam pengadilan itu sendiri paling lama 22 hari. 57 Untuk memulai suatu proses mediasi di pengadilan itu para pihak dalam hal ini penggugat harus mengajukan gugatan, pendaftaran perkara, melalui Ketua Pengadilan Negeri untuk menunjuk majelis hakim dan pada hari yang ditentukan yaitu pada hari pertama sidang majelis hakim harus mengupayakan perdamaian kepada para pihak. Dengan mengupayakan perdamaian itu diarahkan agar para pihak melalui proses mediasi dulu. Dalam PERMA tentang Mediasi ditentukan bahwa majelis hakim yang menangani perkara itu berbeda dengan mediator yang Sebelum memulai proses persidangan, hakim mengupayakan perdamaian terlebih dahulu, yaitu dengan menawarkan apakah para pihak bersedia untuk menyelesaikan perselisihan melalui mediasi atau tidak. Para pihak diberi jangka waktu satu hari untuk memilih mau melaksanakan proses mediasi dimana. Jika tidak dapat mengambil keputusan akan hal itu maka hakim yang akan memutuskan dimana proses mediasi akan dilaksanakan. Jika proses mediasi dilaksanakan di dalam maka para pihak boleh memilih hakim-hakim yang akan jadi mediatornya. 57 Ibid, hal. 251 Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 nanti akan mencoba mendamaikan kedua belah pihak. Jadi jika sebelumnya ada kekhawatiran bahwa pandangan terhadap hakim itu naturenya selalu keras , maka dengan adanya PERMA ini pandangan seperti harus diubah, karena hakim itu tidak selalu bersifat memutus. Selain itu mediator yang ada di pengadilan atau yang akan ada di proses mediasi itu sebelumnya telah mendapat pelatihan. Dalam PERMA ini yang menjadi mediator ada 2, yaitu hakim dan non-hakim yang akan melewati pelatihan khusus mediator. Kesepakatan damai yang telah dicapai para pihak harus merupakan acceptable solution. Jadi kesepakatan tersebut merupakan kesepakatan yang diterima oleh kedua belah pihak dan menguntungkan kedua belah pihak. 58 1. Menjalin hubungan dengan para pihak yang bersengketa agar tidak menjadi takut untuk mengemukakan pendapat. Tidak harus win-win solution, tetapi ada garis yang dapat diambil menjadi kesepakatan. Artinya kedua belah pihak sama-sama menerima keputusan itu, karena kalau misalnya ternyata kedua belah pihak tidak menerima keputusan maka akan berpengaruh kepada implementasi dari kesepakatan itu. Berjalannya proses mediasi tidak terlepas dari peran seorang mediator. Mediator memegang peranan penting dalam menjalankan proses mediasi. Secara umum terdapat 6 enam tugas mediator : 2. Memilih strategi untuk membimbing proses mediasi dan mengumpulkan serta menganalisa proses mediasi dan latar belakang sengketa. Hal ini penting untuk dilakukan agar mediator dalam mengarahkan mengetahui jalur penyelesaian sengketa dan selanjutnya menyusun rencana-rencana 58 Ibid, hal. 266 Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 mediasi serta membangun kepercayaan dan kerjasama. Bentuk mediasi dapat berupa sidang-sidang mediasi. 3. Mampu untuk merumuskan masalah dan menyusun agenda, karena kadang sebenarnya jika dalam persengketaan itu ada kepentingan lain yang dalam teori alternatif dispute resolution ADR disebut interest base apa yang benar-benar para pihak inginkan. Interest base itu kadang tidak terungkap di luar proses ADR. 4. Mengungkapkan kepentingan tersembunyi iktikad tidak baik dari para pihak. 5. Membangkitkan pilihan penyelesaian sengketa, pintar dan jeli dalam memandang suatu masalah. 6. Menganalisa pilihan-pilihan tersebut untuk diberikan kepada para pihak dan akhirnya sampai pada proses tawar-menawar akhir dan tercapai proses penyelesaian secara formal berupa kesepakatan antar para pihak. 59 Mediator harus mampu untuk menggali masalah, termasuk masalah yang tidak terungkap. Tahap ini kurang lebih merupakan tahap pembuktian apabila di sidang pengadilan. Untuk memperoleh data-data yang belum terungkap, maka keahlian dari si mediator sangat diperlukan. Jadi si mediator harus mencoba untuk menggali kepentingan-kepentingan dan mencoba supaya para pihak dapat mengerti dan kemudian menyusun solusinya. Mediator harus berhati-hati dalam mengemukakan atau menggali kepentingan-kepentingan yang ada. Jika ia tidak berhati-hati maka mediator itu akhirnya dapat tidak lagi dinyatakan netral. 59 MaPPI FHUI, Op.Cit Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 Setelah pemilihan penunjukan mediator, para pihak wajib menyerahkan fotokopi dokumen yang memuat duduk perkara, fotokopi surat-surat yang diperlukan dan hal-hal lain yang terkait dengan sengketa kepada mediator dan para pihak. Semua hal itu harus diungkapkan dalam proses mediasi untuk memudahkan para pihak. Namun dalam proses mediasi, dimungkinkan pemanggilan saksi ahli atas persetujuan para pihak, untuk memberikan penjelasan dan pertimbangan yang dapat membantu para pihak dalam menyelesaikan sengketanya. Semua biaya jasa ahli itu ditanggung oleh para pihak berdasarkan kesepakatan. Namun apabila proses mediasi tersebut tidak berhasil dan para pihak ternyata melanjutkan perselisihan tersebut ke pengadilan, maka sebaiknya dipakai saksi ahli yang lain, kecuali orang yang ahli di bidang itu hanya sedikit atau hanya satu orang. Saksi ahli itu dipanggil untuk penyelesaian perbedaan sesuai dengan ilmu dan keahliannya. Apa yang saksi ahli ungkapkan pada proses mediasi maupun pengadilan itu sifatnya bukan untuk memihak salah satu pihak melainkan berbicara mengenai fakta sebenarnya. Fungsi mediator disini hanya mengarahkan saja. Perlu tidaknya keterangan saksi ahli tergantung para pihak. 60 Jangka waktu proses mediasi telah ditentukan dalam PERMA. Untuk mediasi di luar pengadilan jangka waktunya 30 hari Pasal 5 ayat1 PERMA Nomor 2 Tahun 2003. Sedangkan apabila proses mediasi tersebut berjalan di dalam pengadilan, maka jangka waktu proses mediasi tersebut adalah 22 hari Pasal 9 ayat5 PERMA. setelah penunjukan mediator, kemudian dimintakan penetapan oleh hakim. Jika dalam batas waktu yang ditentukan yaitu 22 atau 30 hari itu tidak tercapai kata sepakat mediasi itu wajib dinyatakan gagal oleh 60 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hal 264 Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 mediator dan hal itu harus dilaporkan oleh mediator ke majelis hakimnya untuk melanjutkan pemeriksaan perkara dengan proses biasa. Proses mediasi di luar pengadilan artinya tetap di lingkungan pengadilan, tapi mediatornya bukan berasal dari mediator yang ada dalam daftar mediator yang diajukan pengadilan. Pada dasarnya proses mediasi tertutup untuk umum kecuali untuk kasus- kasus publik seperti lingkungan, yang melibatkan banyak pihak. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan namun proses mediasi belum berhasil, maka dokumen-dokumen yang dipakai pada saat proses mediasi tidak boleh dipergunakan di persidangan. Larangan tersebut didasari dengan alasan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan jika misalnya ada pihak yang beritikad tidak baik. Yang harus dimusnahkan adalah notulen atau catatan mediator. Selain itu pengakuan para pihak yang ada dalam proses mediasi itu juga tidak boleh dibeberkan lagi pada saat sidang. Bahkan mediator atau salah satu pihak yang terlibat dalam proses mediasi juga tidak dapat diminta menjadi saksi dalam persidangan untuk kasus yang sama. 61 61 Ibid, hal 269 Sebagaimana telah diuraikan di atas, maka hasil dari proses mediasi dalah kesepakatan antar para pihak. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam suatu akta perdamaian yang bersifat final dan binding serta berkekuatan hukum tetap. Sehingga mekanisme pengawasan pelaksanaan kesepakatan tersebut sama seperti eksekusi putusan biasa yang berkekuatan hukum tetap, yaitu dari pihak pengadilan sendiri. Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009

c. Konsiliasi

Konsiliasi adalah salah satu bentuk cara penyelesaian sengketa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsiliasi diartikan usaha mempertemukan keinginan pihak-pihak yang bersengketa untuk mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan. Konsiliasi menurut Oppenheim adalah proses penyelesaian sengketa dengan menyerahkannya kepada suatu komisi orang-orang yang bertugas untuk menguraikan atau menjelaskan fakta-fakta dan membuat usulan-usulan untuk suatu penyelesaian, namun keputusan tersebut tidak mengikat. Proses yang berkembang di Amerika Serikat, konsiliasi merupakan tahap awal dari proses mediasi, dengan acuan penerapan apabila terhadap seseorang diajukan proses mediasi, dan tuntutan yang diajukan claimant dapat diterimanya dalam kedudukannya sebagai respondent. Dalam tahap demikian telah diperoleh penyelesaian tanpa melanjutkan pembiayaan, karena pihak respondent dengan iktikad baik bersedia menerima apa yang dikemukakan oleh claimant. Cara penyelesaian dengan goodwill yang demikian ini disebut dengan konsiliasi winning over by goodwill. 62 Pada mulanya konsiliasi timbul dalam penyelesaian sengketa internasional diatur dalam perjanjian antara Swedia dan Chili pada tahun 1920, kemudian tahun 1922 konsiliasi dan arbitrase ditetapkan sebagai alternatif menyelesaikan sengketa dalam suatu perjanjian yang dibuat antara Jerman dan Swiss. Tahun 1975 perjanjian antara Prancis dan Swiss mendefenisikan fungsi komisi konsiliasi permanen dalam batasan yang menjadi model, kemudian dalam empat perjanjian 62 Joni Emirzon, Op.Cit, hal 546 Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 Locarno, Jerman setuju dengan Belgia, Cekoslovakia, dan Polandia yang menyatakan bahwa semua sengketa yang terjadi di negara ini harus tunduk pada penyelesaian konsiliasi kecuali pihak-pihak setuju menyerahkan sengketa itu pada penyelesaian yudisial atau arbitrase. 63 1. Konsiliator tidak mesti mengadakan pertemuan dan pembicaraan dengan kedua belah pihak di suatu tempat. Pada umumnya alasan responden memenuhi tuntutan secara goodwill adalah responden menyadari sejauh mana seriusnya persengketaan, tidak ingin permasalahannya dicampuri oleh pihak ketiga. Praktek di Australia, konsiliasi lebih banyak dikaitkan dengan fungsi badan administrasi atau tata usaha negara yang diatur dan dijamin undang-undang. Dalam upaya menyelesaikan sengketa : 2. Putusan yang diambilnya dapat dijadikan resolusi yang dapat dipaksakan kepada kedua belah pihak. Konsiliasi tidak saja berkembang dibeberapa negara, secara internasional lembaga ini juga sering dipergunakan para pihak, apabila terjadi sengketa yang bersifat internasional. Dalam penyelesaian sengketa internasional istilah konsiliasi diartikan “suatu upaya untuk menyelesaikan sengketa internasional dalam keadaan apapun dimana suatu komisi yang dibentuk oleh pihak-pihak, baik yang bersifat tetap atau ad hoc untuk menangani suatu sengketa, berada pada suatu pemeriksaan yang tidak memihak atas sengketa tersebut dan berusaha untuk menentukan batas penyelesaian yang dapat diterima oleh para pihak, atau memberi pihak-pihak pandangan untuk menyelesaikannya. 64 63 Ibid, hal. 547 64 Ibid, hal. 547 Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009

d. Arbitrase

Menurut Blacks Law Dictionary pengertian arbitrase adalah: An arrangement for taking an abiding by the judgement of selected persons in some disputed matter, instead of carrying it to establish tribunals of justice, and is intended to avoid the formalities, the delay, the expense and vexation of ordinary litigation. Menurut Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 30 tahun 1999 Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan umum yang berdasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Pada dasarnya arbitrase dapat berwujud dalam 2 dua bentuk, yaitu : 1. Klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa factum de compromitendo 2. Suatu perjanjian Arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa Akta Kompromis. Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanyalah sengketa di bidang perdagangan dan hak yang menurut hukum dan peraturan perundang- undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa. 65 65 Lihat Pasal 5 Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 Dengan demikian arbitrase hanya dapat diterapkan untuk masalah-masalah perdagangan. Adapun kegiatan dalam bidang perdagangan itu antara lain: perniagaan, perbankan, keuangan, penanaman modal, industri dan hak milik intelektual. Sementara itu Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 memberikan perumusan negatif bahwa sengketa-sengketa yang dianggap tidak dapat diselesaikan melalui Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian sebagaimana diatur dalam KUH Perdata Buku III Bab kedelapan belas Pasal 1851 sampai Pasal 1854. Pasal 52 Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 menyatakan bahwa para pihak dalam suatu perjanjian berhak untuk memohon pendapat yang mengikat dari Lembaga Arbitrase atas hubungan hukum tertentu dari suatu perjanjian. Ketentuan ini pada dasarnya merupakan pelaksanaan dari pengertian tentang lembaga arbitrase yang dimuat dalam Pasal 1 angka 8 Undang Undang nomor 30 tahun 1999, lembaga arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu, lembaga tersebut juga dapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu dalam hal belum timbul sengketa. Pendapat hukum yang diberikan lembaga arbitrase bersifat mengikat binding oleh karena pendapat yang diberikan tersebut akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian pokok. Setiap pendapat yang berlawanan terhadap pendapat hukum yang diberikan tersebut berarti pelanggaran terhadap perjanjian atau wanprestasi breach of contract. Oleh karena itu tidak dapat dilakukan perlawanan dalam bentuk upaya hukum apapun. 66 Keberadaan arbitrase sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa sebenarnya sudah lama dikenal meskipun jarang dipergunakan. Arbitrase Putusan arbitrase bersifat mandiri, final dan mengikat seperti putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap sehingga pengadilan tidak diperkenankan memeriksa alasan atau pertimbangan dari putusan arbitrase nasional tersebut. 66 http:www.uika-bogor.ac.idjur0.htm, diakses pada tanggal 12 Oktober 2007 Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 diperkenalkan di Indonesia bersamaan dengan dipakainya Reglement Op De Rechtsvordering RV dan Het Herziene Indonesisch Reglement HIR ataupun Rechtsreglement Bitengewesten RBG, karena semula arbitrase ini diatur dalam Pasal 615 sd 651 RV. Ketentuan-ketentuan tersebut sekarang ini sudah tidak berlaku lagi dengan diundangkannya Undang Undang Nomor 30 tahun 1999. Dalam Undang Undang nomor 14 tahun 1970 tentang Pokok Pokok Kekuasaan Kehakiman keberadaan arbitrase dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 3 ayat 1 yang antara lain menyebutkan bahwa penyelesaian perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui arbitrase tetap diperbolehkan, akan tetapi putusan arbiter hanya mempunyai kekuatan eksekutorial setelah memperoleh izin atau perintah untuk dieksekusi dari Pengadilan. Arbitrase dapat berupa arbitrase sementara ad-hoc maupun arbitrase melalui badan permanen institusi. Arbitrase ad-hoc dilaksanakan berdasarkan aturan-aturan yang sengaja dibentuk untuk tujuan arbitrase, misalnya UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa atau UNCITRAL Arbitarion Rules. Pada umumnya arbitrase ad-hoc ditentukan berdasarkan perjanjian yang menyebutkan penunjukan majelis arbitrase serta prosedur pelaksanaan yang disepakati oleh para pihak. Penggunaan arbitrase ad-hoc perlu disebutkan dalam sebuah klausul arbitrase. 67 Arbitrase institusi adalah suatu lembaga permanen yang dikelola oleh berbagai badan arbitrase berdasarkan aturan-aturan yang ditentukan sendiri. Saat ini dikenal berbagai aturan arbitrase yang dikeluarkan oleh badan-badan arbitrase seperti Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI, atau yang internasional 67 Ibid Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 seperti The Rules of Arbitration dari The International Chamber of Commerce ICC di Paris, The Arbitration Rules dari The International Centre for Settlement of Investment Disputes ICSID di Washington. Badan-badan tersebut mempunyai peraturan dan sistem arbitrase sendiri-sendiri BANI Badan Arbitrase Nasional Indonesia memberi standar klausul arbitrase yakni semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini, akan diselesaikan dan diputus oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI menurut peraturan- peraturan prosedur arbitrase BANI, yang keputusannya mengikat kedua belah pihak yang bersengketa,sebagai keputusan dalam tingkat pertama dan terakhir. Standar klausul arbitrase UNCITRAL United Nation Comission of International Trade Law adalah setiap sengketa, pertentangan atau tuntutan yang terjadi atau sehubungan dengan perjanjian ini, atau wan prestasi, pengakhiran atau sah tidaknya perjanjian akan diselesaikan melalui arbitrase sesuai dengan aturan- aturan UNCITRAL.” 68 68 Erman Rajagukguk, Arbitrase Dalam Putusan Pengadilan, Jakarta: Chandra Pratama, , 2000, hal. 4 Pelaksanaan putusan arbitrase nasional diatur dalam Pasal 59 sd Pasal 64 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999. Pada dasarnya para pihak harus melaksanakan putusan secara sukarela. Agar putusan arbitrase dapat dipaksakan pelaksanaanya, putusan tersebut harus diserahkan dan didaftarkan pada kepaniteraan pengadilan negeri, dengan mendaftarkan dan menyerahkan lembar asli atau salinan autentik putusan arbitrase nasional oleh arbiter atau kuasanya ke panitera Pengadilan Negeri, dalam waktu 30 tiga puluh hari setelah putusan arbitase diucapkan. Putusan Arbitrase nasional bersifat mandiri, final dan mengikat. Richad Sahat Silitonga : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Bank Dan Nasabah, 2007. USU Repository © 2009 Pelaksanaan putusan-putusan arbitrase asing di Indonesia didasarkan pada ketentuan Konvensi Jenewa 1927, dan pemerintah Belanda yang merupakan negara peserta konvensi tersebut menyatakan bahwa Konvensi berlaku juga di wilayah Indonesia. Pada tanggal 10 Juni 1958 di New York ditandatangani UN Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Award. Indonesia telah mengaksesi Konvensi New York tersebut dengan Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1981 pada 5 Agustus 1981 dan didaftar di Sekretaris PBB pada 7 Oktober 1981. Pada 1 Maret 1990 Mahkamah Agung mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 tahun 1990 tentang Tata Cara Pelaksanaan Putusan arbitrase Asing sehubungan dengan disahkannya Konvensi New York 1958. Dengan adanya PERMA tersebut hambatan bagi pelaksanaan putusan arbitrase asing di Indonesia seharusnya dapat diatasi. Tapi dalam prakteknya kesulitan-kesulitan masih ditemui dalam eksekusi putusan arbitrase asing. 69 Pengembangan alternatif penyelesaian sengketa di Indonesia dan Amerika mempunyai latar belakang yang berbeda. Di Indonesia alternatif penyelesaian sengketa merupakan bagian dari tradisi masyarakat, oleh karena itu pengembangannya sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.

C. Penyelesaian Sengketa Alternatif Di Indonesia